Plak.....
Sebuah tamparan yang begitu keras mendarat di pipi Farugh dari sang ayah hingga meninggalkan bekas merah di wajah pemuda tampan itu..
" kendalikan putramu Faritz..." bentak kakek Latief, suara pria baya itu menggema penuh amarah seolah memenuhi tempat itu. Membuat Tuan Faritz menatap begitu tajam kepada sang putra.
Farugh diam tak bergeming.
Apalagi ini....apa yang barusan ia dengar ? Desis kakek Latief menahan geram hingga giginya bergemerutuk karena menahan amarah.
Cucu kebanggannya mencintai seseorang yang secara garis keturunan masih saudaranya ???
" memalukan...bawa dia kekamar dan kunci dia, jangan biarkan ia keluar sampai dia menyadari kesalahannya " teriak tuan besar Latief lagi, wajahnya benar benar telah memerah.
Ini adalah hari pertama ia kehilangan sang putri. Meski hubungannya dengan Zahira tak lagi hangat sejak putrinya itu ketahuan hamil di luar nikah apalagi menolak perintahnya untuk menggugurkan bayinya.
Tetap saja..sekelumit rasa sayang ada di dalam hatinya.
Dan sekarang.....Farugh justru membuat keributan di acara doa ini. Semakin lengkaplah amarah tuan besar itu.
" Samira...kau bertanggung jawab atas kelakuan putramu...." bentak kakek Latief lagi, namun matanya menatap tajam kepada Samira yang tertunduk di hadapannya.
" akh.....tunggu aku dewasa dan menjadi kuat Shafeea, aku berjanji akan membawamu kembali !! " teriak Farugh seolah ia benar benar telah kehilangan kesadarannya.
tubuhnya luruh kelantai dan menjadikan lututnya sebagai tumpuan.
Siapapun yang melihat Farugh saat ini, sungguh merasa sangat kasihan dan miris.
Bagaimana pemuda setampan dan seberkharisma Farugh bisa jatuh cinta kepada saudaranya sendiri.
Nampak jelas jika pemuda tampan itu tengah mengalami frustasi karena kepergian Shafeea.
Entahlah....sejak kapan, mereka tak pernah tahu Farugh memendam rasa kepada gadis yang seharusnya ia kasihi sebagi seorang adik.... Bukan ia kasihi sebagai seorang wanita.
Kemarahan sang kakek juga tamparan sang ayah seolah tak mampu membuatnya menyadari tentang banyak hal yang sudah terjadi dalam beberapa jam ini saja.
" Faritz.... " teriak kakek Latief lagi sebelum benar benar berlalu meninggalkan tempat itu.
Dengan cepat Faritz memerintahkan beberapa orang membawa paksa sang anak yang masih terlihat begitu syok meninggalkan tempat itu.
Farugh di bawa paksa oleh pengawal keluarganya kedalam kamarnya kemudian ia di kunci dari luar sesuai perintah sang kakek.
" Shafeea...." desisnya pelan penuh penyesalan, baru ia sadari hasil dari kecerobohan dan kebodohan atas tindakannya tadi.
Sementara di gerbang utama rumah itu, tiga orang yang tengah berjaga nampak menatap kepergian gadis itu dengan tatapan miris.
Mereka adalah satpam penjaga.
Shafeea terus berlari dan berlari menembus derasnya hujan, hingga ia merasakan kelu dan sakit di telapak kakinya.
Tubuhnya terasa kian sakit, lututnya bak lumpuh.
Entah sejauh apa ia telah berlari.
Tak ada lagi air mata di wajah cantiknya
Ia berhenti di bawah jembatan penyeberangan.
Hujan begitu deras mengguyur kota ini malam ini.
Shafeea berjongkok memeluk kedua lututnya.
Selimut yang membalut tubuhnya telah basah kuyup sejak tadi.
Tubuhnya bergetar dengan hebat, bayang bayang perlakuan Farugh kepadanya tadi masih menyisakan bekas mencekam dalam jiwanya.
" mamy....bawa aku bersamamu " desisnya pilu, bibirnya yang memucat bergetar memanggil sang ibu.
" heiii....kau sendirian nak...?! " tiba tiba suara seseorang mengejutkan gadis malang itu.
Shafeea mendongak.
Seraut wajah tampan yang hampir seusia ibunya terpampang di atasnya tengah menatapnya.
Penampilan pria itu terlihat sangat rapi meski ia tak memakai jaz mahal seperti yang sering ia lihat di kenakan pria pria dewasa di lingkungan tempat ia tumbuh.
Termasuk kakek dan pamannya...tuan Latief dan Faritz.
Pria itu mengenakan celana bahan warna abu yang di padukan dengan kemeja lengan panjang warna denim yang ia gulung keatas.
Di tangannya payung melindunginya dari hujan yang juga kini turut melindunginya pula.
Shafeea memundurkan tubuhnya dengan posisi tetap berjongkok, tatapan matanya yang sendu bercampur takut dan penuh kemarahan terlihat jelas di wajahnya.
" jangan takut...aku bukan orang jahat, aku tidak akan menyakitimu. Katakan sesuatu....di mana rumahmu ?! Kau tersesat ?! Ayo...kuantar kamu pulang " ajak pria yang usianya sekitar 35 tahunan itu dengan lembut.
Melihat penampilan dan tatapan sedih gadis itu membuat pria itu trenyuh.
