bab 5 otak encer ( revisi )

Usia Shafeea masih 16 tahun, namun karena otaknya yang memang begitu encer, ia mampu menyelesaikan tingkat SMP nya hanya dalam kurun waktu satu tahun setengah.

Dan sekarang....jika normalnya gadis seusia dirinya masih duduk di bangku kelas 10 SMA, ia justru telah duduk di bangku kelas 12 SMA dan itu akan di mulai sejak hari ini.

Ia akan di pindahkan ke sekolah yang di anggap akan lebih mampu memberi wadah untuk otak encernya.

Hal itu tak lepas dari peran serta pak Ridzwan, laki laki yang telah menolongnya dan membawanya ke asrama ini tiga tahun lalu.

Ridzwan memberinya identitas baru untuk dapat melanjutkan sekolahnya di tempat baru sejak tiga tahun lalu. Karena tak mungkin bagi Shafeea tetap memakai identitas lamanya untuk bersekolah di tempat baru. Dan tentu itu bukan hal yang sulit baginya, yakni sebagai keponakannya meski ia tak mengubah nama gadis itu.

Namun..ia dan keluarganya kerap memanggilnya Nameera, karena menurutnya Shafeea lebih bagus di panggil Nameera ketimbang Shafeea

Pria itu adalah kepala Sekolah sekaligus juga kepala yayasan tempat Shafeea akan bersekolah di tempat baru kali ini .

Sebuah sekolah elit yang di anggap pak Ridzwan akan mampu membantu Shafeea menggapai masa depannya.

Pak Ridzwan dan istrinya bu Sonia memang sangat menyayangi Shafeea hingga memperlakukannya dengan begitu baik, meski mereka tak tinggal bersama.

Tak jarang mereka akan membawa Shafeea kerumah mereka dan di kumpulkan dengan kedua anak mereka yang masih duduk di bangku SMP dan SD.

Namun meski tak tinggal bersama, kedua pasangan itu justru terus memantau pertumbuhan dan perkembangan gadis itu.

🌿🌿🌿

Shafeea turun dari bis angkutan umum dan baru saja nampak melewati gapura selamat datang di halaman utama sekolah itu.

Kesan pertama Shafeea pada sekolah itu adalah satu....mewah.

Ia ingat sekolahnya terdahulu yang tak kalah mewah sekaligus elit dengan sekolah ini, sekolah di mana keluarganya sebagai donatur terbesar.

Membuat keluarganya sangat di segani oleh para dewan guru termasuk kepala sekolah di sekolah itu. Termasuk juga dirinya...

Tanpa mereka ketahui bagaimana sebenarnya ia di perlakukan dalam keluarga terhormat itu.

Shafeea menghembuskan nafasnya dengan berat.

Ketika memasuki koridor sekolah tak sedikit pasang mata yang menatapnya penuh selidik, ingin tahu, dan juga tak jarang yang menatapnya....terpesona.

Wajah cantik yang cukup kental dengan darah khas timur tengah dari sang ibu begitu kentara terlihat dari mulai alis yang panjang rapi dan lurus serta hitam.

hidung yang tinggi dan mancung serta rapi, bibir mungil dan tipis namun sedikit tebal di bagian bawahnya, dagu yang runcing dan satu lagi...warna kulitnya yang kuning langsat begitu bersih dan bercahaya.

Tubuhnya yang terbalut seragam panjang berhijab dan nampak sangat cocok melekat pada tubuhnya, sangat berbeda dengan kebanyakan siswa perempuan yang lebih banyak mengenakan seragam panjang selutut dan juga lengan pendek.

Kesan mendominasi dari wajah cantiknya yang dingin dan penuh kharisma cukup pula menambah nilai plus untuk siapa saja yang memperhatikannya akan tertarik.

Hal itu semakin menarik perhatian para siswa, baik laki laki maupun perempuan.

Siapa yang menyangka....jika gadis itu masuk melalui jalur prestasi eksklusive untuk bisa masuk di sekolah ini.

Hampir satu jam telah berlalu di lewati oleh Shafeea dengan berada di ruang guru.

Prestasi prestasi akademik yang selama ini telah mampu ia raih dengan begitu gemilang menjadi bahan pertimbangan besar bagi dewan guru untuk memutuskan ia benar benar layak langsung duduk di bangku kelas 12.

Senyum tersungging di bibir seorang pria dewasa yang berdiri di pojok ruangan ketika Shafeea berhasil menyelesaikan soal soal tesnya dengan nilai yang begitu gemilang.

