Cerdik. satu kata menggambarkan jalan pikiran seorang Ola, begitu melihat ada kesempatan maka dia tidak akan menyia-nyiakan. sama halnya chat yang baru saja ia anggap sampah tapi ternyata memiliki nilai guna untuk melancarkan proses perceraiannya
'bukti ss chat ini bisa memperkuat gugatan ibu di pengadilan'
adalah balasan yang Ola terima dari sang pengacara setelah ia mengirimkan bukti chat milik Dewi.
"mas perhatikan belakangan ini kamu sering sekali senyum-senyum sambil chatingan. berbalas pesan sama siapa?"
Ola mendongak, memfokuskan pandangan pada sosok pria yang baru saja menyelesaikan kegiatan mandinya. seketika hatinya merana. Ada rasa sesal bercokol di hati begitu menyadari dalam hitungan hari ia tak bisa lagi melihat dan sedekat ini dengan lelaki yang sudah membersamainya selama 11 bulan ini. Tapi fakta bahwa Esa akan tetap menceraikannya membuat Ola tak bisa mundur. Buat apa bertahan dan berlama-lama kalau ujung-ujungnya ia akan tetap dihadapkan dengan rasa sakit yang sama?
"aku chating sama Naya. dia nanya-nanya banyak hal" dusta Ola
"suara kamu kenapa? flu?" Esa bertanya dengan nada khawatir. lelaki yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi auratnya itu mendekat ke arah sang istri
"nggak" jawab Ola seadanya
"pasti gara-gara acara double date tadi ya. kamu sepertinya kecapean. mama memang kadang rada-rada. mana ada double date di kincir angin" ujar Esa setelah menyentuh dahi sang istri yang bersuhu normal. lelaki yang bertelanjang dada itu sudah duduk di tepi ranjang persis di samping kaki sang istri
mereka memang baru pulang setelah memenuhi ajakan Ratu. pacaran di pasar malam, menikmati angin malam di atas kincir angin.
"siapa yang bilang katanya seru" sindir Ola membuat Esa menampilkan cengiran tak berdosanya
"serunya karna bisa cium bibir kamu dan bisa gr*pe-gr3pe kamu pas di puncak" Esa berucap dengan gestur lelaki nakal dan ia berhasil mendapat hadiah berupa tabokan di mulut dari tangan Ola
"mesum banget, ih!"
"mesum sama istri sendiri malah dapat pahala loh, sayang" Ujar Esa, lalu setelahnya Esa memberikan handuk kecil yang tersampir di pundaknya ke tangan Ola, lalu ia menyodorkan kepalanya yang masih setengah kering ke dada Ola
"kamu kenapa kaku gini sih?" protes Esa begitu ia merasakan ketegangan tubuh Ola saat kedua tangannya memeluk pinggang perempuan itu
"perasaan biasa aja" balas Ola sembari mengeringkan rambut Esa dengan telaten
"nggak. kamu berubah beberapa hari ini. nggak pernah kasih kabar lagi kalau bukan mas yang duluan, chat mas jarang banget kamu balas, panggilan juga nyaris tidak pernah kamu angkat, kalau mas peluk atau cium kamu kaku, kek nggak iklas gitu" Esa menyampaikan keluh kesahnya atas perubahan sikap Ola yang ia rasa belakangan ini
"udah kering mas, sekarang mas pakaian sana. aku mau naruh handuk ini dulu di keranjang cucian" Ola berusaha melepaskan diri tapi pelukan Esa malah makin erat
"La?"
"hm?"
"kamu mau maafin mas, kan?" suara itu seperti tertahan, sedikit serak
"maafin kenapa? emang mas ada salah apa?" pancing Ola bertanya balik
namun perempuan itu hanya bisa tersenyum masam ketika Esa sama sekali tak berniat menjawab pertanyaannya
"mas masih ingat nggak satu-satunya persyaratan yang aku minta saat pertama kali kita dipertemukan untuk di jodohkan?" Bukan jawaban, malah Ola merasa engap karna Esa menambah kekuatan dekapannya
"perselingkuhan. selama mas tidak melakukan hal itu aku bisa memaafkan apapun itu, bahkan kdrt sekalipun. tapi aku yakin mas tidak mungkin melakukan kekerasan, wajah mas tidak memiliki tampang seorang pemukul. tapi kalau selingkuh..." ucapan Ola terpotong ketika Esa menyeru dengan posisi masih memeluk tubuh Ola
"mas tidak akan selingkuh" tidak akan lagi" sambung Esa dalam hati penuh keyakinan
"ya. karna kalau mas selingkuh, aku benar-benar tidak memiliki stok maaf untuk itu" Ujar Ola penuh penekanan. sorot mata perempuan cantik itu berangsur pilu mendengar kebohongan nyata dari pengakuan Arjuna Reksa Nugraha
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Ola pikir setelah pembahasan mereka yang tak menemukan titik kejujuran, Ia bisa tidur tanpa di ganggu oleh Esa. namun ternyata lelaki yang berbaring miring memeluknya dari belakang itu mengingatkannya pada sesuatu yang sedari tadi Ola hindari
"kamu udah bersihkan kan, La. ini udah hari ke 8 dan seharusnya kemarin kamu udah mandi bersih" Esa bertanya dengan suara kecilnya di belakang telinga Ola. kedua tangan lelaki itu sudah memainkan kedua benda kenyal nan padat favoritnya yang ada di bagian depan tubuh sang istri.
