Bab 19

Angin berdesir kencang malam itu, dedaunan kering berterbangan seiring dengan hembusan angin. Awan gelap berarak dilangit, seketika bulan disembunyikan dengan sangat apik membuat para penyukanya menggerutu singkat pada langit. Nampaknya sebentar lagi akan turun hujan, malam berubah menjadi gelap gulita kala bulan tertutup awan sepenuhnya.

Sebuah mobil berhenti tepat dibelakang mobil sedan warna hitam yang terparkir begitu saja didepan sebuah rumah minimalis dua tingkat. Pintu mobil terbuka dan empat orang keluar dari sana, dua perempuan dan dua pria, mereka tak lain adalah Diana, Alea, Dylan dan abi.

"Ini mobil Adnan kan? " Alea menatap dengan seksama mobil tersebut, "benar. Adnan ada didalam sekarang. " Ia menjawab sendiri pertanyaannya.

"Pintu pagar di gembok, untuk masuk kedalam kita harus memanjat pagar, " Jelas Dylan yang sedari tadi tidak mengalihkan perhatiannya dari rumah itu sama sekali. Lampu menyala terang dari dalam, pertanda pemiliknya sedang ada didalam. Mungkin saja Adnan memang sedang bertamu dan berbicara dengan madam susan. Namun setelah menekan bel berkali-kali tidak ada yang datang untuk membukakan pagar, karena itu Dylan mengusulkan untuk memanjat pagar saja.

"Sebentar, aku telpon Adnan dulu, " Diana menghentikan abi dan Dylan yang hendak memanjat pagar kemudian mengeluarkan ponsel dari totebag, ia menelpon Adnan segera.

"Ngga diangkat, " Diana menggigit bibirnya cemas, ia menekan sekali lagi. Berdering, tapi tak kunjung diangkat.

" Kita masuk aja kedalam. Mobilnya masih disini berarti dia belum pergi, "kata Abi.

Lantas mereka dengan cekatan memanjat pagar, Alea mendengus jengkel, tubuh pendeknya harus memanjat pagar yang cukup tinggi, tapi tentu saja ia harus melakukannya demi Adnan.

Perasaan tak nyaman masih bercokol dihati Diana, cemas dan takut membuatnya berkali-kali menoleh sekitar pekarangan rumah. Lampu rumah tersebut menyala, namun mereka tidak melihat seorangpun didalam. Dylan mengintip lewat kaca , kosong, tak ada orang didalam. Mungkinkah Adnan pergi ke lantai dua? Tapi, kemana pemiliknya?

Sementara Dylan masih mengintip, Abi mencoba membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Alea segera mengikuti, Dylan juga ikut masuk.

" Kalian duluan saja nanti aku menyusul, "ujar Diana dari luar.

" Hati-hati Diana, kalau ada yang mencurigakan telpon kami, "Kata Alea.

Diana mengangguk. Langkah kakinya membawa ia ke bagian belakang rumah, ia duduk sebentar di ayunan. Dari sini ia bisa melihat bagian dapur, sebenarnya hanya tebakan saja sebab lampu disana tidak menyala sama sekali. Matanya memperhatikan sekitar, ia terbiasa melakukannya. Diana menyorotkan senter ke arah sumur tua dekat pintu belakang. Aneh, pikirnya, mengapa membuat sumur didekat pintu. Meskipun mungkin sudah tidak terpakai, tetapi pasti dulunya sempat digunakan.

Diana penasaran, ia mendekati sumur, dibukanya penutup sumur kemudian menyorotkan senter kedalam. Dahinya mengerut kala melihat semacam pijakan di dinding sumur, artinya ada orang lain yang pernah turun ke bawah sana. Sepertinya benda itu digunakan untuk turun kebawah, seolah pijakan tersebut digunakan sebagai pengganti tangga. Berbahaya turun kebawah hanya mengandalkan pijakan tersebut.

" Haruskah aku turun? "Monolog Diana, sejujurnya ia takut melihat dasar sumur yang tidak kelihatan sama sekali. Ia tak bisa menebak apa yang sedang menunggu dibawah sana, mungkin mata air atau sesuatu yang lain. Namun, Lagi-lagi rasa penasaran mengalahkan rasionalnya, Diana memutuskan untuk turun kebawah. Ia memasukkan satu kaki, menginjak kuat tangga sederhana itu menggunakan kaki kanan.

