6

'Temen selamanya'

terngiang ngiang di kepala lia, bahkan ia sampai tak sadar jika mereka sudah sampai di depan pekarangan rumahnya.

"li lo gak mau turun? Apa masih mau jalan jalan?"

Tanya gavin jahil, yang langsung mendapat toyoran di kepalanya. Lia ini memang doyan sekali melakukan kdrt.

Lia pun turun lalu melepas helm milik gavin.

"makasih traktiran lo malem ini, besok gantian gw yang neraktir lo"

Ucap lia dengan nada semangat walapun pengakuan gavin tadi sempat membuatnya kecewa tapi ia tetap memasang wajahnya seceria mungkin.

Gavin membalas dengan senyuman lalu mengangguk.

"gw pulang dulu pin, lo hati hati dijalan"

Ucap lia terkekeh.

"rumah kita sebelahan btw"

balas gavin yang membuahkan tawa dari mereka berdua, mereka pun memisahkan diri dan pulang kerumah masing masing.

Lia memasuki rumah tak lupa mengucapkan salam, ia melepas sepatunya tepat ketika ia sampai ruang tengah melihat sang abang yang sedang santai menikmati acara bola di tv.

Abangnya melirik sekilas, melihat adiknya yang baru pulang setelah maghrib.

"Lo abis ngapain pulang jam segini?"

Ujar sang abang sebut saja namanya ian karena nama abangnya memang ian hehe.

"Resek banget sih lo, serah gw lah emang kayak lo dirumah mulu nasib gak punya pacar"

Olok lia sambil menjulurkan lidah mengundang decakan kesal sang abang, lihat saja abangnya mengadukannya pada sang bunda bahwa lia punya pacar.

Btw emangnya lia punya pacar? Padahal dia senasib dengan sang abang sama sama nt.

Sangat menyedihkan tapi itulah faktanya.

mereka menyudahi debatnya dari pada ribut terus gak akan kelar kelar urusannya, lia pun segera menaiki tangga menuju kamarnya ia bergegas mandi untuk bersiap siap makan malam.

Ia memasuki kamarnya, suasana kamar lia dipenuhi cahaya temaram dari lampu tidur saja karna ia sangat menyukai suasan gelap.

menghabiskan waktu 10 menit untuk mandi waktu yang cukup singkat dari kebanyakan orang ketika mandi, ia mengusak ngusak rambutnya yang basah dengan handuk ia pun sudah rapi dengan piyama shinchan miliknya.

Sekilas ia melirik di meja rias nya, fokusnya tertuju pada satu paket skincare yang dibelikan ibunya ketika ia ulang tahun beberapa bulan yang lalu.

sungguh ia hanya menerimanya tapi tidak pernah memakainya bahkan benda itu sampai sedikit berdebu, ia tak pernah memakai skincare lengkap itupun hanya facial wash dan sunscreen.

Lia pun duduk di meja rias lalu memandangi wajahnya, sebenarnya wajah lia cukup manis dengan fitur wajah yang kecil, mata yang agak sipit, hidung mungil yang tidak terlalu mancung serta bibir tipis yang imut.

lia melihat wajahnya yang sejujurnya agak kusam serta beberapa jerawat di dahi, ia merasa ini normal karna remaja lain juga mengalami hal yang sama.

Tetapi ketika ia membandingkan dirinya dengan nana, dia yakin ia jauh sekali dari kata cantik.

Nana itu sangat cantik tak heran jika ia sangat terkenal sampai ke sekolah tetangga.

Semua yang ada pada nana membuat lia iri.

seperti body nana yang ideal tidak kurus dan tidak berisi, kulit putih yang bersih bak porselen, hidung mancung seperti karakter manhwa yang sering ia baca, mata besar bak rusa ditambah bulu mata yang lentik, dan yang paling membuat iri lia adalah bibir nana.

Bibir nana seperti bentuk hati. bibirnya tidak tebal dan tidak tipis, dan selalu berwarna pink alami.

Lia melirik cermin lalu menyentuh bibirnya, bahkan bibirnya pun sangat berbeda jauh dengan nana.

Lia meringis melihat bibirnya yang pecah pecah dibeberapa bagian.

Ia menyadari bahwa terlihat cantik adalah sesuatu yang sangat penting.

Ia pun mulai mencoba beberapa skincare yang tak pernah tersentuh oleh tangannya sama sekali.

Awalnya ia agak bingung ketika melihat beberapa skincare yang ia tidak tahu cara memakainya bahkan sampai melihat tutorial di youtube.

Ceklek

Pintu kamar pun terbuka ternyata sang bunda, ia melirik putrinya yang sedang memoleskan beberapa skincare pada wajahnya. Sang bunda tersenyum melihat putrinya yang sedikit peduli tentang penampilan, beginilah rasanya ketika memilki anak gadis.

"lia nanti turun ya kita makan malam "

Ujar sang bunda

"iya bunda nanti lia susul ke bawah"

Balas lia, bundanya mengangguk lalu menutup pintu kamar lia kembali.

Lia pun turun dari tangga langsung menuju ruang makan ia melihat abang nya yang sudah anteng menunggu bunda yang sedang menyiapkan makanan sambil asik bermain ponsel.

Mereka bertiga pun kini makan dengan hikmat kenapa hanya bertiga? Kemana ayahnya? Ayah lia sedang dinas keluar kota sangat jarang bertemu mungkin hanya 3 atau 4 kali dalam sebulan.

Lia bersemangat sekali ketika sang bunda mengambilkan nya ayam pop, lauk kesukaan lia.

"bund jatah lia dikurangin aja gak baik makan malem nanti tambah gendut"

Lihatlah sang abang lagi lagi mencari perkara padahal mereka sedang menikmati makan malam.

lia baru saja ingin membuka suara tetapi sang bunda langsung menengahi.

"nanti jatah abang aja yang bunda kurangin"

Ujar bunda mengancam.

"lahh jangan dong bun"

Ucap abang panik

"Lagian lagi makan malah cari gara gara sama adeknya"

Balas sang bunda, yang membuat lia sedikit tertawa lalu menggumamkan kata 'mampus' tanpa suara.

Abangnya memutar mata melihat kelakuan sang adik yang senang karna dibela bunda.

"oh iya dek tumben kamu pulang malem lagi hari ini ?"

tanya sang bunda.

"Biasalah bund lia kan punya pacar"

Belum sempat menjawab sang abang sudah nyerocos duluan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!