Usia Shafeea masih 16 tahun, namun karena otaknya yang memang begitu encer, ia mampu menyelesaikan tingkat SMP nya hanya dalam kurun waktu satu tahun setengah.
Dan sekarang....jika normalnya gadis seusia dirinya masih duduk di bangku kelas 10 SMA, ia justru telah duduk di bangku kelas 12 SMA dan itu akan di mulai sejak hari ini.
Ia akan di pindahkan ke sekolah yang di anggap akan lebih mampu memberi wadah untuk otak encernya.
Hal itu tak lepas dari peran serta pak Ridzwan, laki laki yang telah menolongnya dan membawanya ke asrama ini tiga tahun lalu.
Ridzwan memberinya identitas baru untuk dapat melanjutkan sekolahnya di tempat baru sejak tiga tahun lalu. Karena tak mungkin bagi Shafeea tetap memakai identitas lamanya untuk bersekolah di tempat baru. Dan tentu itu bukan hal yang sulit baginya, yakni sebagai keponakannya meski ia tak mengubah nama gadis itu.
Namun..ia dan keluarganya kerap memanggilnya Nameera, karena menurutnya Shafeea lebih bagus di panggil Nameera ketimbang Shafeea
Pria itu adalah kepala Sekolah sekaligus juga kepala yayasan tempat Shafeea akan bersekolah di tempat baru kali ini .
Sebuah sekolah elit yang di anggap pak Ridzwan akan mampu membantu Shafeea menggapai masa depannya.
Pak Ridzwan dan istrinya bu Sonia memang sangat menyayangi Shafeea hingga memperlakukannya dengan begitu baik, meski mereka tak tinggal bersama.
Tak jarang mereka akan membawa Shafeea kerumah mereka dan di kumpulkan dengan kedua anak mereka yang masih duduk di bangku SMP dan SD.
Namun meski tak tinggal bersama, kedua pasangan itu justru terus memantau pertumbuhan dan perkembangan gadis itu.
🌿🌿🌿
Shafeea turun dari bis angkutan umum dan baru saja nampak melewati gapura selamat datang di halaman utama sekolah itu.
Kesan pertama Shafeea pada sekolah itu adalah satu....mewah.
Ia ingat sekolahnya terdahulu yang tak kalah mewah sekaligus elit dengan sekolah ini, sekolah di mana keluarganya sebagai donatur terbesar.
Membuat keluarganya sangat di segani oleh para dewan guru termasuk kepala sekolah di sekolah itu. Termasuk juga dirinya...
Tanpa mereka ketahui bagaimana sebenarnya ia di perlakukan dalam keluarga terhormat itu.
Shafeea menghembuskan nafasnya dengan berat.
Ketika memasuki koridor sekolah tak sedikit pasang mata yang menatapnya penuh selidik, ingin tahu, dan juga tak jarang yang menatapnya....terpesona.
Wajah cantik yang cukup kental dengan darah khas timur tengah dari sang ibu begitu kentara terlihat dari mulai alis yang panjang rapi dan lurus serta hitam.
hidung yang tinggi dan mancung serta rapi, bibir mungil dan tipis namun sedikit tebal di bagian bawahnya, dagu yang runcing dan satu lagi...warna kulitnya yang kuning langsat begitu bersih dan bercahaya.
Tubuhnya yang terbalut seragam panjang berhijab dan nampak sangat cocok melekat pada tubuhnya, sangat berbeda dengan kebanyakan siswa perempuan yang lebih banyak mengenakan seragam panjang selutut dan juga lengan pendek.
Kesan mendominasi dari wajah cantiknya yang dingin dan penuh kharisma cukup pula menambah nilai plus untuk siapa saja yang memperhatikannya akan tertarik.
Hal itu semakin menarik perhatian para siswa, baik laki laki maupun perempuan.
Siapa yang menyangka....jika gadis itu masuk melalui jalur prestasi eksklusive untuk bisa masuk di sekolah ini.
Hampir satu jam telah berlalu di lewati oleh Shafeea dengan berada di ruang guru.
Prestasi prestasi akademik yang selama ini telah mampu ia raih dengan begitu gemilang menjadi bahan pertimbangan besar bagi dewan guru untuk memutuskan ia benar benar layak langsung duduk di bangku kelas 12.
Senyum tersungging di bibir seorang pria dewasa yang berdiri di pojok ruangan ketika Shafeea berhasil menyelesaikan soal soal tesnya dengan nilai yang begitu gemilang.
9,99....nilai yang begitu nyaris sempurna.