9,99....nilai yang begitu nyaris sempurna.

Senyum puas kian nampak di wajah pak Ridzwan ketika ketua tim dewan guru menyatakan Shafeea layak menduduki kelasnya sekarang.

Pak Ridzwan menatap gadis itu penuh kebanggaan, sementara Shafeea mengangguk dengan tegas kepada mentornya itu.

Tak lama seorang guru wanita bernama bu Vania membawanya kekelas barunya.

" selamat Shafeea...kau berhasil. Ini adalah awal bagi mu untuk bisa menggenggam tujuanmu apapun itu, jaga dirimu baik baik...jangan terlibat apapun dengan siapapun di sini, aku yakin...pengendalian dirimu cukup baik untuk hal itu, jangan mengecewakan siapapun yang sudah memberimu kesempatan " kata kata semangat yang di sampaikan pak Ridwan kepadanya tadi sebelum ia keluar dari ruangan itu menuju ruangan yang akan menjadi kelasnya ia jadikan fondasi kuat kuat dirinya menjejakkan kaki di sekolah baru ini.

Sepeninggal Shafeea, pak Ridzwa kembali keruangannya dan nampak terdengar menelpon seseorang.

" 9,99 persen, angka yang begitu tak main main, hampir sempurna...anda mendapatkan aset yang begitu berharga nyonya " terdengar suara pria itu,

entah dengan siapa ia tengah berbicara. Namun yang pasti..ia nampak begitu hormat dengan lawan bicaranya itu.

Sementara Shafeea yang telah di bawa bu Vania kini terlihat berdiri dengan tegap dan tegas di depan kelas.

" perkenalkan dirimu dengan jelas..." perintah bu Vania begitu lembut namun juga begitu tegas, nampaknya...kedua wanita berbeda generasi itu memiliki pembawaan yang hampir sama.

Dingin...dan tegas.

Kelas itu terasa semakin senyap...tak ada satupun suara terdengar di sana dari para siswa. Hanya tatapan mata mereka yang tertuju pada satu titik yang sama.

Hampir semua mata di kelas itu tertuju kepada sosok gadis yang kini berdiri di depan kelas mereka.

Kecuali seorang pemuda jangkung yang duduk di bangku pojok paling depan. Ia berpenampilan sedikit berbeda. Ia menutupi kepalanya dengan hodiee dan kini nampak tengah menelungkupkan kepalanya di atas meja.

" selamat pagi...perkenalkan, nama saya Izhayana Nameera Shafeea. Saya biasa di panggil Shafeea " Shafeea memperkenalkan dirinya dengan singkat padat dan jelas.

Senyum tipis tersungging di bibir bu Vania melihat karakter anak didik barunya itu.

Apalagi kesan masa bodo Shafeea terhadap sambutan siswa laki laki di kelas itu semakin membuat bu guru cantik itu di buat gedek bukan main.

" baiklah...duduklah di bangku ini shafeea, luna...bilang kepada Martha...bangkunya di pindah kebelakang ok " kata bu Vania kepada Shafeea sekaligus kepada seorang siswi yang duduk sendirian di bangku paling depan no dua dari bangku depan sebelah kiri.

Tempat siswa berhodie itu duduk.

Siswai bernama Luna itu tersenyum hamble kepada Shafeea ketika gadis itu duduk di sebelahnya.

" kenalkan aku Luna...tapi bukan luna maya, ok..." katanya sedikit melucu sembari mengulurkan tangan kanannya kepada Shafeea.

Shafeea tersenyum tipis sembari menerima uluran tangan gadis itu.

Luna sedikit mengangkat alisnya keatas demi melihat reaksi teman barunya itu kepadanya.

" aku senang kamu duduk di sebelahku, semoga kita bisa berteman " ucap Luna lagi, kali ia menyertakan senyum lebar di bibirnya.

Sementara Shafeea ....gadis itu sekali lagi hanya tersenyum tipis menanggapi kata kata Luna.

Berteman katanya...apa dia masih mau berteman denganku saat ia tahu siapa diriku ?! " Oceh Shafeea dalam hati.

Senyum kecut tersungging samar di ujung bibirnya.

Gadis yang tak bernasab.

