Dengan kaki gemetar dan tubuh yang terasa membeku Shafeea menatap lekat lekat karangan bunga duka cita itu.
Benarkah itu nama sang ibu yang tertulis di sana, sang ibu baik baik saja bukan saat ia berangkat sekolah tadi pagi ?
Lalu...apa yang sudah terjadi
Satu satunya orang yang begitu menyayanginya dan membelanya hingga rela namanya di coret dari daftar ahli waris keluarga hanya karena lebih memilih mempertahankan dirinya dari pada menggugurkannya.
sang ibu bahkan rela tinggal di paviliun belakang hanya dengan dirinya karena menolak meninggalkan sang anak di panti asuhan.
Kini....malaikatnya itu telah pergi, dunianya benar benar terasa hancur berkeping keping seketika.
Shafeea berlari dengan cepat dengan berderai air mata, namun...belum sampai ia sampai di ruang tamu, tempat di mana mungkin jenasah sang ibu masih ada. Ia sudah di hadang beberapa orang pengawal pribadi sang kakek.
" maaf nona...anda di larang masuk " salah satu dari mereka menghentikan langkah Shafeea dengan tak enak hati.
Mereka sadar, sesungguhnya..ibu dari gadis di hadapannya itu adalah seorang nona muda yang sangat baik dan sangat begitu menghormati orang lain termasuk mereka yang hanya seorang pengawal.
itulah mengapa mereka cukup tak enak hati harus bersikap kasar pada sang putri.
Namun apa daya, perintah sang tuan besar tak bisa mereka abaikan.
" ku mohon paman, izinkan aku melihat ibuku untuk terakhir kalinya " cicit Shafeea memelas
" berhenti berbuat keributan disini !! " bentak seorang pria paruh baya yang masih nampak gagah dan tampan di usianya yang tak lagi muda, diikuti beberapa orang di belakangnya keluar dari dalam rumah.
Shafeea menoleh kepada mereka
" kakek...kumohon, izinkan aku melihat mommy untuk yang terakhir kalinya.." kata Shafeea penuh pengharapan sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
Seorang pria muda yang berdiri di belakang pria paruh baya itu menatap penuh iba kepadanya.
" jaga ucapanmu, siapa yang kau panggil kakek...aku bukan kakekmu. Lalu..siapa yang kau panggil mommy ?! Kau bukan siapa siapa bagi kami jadi apa hakmu memanggil putriku yang telah tiada dengan sebutan mommy...?! " bentak pria paruh baya itu yang tak lain adalah tuan besar Latief.
Pria paruh baya itu memang jarang berkata sesuatu kepadanya di banding anggota keluarga yang lain yang selalu mencela dirinya tiap ada kesempatan.
Namun dengan tatapannya, pria baya itu justru mampu melukai hatinya jauh lebih dalam.
Akhmad Nasser Latief. Ayah dari seorang wanita yang telah melahirkannya kedunia.
Seorang pria yang seharusnya mengasihinya karena ia yang tak memiliki sosok seorang ayah.
Namun kenyataannya...pria itu justru tak pernah menganggapnya ada.
Sebenarnya jauh di lubuk hati Shafeea, ia bertanya tanya...apa salahnya, ia hanya di lahirkan tanpa pernah meminta untuk di lahirkan.
Ia bahkan tak pernah tahu dengan sosok yang membuat ia terlahir ke dunia karena sang mommy juga tak pernah mengatakan sesuatu tentang itu kepadanya.
Hanya satu yang ia tahu...pria yang seharusnya ia panggil dengan sebutan ayah telah tiada lebih dulu meninggalkan sang mommy dengan dirinya di dalam rahim mommynya.
Hanya itu yang mommynya katakan tentang sosok sang ayah.
Shafeea menatap pria baya itu dengan tubuh bergetar karena terkejut sekaligus takut dengan bentakannya yang mengeluarkan suara yang menggelegar.
" kumohon tuan..." Shafeea masih memohon.
" bi Narsih...bawa dia ketempat seharusnya dia berada, aku tidak mau kehadirannya akan mengotori tempat ini dan merusak acara ini " teriak pria baya itu
Tak lama, seorang wanita yang juga berusia lebih dari setengah abad nampak tergopoh gopoh mendekat.
