Farugh langsung berlari cepat kearah paviliun belakang, ia berharap bisa menemukan Shafeea.
Namun nihil..gadis itu tak ia lihat di manapun di paviliun belakang.
Ia berusaha menghubungi seseorang yang ia minta untuk menjaga sang sepupu.
Tapi hasilnya tetap nihil. Nomor ponsel temannya itu tak bisa ia hubungi.
Bahkan....sejak hari itu hingga kini, dirinya bahkan tak pernah bisa lagi menghubungi temannya itu.
Hingga hari menjelang sore ia baru melihat sosok yang ia cari hampir seharian ini dalam keadaan yang begitu memilukan.
Wajah Shafeea terlihat begitu hancur.
Gadis itu memucat.
Sang kakek bahkan tak mengizinkannya melihat sang ibu yang ia sendiri juga tak pernah melihat jenazah bibinya itu.
Malam merangkak, Farugh semakin di buat kacau dengan pemikirannya.
Kakeknya hendak membuang Shafeea kemana.
Tidak...dia tidak bisa tidak melihat adik sepupu sekaligus cintanya itu.
" akh.....apa yang harus aku lakukan, membawanya pergi dari sini ?! Lalu kemana....apa aku bisa lari dari kakek dan papi ?! " ocehnya merasa bodoh dan tak berguna.
Hingga saat putus asa merajai hatinya, satu jalan tersirat di hatinya.
Ia tak peduli jika mungkin nantinya ia akan di hajar habis habisan oleh ayahnya juga kakeknya terutama.
Kemungkinan terburuknya...ia juga akan terusir dari keluarga ini.
Tapi tak apa, ia sudah siap. Selama dirinya bisa bersama Shafeea ia akan baik baik saja meski tak memiliki apa apa.
Bergegas pemuda tampan itu bangkit dari duduknya dan dengan langkah lebar ia bermaksud ke paviliun belakang.
Sebelum masuk paviliun yang sebelumnya tak pernah ia datangi secara terang terangan karena ia yang hanya berani datang secara sembunyi sembunyi, tadi... ia melihat bi Narsi tengah turut sibuk di mansion utama.
Di depan pintu kamar Shafeea dirinya sejenak berhenti, ia menghela nafas.
" maafkan aku Shafeea...ini satu satunya cara untuk membuatmu tetap berada di sini " bisiknya pelan kemudian ia membuka pintu kamar gadis itu.
Begitu pintu terbuka, hatinya mencelos melihat pemandangan di depannya sana.
Shafeea duduk bergelung lututnya di bawah sana.
Terlihat begitu rapuh dan terpuruk.
Jauh di lubuk hatinya ia tak tega melakukan itu. Tapi ia tak punya cara lain.
Ia hanya ingin Shafeea tetap berada di sisinya. Tak peduli gadis itu masih begitu belia.
Keputusan telah ia ambil.
Keputusan yang akhirnya ia sesali.
Keputusan yang justru membuatnya kehilangan gadis itu.
Flass off
Farugh kembali terdengar menghela nafas. Dadanya terasa begitu sesak bagai terhimpit batu besar.
Di angkatnya satu bantal di sana kemudian ia memeluknya dengan begitu erat.
Ia hirup dalam dalam aroma Shafeea yang masih tertinggal di sana.
Ini sudah tiga tahun. Mustahil jika aroma itu masih ada...tapi nyatanya, Farugh merasa masih bisa mencium aroma Shafeea di sana. Terutama pada bantal bantal dan guling itu.
" kembalilah Shafeea...kembalilah, aku sangat merindukanmu " bisiknya pelan.
" hentikan kebodohanmu ini Farugh, tingkahmu ini sangat memalukan dan menjijikkan. gadis haram itu sama sekali tak pantas untuk kamu cintai..." suara pelan namun terdengar begitu pedas dan menyakitkan menyapa gendang telinganya.
Farugh menoleh dengan cepat.
Seorang wanita cantik berusia sekitar 40 tahunan lebih nampak berdiri di ambang pintu dengan menatap Farugh penuh kemarahan.
" mamy..." cicitnya,
Samira semakin membulatkan matanya melihat kegilaan putranya itu.
Sebagai seorang ibu, sebenarnya ia sudah sejak lama mencium gelagat mencurigakan tentang sikap putranya itu kepada Shafeea.
Tatapan Farugh kepada Shafeea di nilai Samira terlalu dalam, seolah Farugh tengah menikmati sesuatu di wajah gadis itu.
Ia juga kerap kali sering melihat Farugh diam diam mencuri pandang kepada Shafeea setiap ada kesempatan. Putranya itu juga diam diam terus memperhatikan gadis yang sangat ia benci itu.
