Kekecewaan Audrey

Seminggu kemudian, Frans telah tiba di rumah Audrey. Ia begitu merindukan istri yang baru satu minggu resmi menikah dengannya.

"sayang...apa semua sudah siap?" tanya Frans

"sudah....semua sudah aku siapkan, besok pagi-pagi sekali kita berangkat"

"kenapa besok pagi? Kenapa tidak malam ini juga?"

"papa dan mama sepakat berangkat pagi, karena acaranya malam hari, setelah itu mereka langsung pulang lagi"

"kenapa tidak menginap?"

"lusa papa ada acara kantor" kilah Audrey. Ia tak sengaja mendengar percakapan papa dan mamanya. Mereka tak ingin berlama-lama di kota kelahiran Frans karena mereka merasa tersinggung dengan apa yang telah dilakukan oleh kedua orang tua Frans.

"ayo kita tidur...." Frans memeluk tubuh Audrey menjadikan lengannya sebagai bantal Audrey. Audrey merasa ia begitu dicintai oleh Frans.

.

Keesokan paginya, semua keluarga telah bersiap, termasuk Audrey dan Frans. Banyak saudara yang papanya Audrey ajak untuk ke acara syukuran yang digelar oleh kedua orang tua Frans.

Iring-iringan mobil keluarga Audrey telah berangkat. Perjalanan mereka akan ditempuh sekitar tiga jam jika lalu lintas lancar.

Audrey bersama Frans naik mobil Frans bersama beberapa sepupu Audrey. Tak banyak pembicaraan di dalam mobil karena sepupu-sepupu Audrey memilih untuk tidur sepanjang perjalanan.

Setelah tiga jam, akhirnya mereka semua sampai di kota kelahiran Frans, sebuah kota kecil namun terkenal karena ada beberapa tambang minyak dan juga batubara di sana.

Rombongan mereka telah sampai di rumah masa kecil Frans. Rumah yang terletak di area perumahan elit di kota itu.

Mereka semua dipersilahkan masuk dan beramah tamah sebentar sambil melepas lelah.

"kami selaku tuan rumah telah menyediakan hotel untuk rombongan keluarga Audrey untuk beristirahat sebelum acara nanti malam" ucap papanya Frans

"tidak perlu repot tuan Ferdinan...." ucap papanya Audrey

"nanti akan ada yang mengantar ke hotel jadi tuan Baskara tidak perlu kawatir"

"terima kasih tuan Ferdinan" mamanya Audrey tersenyum

"acara nanti dimulai pukul lima sore di gereja, acara syukuran akan dimulai pukul tujuh malam di sini" ucap papanya Frans

Mama dan papa Audrey saling pandang, ingin protes namun mereka memilih untuk menahan emosi mereka, agar mereka tak merasa malu.

Rombongan keluarga Audrey pun diantar ke hotel yang telah dipesan oleh keluarga Frans. Kini Audrey dan Frans pun juga beristirahat di dalam kamar mereka berdua.

"kenapa acaranya di gereja?" Audrey tampak kecewa dan marah

"aku tidak tahu sayang..." Frans terlihat bingung

"bohong...kamu pasti bohong..." Audrey marah

"sungguh...aku tidak tahu apa-apa sayang... " Frans ingin menenangkan Audrey

"pernikahan kita kemarin sudah sah menurut hukum dan agama, untuk apa lagi harus ada acara di gerejamu?"

"aku tidak tahu sayang....semua mama dan papa yang mengatur...."

Audrey terduduk, baru seminggu mereka menikah namun orang tua Frans sudah berbuat tanpa bertanya pada mereka. Audrey tak pernah mengalami sebelumnya, di rumahnya kedua orang tuanya selalu bertanya apa pendapatnya jika itu mengenai dirinya, meski terkadang papanya memaksakan apa yang menurutnya benar.

