"Om nggak marah sama Annya?" Tanya Annya ragu apalagi setelah melihat ekspresi datar Bang Arok.
"Untuk apa marah. Semua orang punya masa lalu." Jawab Bang Arok menepis rasa panas di hatinya sebab dirinya pun pernah memiliki seorang kekasih.
Annya duduk di samping Bang Arok dan terdiam sejenak. Perlahan ia mulai menyesali segala yang telah terjadi.
"Maukah kamu memulai hubungan kita dari awal lagi?" Suara Bang Arok terdengar datar saja namun jelas ada ketegasan di dalamnya.
Pikiran dan hatinya terbolak balik, sejenak ia memejamkan matanya tidak ingin menuruti emosinya.
'Aku juga bukan laki-laki bodoh, Annya. Kamu dan Ranti jauh berbeda. Ranti lebih bisa mengekspresikan diri bahkan dia lebih berani. Tapi kamu, sejak awal kamu selalu 'salah'. Jauh di lubuk hati saya, saya percaya sama kamu Annya.'
Raut wajah Annya penuh keraguan namun ia mengangguk mengiyakan.
"Kita pulang, Om?" Tanya Annya.
"Tidur disini saja." Jawab Bang Arok.
"Tapi Annya nggak bawa pakaian. Ini saja sudah kotor. Masa Annya pakai baju seragam yang satunya." Tanya Annya lagi karena ia memang memiliki dua buah pasang baju 'kebesaran' istri anggota.
"Pakai baju saya..!!" Kata Bang Arok lebih santai.
:
Annya gelisah malu-malu membuka kamar tidurnya. Disana sudah ada Bang Arok yang duduk santai sambil melihat ponselnya.
"Oomm.."
"Apa??" Bang Arok menanggapi meskipun belum melihat ke arah Annya.
"Bajunya terlalu besar." Jawab Annya.
Baru saat itu Bang Arok mendongak dan melihat penampilan sang istri. Bang Arok pun tersenyum geli. "Mau pakai karung sekalipun kamu tetap cantik dek."
Annya pun tertunduk malu apalagi saat ini Bang Arok mengibaskan tempat tidur dan menata bantal agar terlihat lebih rapi.
"Sini dek..!!" Bang Arok menepuk space kosong di sana, tepat di sisi tembok.
Mau tidak mau Annya pun melangkah dan naik ke atas tempat tidur dengan hati-hati.
"Kamu masih takut?" Tanya Bang Arok.
"Nggak Om." Jawab Annya namun kenyataannya tidak seperti yang terlihat.
Mata Bang Arok tak lepas dari lekuk tubuh di balik kemeja warna biru langit cerah.
Merasa ada yang memandangnya, Annya pun gelisah tak nyaman.
"Annya pakai pakaian yang tadi saja, Om." Kata Annya. Ia menutupi tubuhnya karena ekor mata Bang Arok seolah mengikuti gerak gerik nya.
"Yang itu saja."
"Om jangan lihat..!!" Pinta Annya tak berani menatap mata Bang Arok.
"Memangnya kenapa? Suami jelalatan lihat istri malah bikin pahala." Goda Bang Arok. Ia benar-benar ingin melupakan segala masalahnya. "Hmm.. dek, mau saya buatkan dedek bayi nggak??"
Annya menunduk terdiam. Sebenarnya di hatinya masih ingin membalas Bang Rayzan tapi sungguh kali ini dirinya ketakutan karena itu berarti dirinya akan mengandung, perutnya akan menjadi besar, ia juga akan mengalami fase persalinan dan akan hadir bayi kecil di antara dirinya dan Bang Arok.
"Annya takut punya anak."
"Kenapa?" Tanya Bang Arok.
"Annya tidak tau bagaimana urus anak. Bagaimana kalau tangannya terpelintir karena Annya tidak bisa menggendongnya." Kata Annya jujur.
"Semuda apapun usiamu, naluri seorang ibu tidak akan pernah salah. Lagipula ada saya, kita akan urus dan besarkan anak kita sama-sama." Jawab Bang Arok membesarkan hati Annya. "Mau ya dek..!!"
"Tapi.. Om berhak mendapatkan perempuan baik-baik. Annya bekas orang."
"Perempuan baik-baik itu yang seperti apa? Bukankah saya baik atau tidak kamu tidak akan pernah tau."
Annya masih menunduk, sungguh kini hatinya bimbang.
"Jika kita punya anak, semua demi ibadah karena Allah. Bukan karena ingin menang dari Rayzan."
Sejenak Annya menata hati dan perasaan. "Lalu untuk apa kita punya anak. Kita tidak saling cinta."
"Mau saya buat jadi cinta??" Tanya Bang Arok.
"Caranya??"
Seperti yang tadi di lakukan nya. Bang Arok mendorong kedua bahu Annya.
"Oomm.."
"Kita ulang seperti tadi..!!" Ajak Bang Arok.
Bang Arok paham, Annya belum bisa tenang dan belum sepenuhnya percaya padanya.
"Jangan lakukan kalau tidak cinta..!!" Pinta Annya.
"Siapapun tau, cinta butuh pengorbanan dan keikhlasan. Bisakah mulai saat ini hanya ada saya di dalam hatimu, karena kamu pun menempati seluruh hati saya..!!" Dengan sabar Bang Arok berusaha membujuk Annya. Ia pahami gadis kecilnya harus di bujuk dengan banyak kelembutan dan kesabaran. "Annya mau punya anak sama saya??"
Setelah menarik nafas dalam-dalam, agaknya kini Annya sedikit tenang. "Ma_u Om."
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Tiffany_Afnan
sini laaah.. jambak dikit dulu 🤣🤭 dr tadi kaleeeee.... gregetan ini yg netijenyaaaa 😞
2024-11-12
0
fent
udahlahh annya jgn pake lama ,bang Arok udh puyeng tujuh keliling tuuu😅😅
2024-01-26
0
🍀 chichi illa 🍒
semoga berhasil ya bang semangat 🤭
2024-01-24
0