Axel masih menatap lekat lekat Shafeea dari belakang, dirinya memang bukan pria dewasa, usianya baru 18 tahun. Tapi melihat Shafeea...ia bisa merasakan ada sesuatu yang aneh mengalir ke dalam aliran darahnya hingga seolah mempengaruhi kerja otaknya.
Ia sungguh butuh pengendalin diri yang extra untuk bisa meredam kerja otaknya.
Axel adalah seorang pemuda yang jenius, hanya saja selama ini ia tak begitu mempelihatkannya.
Jadi...jika ia tak menekan kuat kuat otaknya, bisa bisa ia berakhir dengan menyeret Shafeea entah kemana dengan memikirkan berbagai macam cara.
" terimakasih...tapi lain kali tidak usah ikut campur urusanku " kata Shafeea tanpa berbalik kepada Axel, ia hendak berlalu.
Tanpa berbalik, ia sudah tahu siapa pria di belakangnya itu. Dan sungguh ia tak ingin tahu itu.
" kenapa...?! " tanya Axel menghentikan langkah Safeea.
Tak langsung menjawab, Shafeea sejenak meredam tubuhya yang masih terasa bergetar hebat karena melihat Farugh, melihat Farugh tadi tak ubahnya bagai dia yang seperti melihat sesuatu yang begitu menyeramkan.
Di tambah lagi posisi Axel yang berdiri terlalu dekat di belakangnya tadi.
Tanpa Shafeea sadari...sebenarnya ia telah mengalami trauma hebat karena tindakan Farugh tiga tahun lalu, dan berakhir dengan ia yang gemetar jika berdekatan dengan laki laki.
Jelasnya ia trauma.....Shafeea memiliki ketakutan yang berlebihan kepada lawan jenisnya hingga membuat tubuhnya bergetar hebat, hingga tak jarang....ia berkeringat dingin karena menahan takut.
Bayang bayang perlakuan Farugh kepadanya selalu membayang di otaknya jika berada terlalu dekat dengan laki laki.
" aku tak ingin berhutang budi kepada siapapun, termasuk dirimu... permisi .." jawab Shafeea begitu dingin kemudian melanjutkan langkah lebarnya meninggalkan tempat itu..setelah sebelumnya tadi sempat berhenti sejenak untuk menjawab pertanyaan Axel.
Axel menghela nafas berat. Apa yang terjadi padanya...kenapa ia begitu terpengaruh dengan gadis itu.
Segala hal tentang Shafeea kini seolah mengusik relung hati terdalamnya.
Hingga hati dan perbuatannya hampir tak sinkron.
Di hati ia berkata tak ingin peduli, bukan urusannya. Namun pada kenyataannya...ia tak bisa diam saja ketika tadi melihat Shafeea begitu ketakutan melihat tuan muda Latief.
Sudah sejak siang tadi sebenarnya ia sudah mengikuti semua kegiatan Shafeea. Awalnya ia hanya penasaran kenapa Shafeea tak kunjung naik bis dan lebih memilih duduk tenang di halte bis bahkan sampai halte itu sepi. Ia benar benar ingin tahu Shafeea sedang menunggu siapa dan hendak keluar dengan siapa.
Seperti seorang suami yang hendak menangkap basah sang istri bersama dengan selingkuhannya, ia terus mengikuti kemanapun gadis itu pergi.
Dari Shafeea yang naik bis terakhir dan turun di mall yang dulu ia pernah bertemu. Kemudian gadis itu keluar setelah hampir dua jam setengah berada di dalam satu ruangan di dalam mall sana. Dan kemudian berakhir di taman alun alun kota ini.
Hingga kejadian barusan, tentu ia tahu segalanya dari awal.
" Resh...selidiki dia..." kata Axel kepada Aresh yang tiba tiba sudah berdiri di sisinya.
Berdua keduanya menatap kepergian Shafeea dengan tergesa tadi.
" sudah ku selidiki..." jawab Aresh yang membuat Axel seketika menatap penuh selidik kepadanya.
" tidak ada apa apa...jangan menyimpan curiga seperti itu kepadaku, sikapmu kepadanya sungguh berbeda Xel... Jadi kami berinisiatif mencari tahu tentang dia tanpa kau minta..." Tanpa di minta Aresh menjelaskan seolah tahu arah pandangan tajam Axel padanya.
Axel mengerutkan keningnya.
" kami...?! " sungut Axel.
" ya tentu saja kami, kau pikir hanya aku....?! " tanya Aresh balik yang tiba tiba merasa jengah karena Axel yang terkesan posesif tentang hal yang menyangkut Shafeea.
" lalu....?! " tanya Axel kemudian dengan raut muka yang sangat di pahami oleh Aresh.
Ada cemburu di mata sahabatnya itu.
Aresh mencebikkan bibirnya sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Axel.
" siapa dia dan apa latar belakangnya kami sulit untuk mencari tahunya. Hanya saja yang kami tahu...dia bukan selingkuhan pak Ridzwan atau guru guru muda di sekolah, atau bahkan mungkin guru kita yang lain. Kalaupun dia menghabiskan waktunya di ruang guru hal itu semata mata karena ia yang mendapat bimbingan dari dewan guru.