" nona..ayo kita kembali ke paviliun nona " ajaknya lembut kepada gadis kecil berusia 13 th itu.
Tangannya merengkuh bahu gadis kecil yang beranjak dewasa itu.
Namun Shafeea menolak.
" kumohon tu...an be...sar, izinkan aku melihat mommyku..." sungguh menyedihkan nasib gadis itu.
Sungguh miris nasib Shafeea. Ia bahkan tak di izinkan melihat jenasah sang ibu untuk terakhir kalinya.
" dengar anak haram...putriku sudah di kuburkan " dengan tatapan tajam bak belati tajam, tuan besar Latief menjawab permintaan Shafeea.
Seketika mata Shafeea terbelalak, tubuhnya luruh kelantai.
" di mana makam mommyku...." rintihnya pilu, membuat siapa saja yang melihatnya di sana tak tega. Khususnya para pengawal dan pelayan yang nota bene memang lebih menyayangi gadis itu meski sembunyi sembunyi.
Namun berbeda dengan orang orang berpenampilan terhormat di hadapannya.
rata rata mereka hanya menatapnya tanpa ekspresi.
Kecuali sesosok pria muda di bekakang sang kakek.
Farugh Abdullah Nasser Latief.
Putra pertama dari tuan Faritz Abdullah Nasser latief. Kakak laki laki ibu Shafeea yang juga adalah anak pertama tuan besar Akhmad Nasser Latief.
" cepat seret dia dari hadapanku, aku tak ingin melihatnya di sini. Cepat narsih...atau kalau tidak akan ku pecat kamu " bentaknya sekali lagi pada pelayan yang memeluk Shafeea itu.
Bi Narsih segera membawa nona nya itu untuk pergi dari tempat itu.
Bi Narsih membawa Shafeea kembali ke paviliun belakang, tempat selama ini ia tinggal bersama san mommy.
" nona tunggu di sini..bibi akan mencoba mencari tahu dimana mommy nona di makamkan " bisik wanita baya itu di telinga Shafeea. Kini gadis itu telah berada di dalam kamarnya.
Shafeea mengangguk pelan, sepeninggal bi Narsih gadis itu menangis dengan memeluk kedua lututnya.
Ia duduk di lantai kamarnya yang dingin sendirian.
Sore telah beranjak menjadi malam, rintik rintik hujan mulai terdengar.
Cklek...suara pintu di buka.
Shafeea masih dengan keadaan yang sama, meringkuk memeluk kedua lututnya di lantai ketika seseorang masuk kedalam kamarnya dan mendekat kepadanya.
Melihat sepasang sepatu kulit di hadapannya, Shafeea mendongak.
Matanya memicing dan keningnya mengerut demi melihat sosok yang kini berdiri di hadapannya dan menatapnya dengan tatapan yang sulit dia artikan.
" kenapa kamu kesini...mau apa kamu disini ?! " tanya Shafeea dengan nada dingin, pasalnya..sebelumnya ia tak pernah ada interaksi berarti dengan orang itu, atau bahkan bisa di bilang...dirinya tak pernah berinteraksi atau sekedar bersinggungan dengan orang itu.
" tenanglah Shafeea...jangan khawatir, sekarang aku yang akan menggantikan bibi menjagamu di sini. Dengan caraku aku pastikan kamu akan tetap aman berada di sini..." jawab orang itu yang tak lain adalah Farugh. Sang kakak sepupu.
Tatapan Farugh terlihat begitu dalam kepada Shafeea. Tak pernah Shafeea tahu sama sekali...jika sebenarnya, kakak sepupunya itu seringkali memperhatikan dirinya dalam diam.
Bahkan di sekolah, ia meminta seseorang yang ia percaya membantunya menjaga gadis yang terlihat rapuh di hadapannya itu.
" mau apa kamu...jangan mendekat, berhenti di sana !! " tiba tiba Shafeea merasa aneh dan begitu takut dengan Farugh yang terus menatapnya penuh arti sembari mendekat kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Novie Achadini
latif org arab jahat
2024-12-16
0
Ita Mariyanti
br melipir lsg sukak
2024-11-17
1
Al Fatih
awal mula penderitaan Shafeea sepeninggal ibunya
2024-05-01
0