Terpopuler

Comments

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

apakah dia bpk nya Shafeea

2024-11-17

0

Al Fatih

Al Fatih

sungguh tak ad satu pun anak d dunia ini yg ingin d lahirkan dalam kondisi tak bernasab. Orang tua nya lah yang menyebabkan itu bisa terjadi,, semoga Allah melindungi qta dan keturunan qta dari hal2 yg bisa menyebabkan itu terjadi...,, Aamiin,, mengingat model pergaulan anak zaman sekarang

2024-02-20

4

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Shafeea..... ( revisi )
2 bab 2 kepergian sang ibu ( revisi )
3 bab 3 " aku mencintaimu Shafeea....( revisi )
4 bab 4 tertolong ( revisi )
5 bab 5 otak encer ( revisi )
6 bab 6 gadis tak bernasab ( revisi )
7 bab 7 mengambil keputusan yang salah ( revisi )
8 bab 8 pertemuan setelah 3 tahun ( revisi )
9 bab 9 mulai memperhatikan... ( revisi )
10 bab 10 tabir yang terkuak ( revisi )
11 bab 11 ada rasa tak suka ( revisi )
12 bab 12 cari perhatian ( rrvisi )
13 bab 13 salah sangka Kenalan dulu yuk sama Shafeea dan teman temannya.... ( revis
14 bab 14 siapa kau sebenarnya... ( revisi )
15 bab 15 sebuah ancaman
16 bab 16 terpilih ( revisi )
17 bab 17 terpilih 2 ( revisi )
18 bab 18 mendekat ( revisi )
19 bab 19 Axel yang gila ( revisi )
20 bab 20 penyesalan ( revisi )
21 bab 21 Farugh, Shafeea dan Axel.... ( revisi )
22 bab 22 kacaunya Axel ( rrvisi )
23 bab 22 putus asa ( revisi )
24 bab 24 Farugh ( revisi )
25 bab 25 semakin sakit... ( revisi )
26 bab 26 semakin sakit 2 ( revisi )
27 bab 27 Shafeea yang rapuh ( revisi )
28 bab 28 strata sosial ( revisi )
29 bab 29 pergi dan menghilang ( revisi )
30 bab 30 berlalu ( revisi )
31 bab 31 pergi ( revisi )
32 bab 32 kebenaran yang menyakitkan ( revisi )
33 bab 33 harus bagaimana ( rrvisi )
34 bab 34 keputusan Axel ( revisi )
35 bab 35 dokter Nameera Izhayana ( revisi )
36 bab 36 Tang Healthy Hospital ( revisi )
37 bab 37 ulang tahun nyonya Tang ( revisi )
38 bab 38 hati yang berdesir ( revisi )
39 bab 39 selamanya air tak sebanding dengan susu ( revisi )
40 bab 40 dunia yang terasa runtuh ( revisi )
41 bab 41 harapan kosong ( revisi )
42 bab 42 perdebatan ( revisi )
43 bab 43 kenangan ( revisi )
44 bab 44 kembalilah.. ( revisi )
45 bab 45 pertemuan setelah 10 tahun ( revisi )
46 bab 46 dokter Nameera ( revisi )
47 bab 47 keyakinan ( rrvisi )
48 bab 48 keyakinan 2 ( revisi )
49 bab 49 dejavu ( revisi )
50 bab 50 keputusan Shafeea ( revisi )
51 bab 51 mengalah ( revisi )
52 bab 52 mulai memaksa ( rrvisi )
53 bab 53 rencana Axel.... ( revisi )