Senyum puas kian nampak di wajah pak Ridzwan ketika ketua tim dewan guru menyatakan Shafeea layak menduduki kelasnya sekarang.
Pak Ridzwan menatap gadis itu penuh kebanggaan, sementara Shafeea mengangguk dengan tegas kepada mentornya itu.
Tak lama seorang guru wanita bernama bu Vania membawanya kekelas barunya.
" selamat Shafeea...kau berhasil. Ini adalah awal bagi mu untuk bisa menggenggam tujuanmu apapun itu, jaga dirimu baik baik...jangan terlibat apapun dengan siapapun di sini, aku yakin...pengendalian dirimu cukup baik untuk hal itu, jangan mengecewakan siapapun yang sudah memberimu kesempatan " kata kata semangat yang di sampaikan pak Ridwan kepadanya tadi sebelum ia keluar dari ruangan itu menuju ruangan yang akan menjadi kelasnya ia jadikan fondasi kuat kuat dirinya menjejakkan kaki di sekolah baru ini.
Sepeninggal Shafeea, pak Ridzwa kembali keruangannya dan nampak terdengar menelpon seseorang.
" 9,99 persen, angka yang begitu tak main main, hampir sempurna...anda mendapatkan aset yang begitu berharga nyonya " terdengar suara pria itu,
entah dengan siapa ia tengah berbicara. Namun yang pasti..ia nampak begitu hormat dengan lawan bicaranya itu.
Sementara Shafeea yang telah di bawa bu Vania kini terlihat berdiri dengan tegap dan tegas di depan kelas.
" perkenalkan dirimu dengan jelas..." perintah bu Vania begitu lembut namun juga begitu tegas, nampaknya...kedua wanita berbeda generasi itu memiliki pembawaan yang hampir sama.
Dingin...dan tegas.
Kelas itu terasa semakin senyap...tak ada satupun suara terdengar di sana dari para siswa. Hanya tatapan mata mereka yang tertuju pada satu titik yang sama.
Hampir semua mata di kelas itu tertuju kepada sosok gadis yang kini berdiri di depan kelas mereka.
Kecuali seorang pemuda jangkung yang duduk di bangku pojok paling depan. Ia berpenampilan sedikit berbeda. Ia menutupi kepalanya dengan hodiee dan kini nampak tengah menelungkupkan kepalanya di atas meja.
" selamat pagi...perkenalkan, nama saya Izhayana Nameera Shafeea. Saya biasa di panggil Shafeea " Shafeea memperkenalkan dirinya dengan singkat padat dan jelas.
Senyum tipis tersungging di bibir bu Vania melihat karakter anak didik barunya itu.
Apalagi kesan masa bodo Shafeea terhadap sambutan siswa laki laki di kelas itu semakin membuat bu guru cantik itu di buat gedek bukan main.
" baiklah...duduklah di bangku ini shafeea, luna...bilang kepada Martha...bangkunya di pindah kebelakang ok " kata bu Vania kepada Shafeea sekaligus kepada seorang siswi yang duduk sendirian di bangku paling depan no dua dari bangku depan sebelah kiri.
Tempat siswa berhodie itu duduk.
Siswai bernama Luna itu tersenyum hamble kepada Shafeea ketika gadis itu duduk di sebelahnya.
" kenalkan aku Luna...tapi bukan luna maya, ok..." katanya sedikit melucu sembari mengulurkan tangan kanannya kepada Shafeea.
Shafeea tersenyum tipis sembari menerima uluran tangan gadis itu.
Luna sedikit mengangkat alisnya keatas demi melihat reaksi teman barunya itu kepadanya.
" aku senang kamu duduk di sebelahku, semoga kita bisa berteman " ucap Luna lagi, kali ia menyertakan senyum lebar di bibirnya.
Sementara Shafeea ....gadis itu sekali lagi hanya tersenyum tipis menanggapi kata kata Luna.
Berteman katanya...apa dia masih mau berteman denganku saat ia tahu siapa diriku ?! " Oceh Shafeea dalam hati.
Senyum kecut tersungging samar di ujung bibirnya.
Gadis yang tak bernasab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
apakah dia bpk nya Shafeea
2024-11-17
0
Al Fatih
sungguh tak ad satu pun anak d dunia ini yg ingin d lahirkan dalam kondisi tak bernasab. Orang tua nya lah yang menyebabkan itu bisa terjadi,, semoga Allah melindungi qta dan keturunan qta dari hal2 yg bisa menyebabkan itu terjadi...,, Aamiin,, mengingat model pergaulan anak zaman sekarang
2024-02-20
4