Shafeea menggeleng dengan cepat, ia semakin erat mencengkeram selimut di bawah dagunya.
Pria itu mengerutkan keningnya menatap Shafeea.
Ia maju satu langkah...dan Shafeea kembali mundur beberapa senti kebelakang.
" jangan takut, aku tidak akan menyakitimu...kau tak mau aku antar pulang ?! Nanti ibumu mencarimu " kata pria itu lagi setengah membujuk.
" aku tak punya ibu, aku juga tak punya tempat untuk pulang...pergilah jangan ganggu aku " akhirnya gadis itu menjawab.
suara Shafeea terdengar bergetar namun juga terdengar cukup tegas dan angkuh bagi seorang anak seumuran dirinya.
Apalagi kondisi dan posisinya kini begitu memprihatinkan.
Shafeea tumbuh dalam keluarga yang disiplin dan sangat otoriter, keluarga itu juga sangat terpandang.
Tak jarang ia pun tetap mendapat perlakuan hormat dari orang orang yang juga hormat kepada keluarga ibunya itu.
Meski ia tak pernah dianggap dalam keluarga itu, namun dirinya juga tak di perkenankan bergaul dengan sembarang orang.
itu terbukti dari sekolah tempat ia menuntut ilmu. Sekolah tempat ia belajar adalah sekolah elit yang tak semua orang mampu bersekolah di sana.
Pergaulan di sekolah itu juga begitu di batasi.
jiwa seorang pemimpin juga mengalir dalam darahnya. Ia ....terbiasa di hormati juga.
Insting membela diri juga tak ingin di rendahkan adalah jati diri keluarga sang ibu, tempat ia di besarkan.
Maka tak heran jika ia mampu meloloskan diri di detik detik terakhir dirinya dalam kuasa Farugh.
Seperti juga saat ini, ia tak ingin di kasihani oleh siapapun lagi termasuk keluarganya. Apalagi ini adalah orang yang tak ia kenal.
" jika kau tak keberatan...ikutlah denganku, berada di jalanan malam malam seperti ini sangat berbahaya untuk gadis seumuran dirimu " pria itu tak lagi memperlakukan Shafeea sebagai sosok yang perlu di kasihani. Ia sadar dan sedikit dapat meraba bagaimana sosok gadis ini dari kata kata gadis itu terakhir kali.
Jiwa jiwa keras nampaknya mengalir sebagai jati diri gadis itu.
Shafeea masih diam membisu tak bergerak.
Pria itu terdengar menghela nafas, kemudian ia nampak memutar tubuhnya hendak berlalu meninggalkan tempat itu beserta Shafeea di sana.
Sebenarnya ia tak tega, namun....apa boleh buat, gadis itu seolah menolak uluran tangannya.
" tuan....!! " panggilan Shafeea menghentikan langkah pria itu.
" aku Ridzwan...panggil aku pak Ridzwan " kata pria itu kemudian sembari tersenyum tipis setelah sebelumnya ia memutar tubuhnya kembali menatap Shfeea yang kini telah nampak berdiri.
Flass off
Shafeea menghela nafas berat ketika ingatan itu kembali bergelayut manja dalam ruang memorynya,
Kesedihan itu masih tak mampu ia lupakan.
tiga tahun telah berlalu sejak peristiwa kepergian sang ibu yang tak dapat ia lihat di saat saat terakhirnya. Ia bahkan tak tahu menahu di mana sang ibu di makamkan.
Pernah ia mencoba mendatangi makam keluarganya, namun kembali ia harus menelan pil pahit karena ia yang tak di perkenankan masuk karena ia dianggap sebagai bukan bagian keluarga itu.
Belum lagi ingatan tentang perlakuan buruk yang di lakukan Farugh kepadanya yang benar benar mengguncang jiwa dan akal sehatnya.
Namun sayang...meski tiga tahun telah berlalu, ia tak mampu melupakan kenangan buruk itu begitu saja.
Malah...kenangan itu seolah menggerogoti jiwa dan akal sehatnya kini.
tak jarang ia ketakutan dan menjerit jerit sendirian di dalam kesendiriannya di kamarnya.
Hingga dalam tidurpun ia tak tenang...mimpi akan kejadian itu masih setia menghantuinya
Ia bahkan bisa tiba tiba tremor dan berkeringat dingin jika tak sengaja bersentuhan dengan laki laki.
💦
Pagi menjelang, matahari telah naik satu jengkal di atas kepala ketika seorang gadis cantik yang memakai seragam abu abu putih lengkap dengan hijabnya nampak telah siap menjalankan rutinitas barunya.
" kau terlihat sangat cantik Shafeea...semoga kebaikan selalu menyertaimu..." ucap Qonita di hadapan Shafeea ketika keduanya berada di teras asrama.
Shafeea tersenyum tipis menanggapi ucapan gadis yang usianya dua tahun lebih tua darinya itu.
Usia Qonita memang lebih tua dua tahun darinya...namun kini, keduanya akan berada dalam satu tingkat kelas yang sama meski di sekolah yang berbeda.
12 Sekolah Menengah Atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
arogansi lv 20 a
2024-11-17
0
Al Fatih
yang bawa Shafeea,, pa ridzwan kak
2024-05-01
0
Sri Sulanjarinii
yg membawa shafeea di asrama siapa thor....AQ masih bingung bacanya 😇🤭🙏
2024-03-25
0