"mas, kalau besok aja gimana?" Ola memberikan penawaran sekaligus penolakan, tangannya menahan ujung bajunya saat tangan Esa akan menyingkapnya
"ka...kamu nolak mas?" suara berat Esa terdengar kecewa. bersamaan rasa sendu yang kembali hadir dalam diri begitu mendapatkan penolakan halus sang istri. Sudah satu minggu ini ia merasakan hal berbeda dari perilaku sang istri terhadapnya. Esa bisa merasakan aura Ola belakangan ini berbeda dari biasanya. dulu, perempuan ini gemar sekali menggodanya ketika ia berada dalam kamar. tapi sekarang wanita itu seolah alergi dengan gaun tipis itu. Ola juga seperti enggan berbicara meskipun masih menyahuti setiap pernyataan yang Esa lontarkan. jawaban yang diberikan cukup singkat dan sekenanya saja.
Ola menggigit bibirnya, rasa sakit yang bercokol di hatinya semakin perih. belum sempat ia menguasai diri, tubuhnya sudah dipaksa berbalik sehingga kini tubuhnya sudah berhadapan dengan tubuh Esa.
"sayang, kamu nangis?" Esa Bertanya nyaris berteriak melihat sudut mata Ola berair. segera tangannya menghapus air mata sang istri yang ternyata cukup deras
"ada apa, La?" tanya Esa kembali begitu Ola hanya menatapnya tanpa berkedip
"kenapa memandangi suamimu seperti itu, apa kamu begitu memujanya?" Esa mencoba bergurau, sebenarnya salah tingkah. ini bukan kali pertama Ola memandangnya begitu intens, namun setiap wanita itu memandangnya Esa selalu salah tingkah. tapi kali ini tatapan Ola sedikit berbeda, seolah merekamnya baik-baik seolah mereka tak akan bertemu lagi
"wajah ini milikmu" ujar Esa sembari mengambil tangan Ola kemudian ditempelkan di pipinya sendiri
"hanya wajah?" wanita itu akhirnya mengeluarkan suara meski terdengar seperti bisikan. Esa memejamkan mata menikmati sejenak elusan ibu jari wanita itu di pipinya
"wajah, tangan, kaki, seluruh tubuh mas adalah milikmu" sahut Esa masih dengan mata terpejam sehingga ia tak melihat ekspresi merana sang istri.
'aku mau raga kamu juga hatimu mas' batin Ola menjerit. namun apa daya ada perempuan lain yang sudah memilikinya.
"berapa lama aku memilikinya?" tanya Ola nyaris berbisik, tapi mampu membuat mata Esa terbuka lebar-lebar
"selamanya" jawab Esa tanpa keraguan
pandainya kamu berdusta mas. batin Ola miris
"ya sepertinya begitu" balas Ola dengan ekspresi datar. tidak ada senyum yang biasa menghiasi wajah cantiknya ketika Esa membenarkan klaim kepemilikan Ola pada tubuhnya
"lalu kenapa kamu melihatnya saja. kenapa tidak memeluknya" Esa berharap Ola segera membalas pelukannya. karna sebenarnya ia sangat merindukan bagaimana wanita itu memeluknya di atas ranjang mereka.
"La?" panggil Esa kebingungan karna Ola masih bergeming memandangnya
"aku masih menimang, seberapa siap aku tanpa mas" ungkap Ola. wajah Esa yang tadinya berharap berubah terkejut
"kenapa kamu bicara begitu?" Esa meraih tangan Ola dan menggenggamnya dengan kuat
"mas tidak mau kamu bicara seolah-olah kamu akan pergi dari mas" Esa melanjutkan kalimatnya dengan perasaan campur aduk
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Laksmi Amik
jadi kah jd janda ola
2024-04-19
0
🌈Yulianti🌈
siap " nih otw jd janda n duda
2023-03-20
0
Auah elap
tega banget de thor
2020-08-06
0