Satu bulan lagi ujian nasional, Shafeea benar benar mempersiapkan diri untuk ujian akhir ini.
Nilainya harus benar benar maksimal.
Ia ingin cepat pergi dari negara ini.
Pergi jauh dari jangkauan keluarganya.
Menurut perjanjian di awal dulu ketika ia masuk sekolah ini.
Pak Ridzwan mengatakan...ia akan mendapat beasiswa untuk berkuliah di luar negri jika mampu memenuhi semua syarat yang di ajukan sekolah.
Salah satunya ialah selalu mempersembahkan kemenangan dalam setiap lomba. Dan terakhir tentunya..lulus dengan nilai sempurna.
Hari harinya ia habiskan dengan belajar dan belajar, ia pun masih rutin mendapat bimbingan dari para dewan guru yang di percaya pak Ridzwan untuk membimbingnya.
Sebenarnya hal itu sangat di tentang oleh Axel, ia sangat tak suka setiap kali melihat Shafeea masuk ke ruang guru, namun apa boleh buat ia tak bisa berbut apa apa.
Semakin hari, tindakan Axel semakin gila. ia seolah semakin menasbihkan Shafeea adalah miliknya meski gadis itu tak kunjung pernah bersikap baik kepadanya.
Satu sikap yang selalu di berikan Shafeea kepada Axel.
Acuh ...
Hari ini Axel sedang tiduran di dalam kamarnya, ia memang tak masuk sekolah.
Ia merasa sakit hari ini. Namun sebuah pesan foto yang sengaja di kirim Aresh kepadanya masuk kedalam ponsel dan membuat hatinya terbakar.
Foto Shafeea sedang berboncengan dengan Agam membuat darahnya mendidih seketika.
Secepat kilat ia menyambar kunci motor di atas nakas kamarnya.
Sebenarnya jika di lihat dengan seksama tak ada yang aneh dengan foto Shafeea yang di bonceng oleh Agam.
Gadis itu duduk lumayan berjarak dengan Agam, namun agaknya rasa cemburu sudah membutakan Axel.
Thin thin thin.....
Berkali kali Axel membunyikan klakson motor sportnya kepada pengendara di depannya yang tak lain adalah Agam dan Shafeea, namun agaknya kedua orang itu tak menggubris Axel sedikitpun.
" siapa gam..kamu kenal ?! " tanya Shafeea yang tak bisa mengenali Axel karena ia yang memakai helm.
" tahu '...biarkan saja..." jawab Agam santai.
Sebenarnya Shafeea tak sengaja mau di antarkan oleh Agam, hanya saja..ketika keluar dari mall ia sempat melihat pamannya, Faritz keluar dari mobil.
Dan ia mengira, jika ada Farit tidak menutup kemungkinan pasti ada Farugh. Dan ia tak ingin bertemu dengan mereka.
Tak ada cara lain, ia menelpon Agam dan meminta bantuannya.
Tentu saja, tanpa banyak tanya Agam langsung meluncur menemui Shafeea.
Thin thin thin....kali ini Axel menyamakan posisi motornya di sisi motor Agam.
" minggir nggak....!! " teriak Axel dengan keras, kini ia membuka helm nya dan membuat Shafeea seketika membulatkan matanya demi melihat siapa yang meneriaki mereka.
Agam tak menggubrisnya, meski Axel terus menarik gasnya dengan kuat hingga suara motornya bagai ancaman untuk Agam.
Agam berniat menarik gasnya untuk bisa melalaju pergi meninggalkan Axel.
Tapi naas, beberapa meter dari tempatnya kini, nampak tiga buah motor sport berbaris di jalan.
Agam tak fokus, hingga ia tak sadar Axel mengarahkan motornya kearah lain.
Mau tak mau Agam menghentikan motornya.
" gam..." panggil Shafeea merasa tak enak pada Agam.
" nggak usah turun Fheea..." kata Agam pelan, matanya menatap tiga orang di atas motor sport mewah di depannya sana.
Siapa lagi jika bukan sahabat sahabat Axel.
Tak berapa lama Axel sampai di tempat itu, tanpa mematikan motornya ia langsung turun dari motornya dan melangkah ke arah Shafeea yang masih saja duduk di boncengan Agam.
Hatinya panas melihat itu, sejak kapan Shafeea bisa dekat dengan pria lain.
" turun..." Axel segera menarik Shafeea dari boncengan Agam.
" apa sich kamu..." Shafeea tak suka dengan sikap sok posesif Axel kepadanya.
" Lepas Xel...." Agam menghalangi niat Axel
Bughh.....
