Dua hari sudah berlalu sejak kejadian di mall itu, Shafeea tak masuk sekolah sudah dua hari. Dan selama dua hari ini juga Axel datang ke sekolah tak seperti biasanya.
Ia datang jauh lebih pagi dari biasanya. Entahlah...apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan.
Namun yang jelas..sejak hari di mall itu, ia seakan selalu tercium wangi tubuh Shafeea.
Pagi ini ia berdiri di atas balkon depan ruang laboratorium komputer, kedua tangannya ia letakkan pada realling pagar besi yang ia jadikan tumpuan tubuhnya yang sedikit ia lengkungkan ke bawah.
Sebersit senyum tipis tersungging di bibirnya manakala matanya menangkap siluet tubuh seorang gadis yang sudah selama dua hari ini mengganggu pikirannya.
Penampilannya yang berbeda membuat gadis itu sangat mudah untuk di kenali.
Shafeea yang di lihat oleh Axel.
Axel terus menatap Shafeea dari atas balkon, tangan kiri gadis itu menenteng sebuah tote bag yang ia yakini berisi jaket hodienya kemaren.
Shafeea terus melangkah, hingga langkahnya terhenti oleh seseorang dan membuat Axel mengerutkan keningnya di atas sana.
Tiba tiba ada yang berdesir di hatinya melihat Shafeea cukup lama bicara dengan orang itu yang tak lain adalah seorang guru muda pembimbing kelas IT.
Guru itu memang masih sangat muda, juga terkenal cukup berada.
senyum kecut terlukis di bibir Axel kini.
" aku dengar dia cabutan...atau mungkin ia sedang berupaya menyelamatkan masa depannya.."
Tiba tiba saja Axel teringat dengan kata kata Faris beberapa waktu lalu di mall.
Meski kata kata itu mendapat bantahan dari Jacob, tetap saja..sepertinya kata kata Faris mampu mempengaruhi pemikirannya tentang Shafeea.
" murahan...." tanpa sadar Axel bergumam lirih dengan tatapan penuh kemarahan yang seoalah tak ia sadari.
Kemudian ia melangkah berlalu meninggalkan tempat itu.
Beberapa menit kemudian ia telah sampai di kelasnya dan melihat Shafeea juga baru masuk ke dalam kelas.
Dengan wajah muram Axel melewati begitu saja Shafeea yang berjalan di depannya.
Dengan angkuhnya pemuda itu duduk di bangkunya dan langsung mengutak atik ponselnya.
Shafeea yang memang sengaja mencari Axel sejak awal dia datang tadi sedikit mengerutkan keningnya melihat pemuda itu duduk tepat di belakang tempat duduknya.
Namun kemudian gadis itu melanjutkan langkahnya dan berhenti tepat di samping Axel duduk.
" aku mau mengembalikan jaketmu, maaf agak lama " kata Shafeea pelan sembari tangan kanannya mengulurkan sebuh tote bag pada Axel.
Cukup lama tangan Shafeea mengulur kepada Axel hingga mungkin karena lelah ia kembali menjatuhkan tangannya kebawah, karena Axel yang tak kunjung menerima tote bag itu.
Axel malah terkesan mengabaikan Shafeea.
Interaksi Shafeea dan Axel menjadi pusat perhatian beberapa siswa yang kebetulan juga sudah datang sejak pagi.
Namun tak ada yang berani bersuara sedikitpun, ini menyangkut seorang Axel. Seseorang yang sebenarnya tak mereka ketahui siapa sebenarnya dia.
Namun melihat para dewan guru yang juga seolah enggan hanya sekedar bersinggungan dengannya. Maka mereka pun menarik kesimpulan yang sama.
Jangan berurusan apalagi bermasalah dengan pemuda itu.
Termasuk juga perhatian tiga pasang mata yang ada di seberang bangku Axel tepatnya di belakang Shafeea berdiri. Yang kini juga tertuju kepada Axel dan Shafeea.
Terutama Axel.
Jacob, Aresh dan Faris. Ketiga teman Axel itu ternganga melihat tingkah Axel yang cenderung seperti orang yang tengah merajuk.
Mereka tentu sangat hafal dengan perangai teman mereka satu itu karena mereka sudah berteman sejak di bangku SMP.
Seolah tak mendengar perkataan Shafeea, Axel terus mengutak atik ponselnya.
Hatinya benar benar sedang bad mood saat ini gara gara melihat Shafeea berbincang cukup lama dengan guru muda pembimbing IT tadi.
Sebenarnya jauh di lubuk hatinya, Axel sendiri tak paham, ia sendiri tak tahu kenapa tiba tiba ia merasa begitu kesal pada gadis itu hanya karena gadis itu bicara dengan orang lain.