Asal kau tahu, dia masuk sekolah kita karena jalur pres tasi eksklusive. Yang artinya ia harus menyumbangkan piala piala kemenangan kepada sekolah kita setiap kali ia di kirim ke olimpiade olimpiade yang mewakili dan membawa nama sekolah kita.
Jika tidak..maka beasiswanya akan di cabut dan ia harus membayar pinalti untuk itu..." penjelasan Aresh membuat mata Axel membulat.
" sialan...peraturan macam apa itu, bukankah itu sama saja dengan memeras otaknya habis habisan hanya untuk meraih prestasi sekolah itu...." umpat Axel
" ya kurasa juga seperti itu..." jawab Aresh miris.
Axel semakin mengerutkan keningnya.
Ucapan demi ucapan kata kata kotor yang ia sampaikan pada gadis bermata indah itu. beberapa waktu yang lalu kembali terekam jelas di otaknya.
Pantas gadis itu begitu naik pitam ketika ia mengatainya seperti itu.
Axel menghela nafas berat.
" lalu kenapa ia selalu duduk lama di halte bis ?! " tanyanya lagi.
" menunggu bis terakhir..." jawab Aresh
" bis terakhir...?! " tanya Axel tak percaya, umumnya kan anak anak berebut naik bis pertama bukan yang terakhir.
" ya...bis terakhir, ia menunggu bis sedikit kosong dengan penumpang lain untuk naik " jelas Aresh lagi dan sukses membuat Axel terdiam membisu.
Betapa berdosanya ia, tanpa tahu apa apa ia sudah memvonis gadis itu sebagai gadis murahan padahal ia tak tahu apa apa tengang gadis itu. Hanya karena kata kata Faris, ia terprovokasi.
" dimana Faris...?! " tanya Axel dengan wajah merah padam.
" aku di sini..." jawab Faris sembari melangkah mendekat kepada Axel dengan wajah di tekuk.
Bugh.....!!
Sebuah pukulan yang sangat keras dengan telak mendarat apik di perut pemuda tampan itu. Hingga membuat Faris terhuyung kebelakang dan terbatuk.
Faris meringis menahan sakit di perutnya akibat pukulan Axel.
" jangan asal menyampaikan kabar jika kau tak tahu kebenarannya...!! " kata Axel dengan wajah kesal kepada Faris.
" ya...sorry.." jawab Faris masih menunduk. Ia merutuki setiap kata katanya yang ia sampaikan kepada Axel tentang Shafeea.
Sungguh ia tak punya niat apa apa sebenarnya, tak ada kebencian ataupun maksud lain, ia hanya berkata sesuai rumor yang beredar. Tanpa tahu jika Axel ternyata diam diam tertarik dengan gadis bertipe kulkas yang hampir sama seperti Axel itu juga.
Bahkan mungkin malah lebih dingin.
Axel masih bisa di ajak banyak bicara, lha gadis itu...jangankan bicara, senyum saja hampir tak pernah ia lihat.
Ia bisa lihat dan mendengarnya sendiri bagaimana Shafeea bicara dengan Axel tadi.
Jacob dan Aresh hanya menghela nafas melihat kejadian itu.
Empat orang itu memang selalu ada di manapun salah satu dari mereka ada. Terutama Axel.
Meski tak terlihat di tempat dan waktu yang sama, tapi dapat di pastikan.
Dimana ada Axel, maka mereka bertiga juga pasti ada.
Selain sebagai sahabat, sebenarnya Axel sudah seperti atasan tiga orang itu.
Hal itu karena mereka yang sangat tahu siapa Axel sebenarnya.
Selain itu juga, Axel adalah pemimpin mereka sekaligus bos mereka dari usaha yang tengah mereka rintis kini.
Yakni...ekspedisi.
Di usianya yang masih muda, Axel sudah mampu merintis usahanya sendiri dengan mengajak ke tiga sahabatnya itu.
Tentu itu di luar sepengetahuan sang nenek.
Axel memiliki kekecewaan yang begitu besar kepada sang nenek.
Baginya..neneknya tak ubahnya sebagai wanita tua yang terlalu keras dan ambisius.
Bagi Axel, sang nenek seolah menyiapkan dirinya sebagai mesin pencetak keberhasilan dan Icon mewah nan kuat tak terkalahkan keluarganya.
Axel di didik sebagai sosok pemimpin yang keras dan ambisius sejak dini.
Tak ada hal lain yang di kenalkan sang nenek kepadanya selain bagaimana cara menguasai dan membuat orang lain tunduk kepadanya.
Di balik semua itu, Axel tak tahu....jika sebenarnya sang nenek hanya mempersiapkan dirinya untuk mampu melindungi dirinya sendiri agar tak berakhir sama sepeerti sang dady.
berhasil di habisi oleh rival bisnisnya. Beruntung sang nenek bisa bertindak cepat untuk menyelamatkan dirinya dengan mengambilnya dari keluarga sang ibu dan membawanya kembali ke Tiongkok.
" siapa kau sebenarnya..kenapa tuan muda itu seolah begitu menginginkanmu..." monolog Axel dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Novie Achadini
farouq serem mukanya axel adem cool good lioking
2024-12-16
0
Ita Mariyanti
brasa meteor garden,
2024-11-17
0
Zila Aziz
Anak muda Kdg2 melihat tingkah laku org tua mengekang hidup tanpa tahu asbab yang sebenarnya
2024-03-23
1