" bajingan kamu, berani kamu membawanya bersamamu ?! " Axel tak mampu lagi menahan diri, pukulan telak ia layangkan pada wajah Agam hingga meninggalkan bekas lebam di wajah pemuda tampan blasteran Indo Belanda itu.
" gam..." Shafeea terpekik, ia berniat hendak menolong Agam yang jatuh terjerembam ke tanah dari motornya akibat pukulan Agam.
Melihat hal itu semakin terbakarlah Axel,
" berani kamu menolongnya, mati dia..." ancam Axel kepada Shafeea sembari telunjuknya menuding Axel yang masih terjengkang di tanah dan ancaman Axel itu sukses menghentikan pergerakan gadis cantik berhijab itu.
Axel berdecih lirih, hanya karena ingin menolong Agam...sepertinya Shafeea hampir melupakan traumanya.
Segera ia menarik tangan Shafeea.
" lepas....kamu tidak punya hak apa apa untuk melarangku " teriak Shafeea, ia benar benar sudah jengah dengan sikap sok posesif Axel padanya.
Axel menatap tajam dan tak berkedip Shafeea yang berdiri di hadapannya.
" apa maksudmu ?! " tanya Axel kemudian masih dengan tatapan membunuhnya kepada Shafeea.
" apalagi maksudku, tidak ada yang lain...berhenti bersikap seolah kau memiliki diriku, aku berhak menentukan pilihanku. Dan pilihanku adalah Agam...kau dengar ?! " sekali lagi Shafeea berteriak di hadapan Axel.
Axel menatap Shafeea dengan menyeringai.
" kau yakin ?! " tanya Axel kemudian dengan tatapan yang sulit di pahami oleh Shafeea.
Dan tatapan itu cukup mengerikan.
" kau yakin...aku tanya, kau yakin...?! " Axel kembali bertanya kepada Shafeea dengan tatapan yang begitu tajam dan seolah sanggup membunuh siapa saja yang menghalanginya dan itu cukup membuat gadis itu bingung.
" ya...ten tentu saja aku yakin.." jawab Shafeea sedikit terbata.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa gugup untuk menjawab.
Sekali lagi Axel tersenyum menyeringai, perlahan ia mendekati Agam dan....
Bugh....bugh....bugh....
Mata Shafeea melebar sempurna, Axel menghajar Agam membabi buta, memukul...menendang tanpa sedikitpun memberi kesempatan pemuda itu untuk melawan.
" aish...." Jacob dan Faris melempar pandangannya ketempat lain, begitupun dengan Aresh.
Axel benar benar kehilangan kewarasannya karena cemburu.
Agam bukan tandingan Axel, karenanya tak mungkin pemuda itu akan mampu melawan Axel sekalipun Axel memberinya kesempatan untuk melawan.
Shafeea menjerit melihat kekalapan Axel memukuli Agam.
" hentikan.....!! Kau sudah gila hah...." teriak Shafeea ketika Axel menghentikan pukulannya kepada Agam.
Agam sudah terkapar di tanah dengan darah yang mengalir di ujung bibir, pipi dan pelipis matanya.
" katakan sekali lagi dia pilihanmu...ayo katakan !! " hardik Axel kepada Shafeea. Gadis itu hanya diam saja.
Shafeea menggigit bibir dalamnya kuat kuat.
Apa ini....ia tak suka tunduk kepada orang lain, tapi, jika sikapnya membuat orang lain terluka...apa dia masih tak mau tunduk ?! Shafeea semakin bingung mendengar pertanyaan Axel padanya.
" kenapa diam...kau tidak berani ?! ayo katakan dengan lantang seperti tadi " teriak Axel kepada Shafeea.
Axel meraih pergelangan tangan Shafeea setelah sebelumnya menendang Agam untuk terakhir kalinya.
" berani sekali lagi kau membawanya bersamamu, bukan hanya kau yang akan ku buat mati...tapi juga keluargamu. camkan itu..." kata kata Axel mengultimatum Agam.
Kemudian ia menarik lengan Shafeea ke arah motornya.
" menolaklah jika kau ingin melihatnya ku hajar hingga mati " kata Axel kepada Shafeea dan sukses membuat gadis itu merasa kesulitan untuk sekedar menelan ludahnya sendiri.
Tak berapa lama, Axel meninggalkan tempat itu bersama Shafeea di boncengannya. Dan tak lama, teman temannya mengikuti.
Meninggalkan Agam yang masih terkapar ditanah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
gita fafa
keren lex
2024-07-23
0
dina firara
di cintai orang seperti Axel itu banyak adrenalin nya..
tapi itu luar biasa 🥰 ..
aku merasakan nya ..
cinta dan sayang LAKI² yg luar biasa
2024-05-03
0