54 bab 54 sah ( revisi )
55 bab 55 karena aku mencintaimu... ( revisi )
56 bab 56 memiliki ( revisi )
57 bab 57 memiliki 2 ( revisi )
58 bab 57 kebahagiaan yang masih di rajut ( revisi )
59 bab 59 kekacauan ( revisi )
60 bab 60 waktu tak mengubah apapun padaku... ( revisi )
61 bab 61 aku menerima ( revisi )
62 bab 62 kepanikan Axel ( revisi )
63 bab 63 kepergian untuk kesekian kalinya ( revisi )
64 bab 64 kepergian untuk kebebasan ( revisi )
65 bab 65 keberhasilan yang gemilang ( revisi )
66 bab 66 nyonya Tang dan dokter Nameera ( revisi )
67 bab 67 hati yang luka ( revisi )
68 bab 68 masih mempertahankan... ( revisi )
69 bab 69 mulai menjalankan misi ( revisi )
70 bab 70 memprovokasi ( revisi )
71 bab 71 memprovokasi 2 ( revisi )
72 bab 72 penyesalan tuan Latief. ( revisi )
73 bab 73 " di mana ayahku.... ( rrvisi )
74 bab 74 tak tinggal diam ( revisi )
75 bab 75 gusar ( revisi )
76 baba 76 memperkenalkan Shafee.. ( revisi )
77 bab 77 tragedi di hari pertunangan ( revisi )
78 bab 78 kekacauan dan pencarian ( Revisi )
79 bab 79 kehancuran tuan besar Latief ( revisi )
80 bab 80 Axel.... ( revisi )
81 bab 81 hidup baru ( revisi )
82 bab 82 hidup baru yang bahagia ( revisi )
83 bab 83 menyenangkan
84 bab 84 terealisasi
85 bab 85 berdiri di bawah langit yang sama.
86 bab 86 proyek...
87 bab 87 pertemuan
88 bab 88 keterkejutan Shafea
89 bab 89 hati yang gamang
90 bab 90 Axel yang pemaksa
91 bab 91 yakin...
92 bab 92 membuat perhitungan
93 bab 93 Axel dan Agam....
94 bab 94 masa kecil yang menyakitkan
95 bab 85 bersikap tegas
96 bab 95 ketegasan Axel
97 bab 97 menggoda
98 bab 98 masih mereka
99 bab 99 tidur bersama
100 bab 100 Sosok baru Shafeea
101 bab 101 lagi.....
102 bab 102 senyum Shafeea hanya untuk Axel
103 bab 103 hanya kita
104 bab 104 bertemu kembali
105 bab 105 menemui
106 bab 106 klaim Faritz
107 bab 107 tidak pernah meragukan
108 bab 108 menenangkan Shafeea...
109 108 membuat perhitungan.
110 bab 110 ancaman Axel untuk keluarga Latief
111 bab 111 kompromi
112 bab 112 Axel yang Arrogant
113 bab 113 kemesraan dan kehangatan Axel Shafeea
114 bab 114 sang nenek buyut
115 bab 115 nyonya Tang yang posesif.
116 bab 116 menjelang kelahiran
117 bab 117 baby boy
118 bab 118 moment bahagia
119 bab 119 penyesalan tuan besar Latief
120 bab 120 memperbaiki hubungan
121 bab 121 kebahagiaan
122 bab 122 potret keluarga kecil Axel
123 bab 123 waktunya untuk dady dan momy
124 bab 124 peresmian
125 bab 125 sebuah permohonan
126 bab 126 Dzakiya
Episodes