Tiba-tiba ponsel Diana berdering, ia mengeluarkan kembali kaki kanannya. Ia kembali keluar kemudian mengangkat telepon dari Alea.

" Ya? "

"Adnan ada disini Diana. Ya Tuhan!! Kamu harus melihat nya, astaga, benar-benar mengerikan, "

"Ada apa? " Tanya Diana, ia tidak terlalu mengerti apa yang dikatakan gadis itu, karena sejak ia mengangkat telepon hanya suara heboh Alea yang bisa ia dengar namun tidak terlalu mengerti apa yang dikatakannya. Gadis itu mengatakan banyak sekali kata, terkadang ia berteriak dan juga gagap. Mereka pasti menemukan sesuatu yang mengerikan, pikir Diana.

" Diana, kita akan segera pulang. Kami sudah membawa Adnan, dia pingsan cuma sekarang sudah sadar. Kita harus segera pergi dan melaporkan kepada polisi, "Abi mengambil alih ponsel Alea. Pria itu menjelaskan secara singkat, mereka menemukan Adnan di sebuah ruangan misterius, dia pingsan setelah menemukan mayat yang sudah membusuk didalam lemari aluminium. Mayatnya sudah sangat busuk ditahap sudah tidak bisa dikenali. Mereka akan pergi dulu kemudian memikirkan cara untuk melaporkan kepada polisi. Melaporkan sekarang hanya akan membuat mereka terseret.

Diana menghela nafas panjang sambil menatap sumur, setelah menutup telepon ia kembali dilanda keraguan. Jujur saja sumur ini benar-benar membuat Diana penasaran, kalau mereka melaporkan kepada polisi tentu Diana tidak akan punya kesempatan lagi untuk memeriksanya.

Diana membuka grup yang dibuat Alea beberapa hari lalu, katanya supaya memudahkan untuk berbagai informasi.

Syukurlah kalau Adnan sudah sadar. Kalian pulang dulu, aku akan memeriksa sesuatu.

Send.

Setelah mengirim pesan singkat, Diana mengangguk tegas, karena tidak ada sesuatu yang buruk terjadi pada Adnan, Diana merasa lega. Ia sudah memutuskan untuk masuk kedalam.

Dylan : Apa yang akan kamu lakukan?

Alea : Iya, na, kamu menemukan sesuatu?

Adnan: jangan lakukan sendrian, na, aku akan kesana. Kita akan melakukannya sama-sama

Abi : Setuju. Kamu menemukan apa?

Diana hanya membaca sekilas pesan grup. Ia menyimpan ponsel kedalam totebag, ia memegang senter menggunakan tangan kiri dan tangan kanan untuk berpegangan. Ia turun kedalam, setelah kedua kalinya memijak sempurna pijakan, ia dengan hati-hati menarik papan penutup sumur dan menutupinya kembali. Diana menunduk sejenak untuk melihat kebawah, ia turun dengan hati-hati dan penuh perjuangan. Beberapa kali ia hampir terjatuh, untung saja ia dengan cepat bisa mengatasinya. Diana menunduk untuk melihat kebawah, dasarnya belum kelihatan padahal rasanya ia sudah turun selama lima belas menit.

Semakin kebawah luas sumur yang semakin lebar, Diana sudah bisa melihat dasarnya yang gelap. Semakin turun Diana melihatnya semakin jelas, ia juga melihat sebuah pintu tua disana. Warna hitam pekat, rumah ini memang milik madam susan, wanita paruh baya itu memang sangat menyukai warna hitam. Setiap kali Diana bertemu dengannya, dia selalu memakai gaun hitam.

***

Terpopuler

Comments

Kiki Rizkia Apriliani

Kiki Rizkia Apriliani

mungkin ada kehidupan d dlm sumur tp ada air e apa kering sih kok bs turun smpe jauh ada pintu juga

2024-02-09

0

Kiki Rizkia Apriliani

Kiki Rizkia Apriliani

ya Tuhan kapan Diana kl bertindak itu melibatkan org lain dl, info kek. biar kl knpa2 ada yg tau

2024-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!