Sementara ia tak mampu menahan perasaan tak sukanya melihat itu kepada Shafeea.
" buang saja...aku tak suka memakai bekas orang lain " katanya kemudian dengan ketus membuat Shafeea semakin mengerutkan keningnya.
Bukannya kemaren dia sendiri yang memakaikan kepadaku ?! Tanya Shafeea dalam hati.
" jangan terlibat masalah apapun dengan siapapun..." pesan pak Ridzwan menggema dalam ingatannya. Shafeea menghela nafas.
" baiklah...maaf membuatmu membuang jaketmu " kata Shafeea kemudian,
Selanjutnya ia kembali ke tempatnya duduk sembari membawa tote bag yang di tolak Axel tadi dan meletakkannya ke dalam laci mejanya.
Dan hal itu sungguh membuat hati Axel semakin meradang.
Ia merasa seolah di abaikan begitu saja oleh Shafeea.
Dan tentu saja setiap gerakan Shafeea tak luput dari sorot mata Axel yang entah sejak kapan sudah beralih kepadanya.
Baru saja gadis cantik berhijab itu akan duduk, dari pintu kelas Agam memanggilnya.
Shafeea segera mendekat kepada Agam tanpa menyadari tatapan seseorang yang nampak mematikan kepadanya.
Shafeea berbicara di depan pintu kelas agak ke samping agar tak menghalangi siswa lain yang akan masuk.
Setiap siswa yang masuk selalu menengok kepadanya kembali setelah melihat tatapan Axel yang menikam terarah kepadanya. Dan sayangnya...Shafeea seolah tak paham itu
Gadis itu masih saja terlihat santai bicara dengan Agam.
" bagaimana keadaanmu...kau baik baik saja ?! " tanya Agam nampak cemas.
" aku baik baik saja, terima kasih.." jawab Shafeea singkat.
Memang selalu seperti itu, Shafeea selalu menjawab singkat pertanyaan seseorang kepada dirinya.
" syukurlah kalau begitu, aku sangat khawatir padamu. Dua hari kamu tak masuk sekolah..sementara nomor mu sulit ku hubungi " kata Agam lagi
" iya maaf, aku lupa mengecashnya " kata maaf yang terucap dari bibir Shafeea membuat Agam tersenyum.
Ia merasa Shafeea tengah menjelaskan sesuatu kepadanya dan ia merasa dirinya cukup penting bagi Shafeea hingga gadis itu seolah butuh memberinya suatu penjelasan.
Dan senyum di bibir Agam itu sungguh membuat hati seseorang di sana bagai terbakar api. Ia tak suka melihat interaksi Shafeea dan Agam.
" sudahlah tak apa...yang penting kamu baik baik saja, nanti aku tunggu di kantin " kata Agam sebelum pamit dan di angguki oleh Shafeea.
Baru saja ia mendudukkan bokongnya di bangkunya, ketika tiba tiba ia mendengar Axel bersuara yang entah di tujukan kepada siapa ia tak tahu dan tak ingin tahu.
Mode masa bodoh kembali Shafeea lakukan.
" sepertinya apa yang aku dengar tentang status sosial seseorang adalah cerminan jati diri seseorang itu adalah benar. Semakin rendah status sosial seseorang itu, maka akan semakin rendah pula harga diri seseorang itu " kata Axel yang tertangkap gendang telinga Shafeea. Dan membuat siapa saja yang mendengarnya membulatkan mata.
Pasalnya tak pernah mereka mendengar Axel berkata sebanyak itu sebelumnya.
Apalagi kini..mata Axel tengah menatap Shafeea dengan tajam.
Sementara Shafeea diam tak bergeming, ia hanya fokus dengan aktifitasnya mengeluarkan buku buku pelajaran,
tak ia hiraukan tatapan Luna yang penuh kebingungan.
Gadis berponi itu berkali kali menatap Axel dan Shafeea secara bergantian.
Shafeea yang nampak tetap tenang seolah tak terusik sedikitpun dengan kata kata Axel barusan.
Sementara Axel, ia terus menatap aktifitas Shafeea dengan tatapan tajam.
" ada apa ini..apa Shafeea terlibat masalah dengan Axel, oh astaga astaga astaga...apa yang sudah aku lewatkan " bisik Luna dalam hati,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Lily
adakah yang bisa menjelaskan padaku apa arti "cabutan" disini?
2024-03-24
0
Al Fatih
axel....,hati hati lho,, mulutmu harimaumu....,, kalo cemburu,, agak berkelas gitu,, jgn mulutnya yg ngomong ngawur,, ntar bingung pas mau minta maaf
2024-02-20
2