Updated 126 Episodes

1
bab 1 Shafeea..... ( revisi )
2
bab 2 kepergian sang ibu ( revisi )
3
bab 3 " aku mencintaimu Shafeea....( revisi )
4
bab 4 tertolong ( revisi )
5
bab 5 otak encer ( revisi )
6
bab 6 gadis tak bernasab ( revisi )
7
bab 7 mengambil keputusan yang salah ( revisi )
8
bab 8 pertemuan setelah 3 tahun ( revisi )
9
bab 9 mulai memperhatikan... ( revisi )
10
bab 10 tabir yang terkuak ( revisi )
11
bab 11 ada rasa tak suka ( revisi )
12
bab 12 cari perhatian ( rrvisi )
13
bab 13 salah sangka Kenalan dulu yuk sama Shafeea dan teman temannya.... ( revis
14
bab 14 siapa kau sebenarnya... ( revisi )
15
bab 15 sebuah ancaman
16
bab 16 terpilih ( revisi )
17
bab 17 terpilih 2 ( revisi )
18
bab 18 mendekat ( revisi )
19
bab 19 Axel yang gila ( revisi )
20
bab 20 penyesalan ( revisi )
21
bab 21 Farugh, Shafeea dan Axel.... ( revisi )
22
bab 22 kacaunya Axel ( rrvisi )
23
bab 22 putus asa ( revisi )
24
bab 24 Farugh ( revisi )
25
bab 25 semakin sakit... ( revisi )
26
bab 26 semakin sakit 2 ( revisi )
27
bab 27 Shafeea yang rapuh ( revisi )
28
bab 28 strata sosial ( revisi )
29
bab 29 pergi dan menghilang ( revisi )
30
bab 30 berlalu ( revisi )
31
bab 31 pergi ( revisi )
32
bab 32 kebenaran yang menyakitkan ( revisi )
33
bab 33 harus bagaimana ( rrvisi )
34
bab 34 keputusan Axel ( revisi )
35
bab 35 dokter Nameera Izhayana ( revisi )
36
bab 36 Tang Healthy Hospital ( revisi )
37
bab 37 ulang tahun nyonya Tang ( revisi )
38
bab 38 hati yang berdesir ( revisi )
39
bab 39 selamanya air tak sebanding dengan susu ( revisi )
40
bab 40 dunia yang terasa runtuh ( revisi )
41
bab 41 harapan kosong ( revisi )
42
bab 42 perdebatan ( revisi )
43
bab 43 kenangan ( revisi )
44
bab 44 kembalilah.. ( revisi )
45
bab 45 pertemuan setelah 10 tahun ( revisi )
46
bab 46 dokter Nameera ( revisi )
47
bab 47 keyakinan ( rrvisi )
48
bab 48 keyakinan 2 ( revisi )
49
bab 49 dejavu ( revisi )
50
bab 50 keputusan Shafeea ( revisi )
51
bab 51 mengalah ( revisi )
52
bab 52 mulai memaksa ( rrvisi )
53
bab 53 rencana Axel.... ( revisi )
54
bab 54 sah ( revisi )
55
bab 55 karena aku mencintaimu... ( revisi )
56
bab 56 memiliki ( revisi )
57
bab 57 memiliki 2 ( revisi )
58
bab 57 kebahagiaan yang masih di rajut ( revisi )
59
bab 59 kekacauan ( revisi )
60
bab 60 waktu tak mengubah apapun padaku... ( revisi )
61
bab 61 aku menerima ( revisi )
62
bab 62 kepanikan Axel ( revisi )
63
bab 63 kepergian untuk kesekian kalinya ( revisi )
64
bab 64 kepergian untuk kebebasan ( revisi )
65
bab 65 keberhasilan yang gemilang ( revisi )
66
bab 66 nyonya Tang dan dokter Nameera ( revisi )
67
bab 67 hati yang luka ( revisi )
68
bab 68 masih mempertahankan... ( revisi )
69
bab 69 mulai menjalankan misi ( revisi )
70
bab 70 memprovokasi ( revisi )
71
bab 71 memprovokasi 2 ( revisi )
72
bab 72 penyesalan tuan Latief. ( revisi )
73
bab 73 " di mana ayahku.... ( rrvisi )
74
bab 74 tak tinggal diam ( revisi )
75
bab 75 gusar ( revisi )
76
baba 76 memperkenalkan Shafee.. ( revisi )
77
bab 77 tragedi di hari pertunangan ( revisi )
78
bab 78 kekacauan dan pencarian ( Revisi )
79
bab 79 kehancuran tuan besar Latief ( revisi )
80
bab 80 Axel.... ( revisi )
81
bab 81 hidup baru ( revisi )
82
bab 82 hidup baru yang bahagia ( revisi )
83
bab 83 menyenangkan
84
bab 84 terealisasi
85
bab 85 berdiri di bawah langit yang sama.
86
bab 86 proyek...
87
bab 87 pertemuan
88
bab 88 keterkejutan Shafea
89
bab 89 hati yang gamang
90
bab 90 Axel yang pemaksa
91
bab 91 yakin...
92
bab 92 membuat perhitungan
93
bab 93 Axel dan Agam....
94
bab 94 masa kecil yang menyakitkan
95
bab 85 bersikap tegas
96
bab 95 ketegasan Axel
97
bab 97 menggoda
98
bab 98 masih mereka
99
bab 99 tidur bersama
100
bab 100 Sosok baru Shafeea
101
bab 101 lagi.....
102
bab 102 senyum Shafeea hanya untuk Axel
103
bab 103 hanya kita
104
bab 104 bertemu kembali
105
bab 105 menemui
106
bab 106 klaim Faritz
107
bab 107 tidak pernah meragukan
108
bab 108 menenangkan Shafeea...
109
108 membuat perhitungan.
110
bab 110 ancaman Axel untuk keluarga Latief
111
bab 111 kompromi
112
bab 112 Axel yang Arrogant
113
bab 113 kemesraan dan kehangatan Axel Shafeea
114
bab 114 sang nenek buyut
115
bab 115 nyonya Tang yang posesif.
116
bab 116 menjelang kelahiran
117
bab 117 baby boy
118
bab 118 moment bahagia
119
bab 119 penyesalan tuan besar Latief
120
bab 120 memperbaiki hubungan
121
bab 121 kebahagiaan
122
bab 122 potret keluarga kecil Axel
123
bab 123 waktunya untuk dady dan momy
124
bab 124 peresmian
125
bab 125 sebuah permohonan
126
bab 126 Dzakiya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!