Hingga ia mengetahui fakta mencengangkan, sang putra sampai meminta seseorang untuk menjaga Shafeea diam diam.
Seposesif itu Farugh kepada Shafeea.
Sebagai seorang ibu, Samira bukan tidak tahu bagaimana putranya itu mencintai Shafeea hingga seperti gila.
Ia tahu...tapi keegoisannya membuatnya tutup mata.
Ia tak terima dan ia tak rela.
Apapun akan ia lakukan untuk memisahkan kegilaan Farugh itu.
Ia menghentikan orang yang di minta Farugh untuk menjaga Shafeea berhenti melakukan perintah Farugh.
Ia bahkan segera memindahkan orang itu dari kota ini.
Namum ternyata ia masih juga kecolongan.
Ia hampir saja terkena serangan jantung ketika melihat Farugh hampir saja melakukan hal fatal untuk bisa mempertahankan Shafeea tetap di rumah ini.
Farugh ingin membuat gadis itu hamil anaknya....
Gila....
Beruntung Shafeea bisa lolos dari kenekatan Farugh.
Jauh di lubuk hatinya, ia mengacungi jempol gadis kecil itu.
Tak ia sangka. Gadis sekecil itu bahkan mampu menggagalkan kesarkasan Farugh padanya.
Sepertinya darah Zahira sang pembangkang mengalir deras dalam darahnya.
Bisiknya dalam hati sembari meringis samar.
" keluar..dan segera berkumpul di ruang keluarga !! " perintah Samira kemudian.
" aku tidak akan menerima perjodohan ini mamy, jadi...jika mamy tak ingin aku membuatmu malu, berhenti memaksaku..." jawab Farugh dingin, kemudian pria itu mengembalikan bantal dalam dekapannya ketempatnya dengan begiu pelan dan hati hati.
Berdiri dari duduknya, menunduk dan mengusap lembut pembaringan itu untuk merapikan seprai yang terlihat sedikit kusut karena ia duduki.
Tak ia hiraukan tatapan jengah sang ibu akan kelakuannya.
Usai melakukannya, Farugh segera berlalu dari tempat itu meninggalkan sang ibu yang masih berdiri di tempatnya.
Samira mengepalkan tangannya dengan kuat hingga memperlihatkan buku buku jarinya.
Tubuhnya seketika bergetar, ingatannya perlahan kembali kepada masa lalu dan itu sukses membuat tubuhnya kian gemetar karena menahan amarah.
" tak akan aku biarkan....cukup kau mengambil Air dariku dahulu..." suara Samira terdengar pelan namun begitu penuh amarah.
💦
Pagi yang indah di sebuah asrama putri, Shafeea telah terlihat rapi dengan stelan gamis rok one set warna mustardynya lengkap dengan hijab syar'i nya yang berwarna hitam dan menjuntai kebawah hingga menutup dadanya.
Sungguh pakaian yang terlihat begitu sempurna melekat di tubuhnya bahkan juga begitu sempurna menutupi semua yang ia miliki.
" jadi..di hari minggu begini, bu guru kita sudah siap mengajar anak didiknya...?! " goda Qonita pada Shafeea.
Shafeea tersenyum tipis.
" mau bagaimana lagi, sepertinya aku memang di takdirkan tak harus memiliki waktu untuk santai jika tak ingin dompet ku kosong.." Shafeea sedikit berkelakar.
Hanya dengan Qonita ia bisa sedikit bebas berekspresi.
" jangan terlalu memaksakan dirimu...kau juga bisa sakit " kata Qonita lagi.
Shafeea tersenyum tipis.
" tanks kakak..." kata Shafeaa kemudia sembari ia kembali menyunggingkan senyum tipis di bibirnya, namun kali ini ia menyertai senyum tipisnya dengan bibir yang coba ia tarik ke kanan dan ke kiri lebar lebar.
Qonita tertawa lebar melihat ekspresi Shafeea.
" jangan di paksa tersenyum lebar begitu jika kau memang tak bisa tersenyum lebar. Jatuhnya kau malah terlihat seperti badut " oceh Qonita tetap dengan tawanya membuat Shafeea mengerucutkan bibirnya.
" aku hanya sedang belajar tersenyum seperti dirimu.." kata Shafeea kemudian.
Qonita maju satu langkah kemudian memeluk gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Al Fatih
walaupun sdh pernah baca,, tapi ketika membaca kembali,, rasa penasaran itu masih ada,, ap yaaa yg akan terjadi selanjutnya
2024-05-01
0
Al Fatih
penasaran aq kisah selanjutnya gmn...
2024-02-20
2