Audrey berusaha untuk tetap tenang, meski dalam hatinya begitu marah. Ia marah pada kedua orang tua Frans, seolah-olah pernikahan mereka minggu lalu tidak sah

Sore telah tiba, Audrey mulai dirias, ia diam tak banyak bicara, ia hanya menjawab sekenanya apa yang ditanyakan oleh orang-orang yang menemuinya, senyumnya pun dipaksakan.

Pukul lima kurang sepuluh menit, mereka telah tiba di gereja yang tak jauh dari rumah Frans. Mereka duduk di ruang tunggu, lagi-lagi Audrey hanya diam.

Hatinya terluka, harga dirinya serasa diinjak-injak, bukan pernikahan yang seperti ini yang ia mau. Seolah-olah janji suci yang telah ia ucapkan di altar pernikahan minggu lalu adalah hal yanh tidak sah.

Ia berusaha untuk tetap tersenyum pada orang-orang ia tak ingin kedua orang tuanya tahu jika Audrey merasa tersakiti.

"sayang...aku mohon bersabarlah...ini yang terakhir kalinya, setelah ini kita bisa bebas hidup berdua membangun keluarga kita" ucap Frans lembut

"aku tidak menunjukkan emosiku yang sebenarnya karena aku tak ingin kedua orang tuaku lebih terluka lagi karena sikap kedua orang tuamu" Audrey kesal

"terima kasih...aku berjanji akan berusaha membahagiakanmu..."

"janji yang dulu saja tidak kamu tepati, kamu sudah berjanji lagi...aku takut janji yang kamu ucapkan di altar pernikahan waktu itu suatu saat akan kamu ingkari" ucap Audrey sinis

Frans terkejut baru kali ini ia tahu bagaimana seorang Audrey jika marah, ia tak menyangka Audrey akan berkata seperti itu.

"jangan kamu ragukan janjiku..." ucap Frans tegas "janji yang aku ucapkan di altar pernikahan tidaklah main-main Audrey..."

Acara pun dimulai, mereka diarak masuk ke dalam gedung gereja. Sebuah gereja kecil tak sebesar gereja Audrey yang selalu menjunjung tinggi kekhidmatan saat beribadah.

Audrey semakin marah ketika ia harus berdiri di altar kembali, meskipun tidak mengucapkan janji pernikahan kembali namun itu semua melukai harga dirinya. Tidak cukupkah apa yang telah dilakukan di gereja Audrey, dimana pemuka agama dari gereja Frans juga hadir.

Audrey sendiri tak habis pikir, ia pikir semua sudah selesai ketika acara itu selesai namun ternyata papa dan mama Frans seolah masih belum puas.

.

Kini tiba saatnya acara syukuran di rumah Frans, Audrey bisa melihat kekecewaan di wajah mama dan papanya namun mereka terlihat berbesar hati dan tetap tersenyum pada semua orang.

Audrey ingat apa yang dikatakan papanya sebelum acara pernikahan digelar. Bahwa papanya tak akan membalas apa yang dilakukan mama dan papa Frans, ia akan membuktikan bahwa ia jauh lebih baik dari kedua orang tua Frans.

Audrey ingin mengikuti apa yang papanya katakan. Ia tak akan membalas apapun, biarlah Tuhan yang membalas mereka melalui perantaraan orang lain bahkan mungkin lebih kejam.

Frans memiliki seorang adik perempuan yang belum menikah, bahkan sampai sekarang pun ia belum memiliki pacar. Ia hanya berpikir, apakah mama dan papanya Frans tak pernah takut jika apa yang mereka lakukan akan berimbas pada anak perempuannya.

Audrey sudah melihat ketika mamanya Frans merasa malu saat sanggulnya terlepas. Bahkan dengan kondisi seperti itu, dengan lantang mamanya Frans menyalahkan orang lain.

Audrey hanya berharap setelah ini semua akan baik-baik saja dan ia bisa hidup bersama Frans tanpa campur tangan kedua orang tua Frans.

.

.

B e r s a m b u n g

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!