Gertakan Papa Barack

Ola tertawa miris di dalam ruang kerjanya. setelah pulang dari cafe dia langsung bergerak cepat mengumpulkan bukti. dan hal yang membuatnya miris adalah butik yang berlebel Dewi Butique itu ternyata hadiah dari Esa untuk kekasih hatinya. tanah beserta bangunan juga modal itu Esa berikan cuma-cuma, mungkin bukan cuma-cuma karna pastinya gundik Esa yang terlahir dari seorang wanita tua tukang pijat di sebuah rumah bordil itu pasti memberikan pelayanan terbaiknya untuk Esa. pelayanan di atas ranjang misalnya.

cinta memang buta. pepatah yang cocok untuk kisah cinta dari seorang lelaki pewaris takhta, Esa dan seorang perempuan sederhana.

baik, ini bukan tentang kalah menang. tapi ini tentang cinta yang tak bisa di jadikan perlombaan dengan mengandalkan status sosial. karna cinta tidak memandang itu, prinsip itu berlaku bagi Esa dan Dewinya, tentu tidak dengan Ola. dia tidak bisa sembarangan mencintai laki-laki karna nyatanya selama 26 tahun hidupnya yang berhasil mengambil hatinya ya, suaminya.

kepala Ola berdenyut. ia belum sempat makan siang padahal waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.

sementara di gedung lain, Esa yang terbebas dari aula setelah beberapa jam terperangkap di sana untuk melakukan evaluasi pada para kepala divisi, tiba-tiba teringat Ola yang tadi pagi berangkat lebih dulu padahal biasanya Esa selalu mengantar sang istri sebelum Esa ke kantornya sendiri. namun yang membuatnya kalang kabut adalah wanita itu tiba-tiba mengganti poto profil menjadi foto sendiri wanita itu, padahal selama mereka menikah Ola selalu menggunakan foto mereka berdua, berbeda dengannya yang memang selalu menggunakan fotonya sendiri.

"ck, nggak diangkat lagi" dumelnya sembari terus melanjutkan langkah menuju ruangannya. setelah percobaan ketiga tak juga mendapat jawaban, Esa mengetikan pesan berharap segera dapat balasan dari sang istri

"dimana?"

"sibuk banget ya?"

"kenapa panggilan mas nggak diangkat?"

Esa masih menatap ruang chatnya bersama Ola. meski tak ada keterangan online tapi Esa tetap tidak keluar dari ruang chat yang tertera nama Andi Tenri Ola 💦

"kalau niat cerai nggak usah mempermainkan hati anak orang terlalu lama. katanya mau cerai dan nikah sama simpanan, kok masih aja menunggu balasan dari istri yang tak diharapkan"

Esa tidak tahu kapan lelaki yang lebih tua 23 tahun darinya itu berada di sampingnya dan mencuri lihat layar ponselnya, tiba-tiba saja muncul seperti jailangkung

"bukan urusan papa"

"jelas urusan papa lah. papa yang melamar Ola untuk kamu. jelas papa bertanggung jawab sama perasaannya"

"papa ingatkan sekali lagi, jangan mengulur waktu. lepaskan salah satunya. jika kamu memang mencintai simpanan mu itu, lepaskan Ola. tidak perlu menunggu waktu 1 bulan lagi untuk mencukupkan satu tahun pernikahan kalian. kamu minta papa berhenti menyetir kehidupan kamu kan, sekarang papa serahkan semua sama kamu. kamu yang akan menjalaninya, semoga saja kamu tidak mendapat penyesalan atas ulahmu yang mencurangi istrimu"

setelahnya Barack melangkah keluar saat lift terbuka, meninggalkan Esa yang menatap tajam punggung sang papa

Barack melangkah dengan tangan terkepal. kejadian dua hari lalu dimana ia memergoki putranya tengah makan malam di restoran mewah bersama seorang perempuan yang bukan menantunya membuat Barack merasa gagal menjadi seorang ayah. pengakuan Esa kemarin siang di ruang rapat yang membenarkan keberadaan wanita lain di dalam pernikahan putranya dan Ola menambah remuk di hati Barack. jika saja Barack ringan tangan, ingin sekali ia membuat wajah putranya jadi bonyok membalaskan sakit hati seorang perempuan muda yang tidak tahu apa-apa.

Barack tak tahu harus menasehati putranya dengan cara apa lagi. ia pikir setelah menikahkan Esa dengan perempuan cantik nan manis keturunan ningrat bugis pula akan membuat putranya terlepas dari perempuan miskin bernama Dewi yang tak jelas asal usulnya itu, nyatanya putranya malah menjalani kehidupannya dengan dua orang wanita sekaligus. biarlah Esa akan merasakan akibat dari perbuatannya. Barack sudah susah payah menyiapkan jalan terbaik dengan rintangan yang lebih kecil jika bersama Ola, malah Esa memilih jalan lain yang sudah pasti penuh duri.