"Oomm..!!!!"
"Saya pusing Annya. Kamu masuk kamar ya, istirahat..!!" Kata Bang Arok.
"Tuh khan. Kenapa sih Om Arok suka sekali usir Annya????"
"Yang usir kamu itu siapa??? Sudahlah cepat masuk kamarmu..!!" Perintah Bang Arok.
Seperti biasa Annya langsung melirik Bang Arok.
"Kenapa ekor mata mu selalu melirik saya seperti itu? Kamu tau atau tidak kalau membangkang kata suami hukumnya dosa?"
Mendengar kata Bang Arok, Annya hanya bisa menghentakan kaki kemudian masuk ke dalam kamar lalu menutupnya dengan suara kencang.
Astaghfirullah hal adzim..!!" Bang Arok hanya bisa mengusap dadanya, sebagai seorang suami tentu dirinya sedang berusaha untuk belajar sabar.
Papa Braga yang sebenarnya sejak tadi masih menguping menjadi sedikit was-was, bagaimana tidak.. beliau takut Bang Arok akan menangani fisik Annya karena kelakuan random seorang Annya.
'Kalau terus seperti ini mana bisa aku melepas Annya. Aku takut Arok kesal lalu menghajar putriku.'
...
"Walaah Mas, kalau Arok mau mengajak Annya tinggal di asrama ya biarkan saja. Itu haknya Arok sebagai suami Annya." Kata Papa Jembar Sabar.
"Tapi Annya masih terlalu muda Mas, aku takut Annya di apa-apakan sama Arok."
"Di apa-apakan bagaimana? Di pukul?" Tanya Papa Jembar.
"Yaaa.. di antaranya itu juga. Tapi aku lebih takut Annya di hamili Arok." Bisik Papa Braga.
"Terserah Arok, Annya itu istrinya Arok. Mau di bolak balik juga kuasanya Arok. Meskipun sampean bapaknya, ya tidak bisa ikut campur." Jawab Papa Jembar mengingatkan.
Papa Braga mengusap wajahnya. "Iyoo.. iyooo Mas, ngerti. Mungkin di tunda lah maksud ku."
"Sekarang ku tanya. Umur Arok berapa?" Perlahan Papa jembar memberi pengertian pada sahabatnya yang sangat mencintai putrinya itu.
"Dua puluh tujuh."
"Kalau begitu cobalah pisah kamar sama mamanya anak-anak. Jangan minta jatah dulu untuk sementara waktu." Saran Papa Jembar.
"Nggak bisa gitu donk, masa pisah kamar?? Aku Yo puyeng kalau di suruh stop tanpa sebab."
"Kalau sampean tau rasanya puyeng kenapa sampean melarang mantumu mendekati istrinya? Apalagi usianya ibarat mesin, pasti sedang panas-panasnya untuk di gass. Kita sebagai sesama laki-laki kudu pengertian lah. Kalau nggak sama istrinya mau sama siapa? Apa harus perempuan lain??" Tanya Papa Jembar.
"Astaghfirullah. Ya Allah." Papa Braga menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan.
-_-_-_-
"Kamu boleh bawa Annya ke rumah dinas tapi kamu harus harus benar-benar menjaganya. Sampai saya tau kamu menyakitinya. Saya sendiri yang akan turun tangan menghajarmu..!!" Ancam Papa Braga.
Bang Arok tak mengambil pusing ucapan Papa Braga. Sudah tentu setiap ayah akan melindungi dan menyayangi anak gadisnya.
"Saya akan menjaga Annya dengan segenap nyawa saya Pa." Janji Bang Arok di hadapan Papa mertua nya.
***
Hari ini Bang Arok bersiap mengajak Annya untuk menghadap pada pejabat Batalyon. Lehernya terasa kaku karena semalaman dirinya hanya tidur di sofa ruang tengah.
"Kenapa tidur di sofa Ar. Di dalam kamar saja sama Annya." Kata Bang Elchas saat mereka semua sedang sarapan pagi.
"Nggak aahh.. nanti sempit. Ukuran tempat tidur Annya hanya ukuran seratus dua puluh centimeter saja. Nanti Annya bisa jatuh." Pekik Annya.
Bang Arok tersenyum saja, jelas ia pahami kepolosan sang istri yang memintanya menghamili nya namun tidak pernah mau tidur satu ranjang dengannya. Jangankan satu ranjang, satu kamar saja ia tidak akan mau.
"Piye iki Ar."
"Nanti saya carikan lapangan, biar Annya luas tidurnya." Jawab Bang Arok santai.
Annya tak peduli dan terus menghabiskan makan pagi nya.
...
"Berapa banyak lagi?? Annya capek." Kata Annya sudah mulai rewel dan ingin menghindari proses pengajuan nikah.
"Sepuluh orang lagi." Jawab Bang Arok.
"Ya ampun Om, Annya mau pulang saja." Annya melenggang pergi tapi Bang Arok langsung menyambar tangan Annya.
"Sabar sebentar..!! Kita harus selesaikan pertemuan dengan para pejabat Batalyon. Jangan membatalkan janji seenaknya." Bang Arok mulai emosi dengan kerewelan Annya.
"Ng_gak ma_u..!!" Annya menepis tangan Bang Arok dan ingin segera pergi dari sana.
"Kamu harus punya status yang jelas sebagai istri saya. Apa kamu mau kita keliaran di asrama tanpa status."
"Annya mau tinggal sama Papa dan Mama." Kata Annya.
"Annyaaaaaa..!!!!!!!" Suara bentakan Bang Arok menggelegar hingga beberapa orang anggota sampai menoleh melihat Dantonnya bersuara keras di hadapan calon istrinya.
Langkah Annya terhenti, ia pun tertegun mendengar suara Bang Arok. Selama hidupnya, ia tidak pernah mendengar kata bentakan yang mengarah langsung padanya. Matanya berkaca-kaca.
"Papa dan Abang saja tidak pernah membentak Annya, kenapa Om membentak Annya padahal Om adalah suaminya Annya..!!!"
"Astaghfirullah..!!" Bang Arok tersadar, ia mengusap wajahnya menyadari kesalahannya. "Annya.. saya minta maaf..!!"
"Apa maaf membuat bentakan itu tertelan lagi????" Annya pun bernada tinggi sampai tubuhnya gemetar.
Seketika hati Bang Arok melunak, harus ia akui tidak memiliki adik perempuan membuat dirinya tidak begitu pandai bicara manis pada wanita dan dirinya yang biasa menggombal kini seakan kehabisan kosakata hingga merayu sang istri pun rasanya tidak mampu.
Bang Arok memeluk Annya untuk menenangkan istri kecilnya yang tiba-tiba menangis karena tidak terima dengan bentakannya.
"Om Arok jahaaat..!!"
"Iya, saya jahat. Kita beli es krim yuk..!!" Bujuk Bang Arok.
"Om kira Annya ini anak-anak?? Annya nggak mau es krim." Tolak Annya penuh wibawa.
"Maaf.. maaf.. Annya mau apa?"
"Donat gula." Jawab Annya singkat padat dan jelas.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Tiffany_Afnan
aahh kita tos dulu anyaaa... ✋🏻 pilih yg besar dn agak kering gorengnya. 🤭🤭☺️
2024-11-12
0
🍀 chichi illa 🍒
🤭🤭🤭🤭 donat gula
2024-01-24
0
🍀 chichi illa 🍒
nahhhh 🤭
2024-01-24
0