Annya menghabiskan dua donat gula di koperasi sedangkan Bang Arok hanya menghabiskan rokoknya saja.
"Setelah pengajuan nikah, ada hal apalagi Om?" Tanya Annya.
"Tidak ada, tapi setelah ini kamu harus langsung ikut terjun dalam kegiatan sosial bersama ibu-ibu yang lain. Pertemuan kompi, pertemuan gabungan dengan Batalyon, baksos dan masih banyak lagi. Pahamilah dek, kamu istri perwira.. harus bisa memberikan contoh yang baik dan membawa nama Abang di atas kepala mu." Jawab Bang Arok.
"Banyak sekali. Itu capek Om."
"Di setiap hal yang kita lalui, kalau kita ikhlas melakukan nya.. maka tidak akan ada kata lelah. Masih banyak orang di luar sana yang sangat membutuhkan uluran tangan kita. Jika tidak bisa dengan materi, maka bantulah sebisa mu dengan tenaga mu." Ucap Bang Arok sedikit demi sedikit memberikan pengertian pada istri kecilnya yang mungkin saat ini masih belum nyaman dengan kegiatan barunya.
"Kalau Annya nggak bisa, Om mau buat apa?" Tanya Annya.
"Nggak ada. Saya yakin kamu bisa melaksanakan tanggung jawab mu sebagai istri saya."
"Annya malas, mau mangkir saja dari kegiatan." Jawab Annya kemudian mengambil es krim di dalam toko area koperasi prajurit.
"Katanya nggak mau, nanti di kira anak-anak." Sindir Bang Arok.
"Apa Annya harus merokok biar terlihat dewasa??"
"Wooo.. tak tapuk lambemu."
pluuukk..
"Ada aja jawabnya. Awas kalau sampai saya tau kamu merokok, saya suruh kamu hisap rokok kulit jagung sampai muntah." Ancam Bang Arok.
"Iiiiihh.. Om mulai pukul Annya ya, Annya lapor Bang Elchas lho." Annya balik mengancam Bang Arok karena Bang Arok menepak bibirnya meskipun pelan.
"Sana lapor..!!!! Jangankan Abangmu, Papamu sja tidak bisa menolong mu..!!!" Kata Bang Arok jengkel tapi terbersit rasa gemas melihat kelakuan istri kecilnya.
Tak lama Bang Rayzan melirik mereka dan saat itu refleks lengan Bang Arok membentang di belakang punggung Annya seolah menunjukan sikap protektifnya. Tak jauh di belakang Bang Rayzan, ada Ranti yang juga melirik Annya dan Bang Arok.
"Ranti melirik tuh Om." Sindir Annya lagi.
"Biar saja, dia punya mata." Jawab Bang Arok kemudian sibuk kembali menghisap rokoknya tapi kemudian hatinya menjadi panas karena Bang Rayzan mencuri pandang melihat Annya. "Lihat apa mata mu itu??" Tegur Bang Arok tanpa basa basi.
Ranti langsung menarik lengan Bang Rayzan yang sudah terpancing emosi karena ucapan Bang Arok.
"Om ini apa sih, kata nya biar saja yang punya mata. Kenapa sekarang Om yang ngamuk?? Berarti Annya juga boleh donk marah kalau ada yang lihat Om." Protes Annya.
"Sesuka hatimu, Terserahmu..!!" Jawab kesal Bang Arok kemudian berdiri dari posisinya.
Annya mengulurkan tangan dengan genitnya. "Annya nggak di ajak nih? Kalau Annya di lirik kadal.. Om yang sudah lho."
"Haiiisshh.. ada aja kamu rewelnya." Gerutu Bang Arok kemudian menyambut tangan Annya kemudian berlalu pergi.
...
"Silakan untuk memperkenalkan diri dan jangan lupa untuk menyebut pangkat suami..!!" tanya seorang ibu pengurus ranting pada Annya karena beliau sudah mengetahui bahwa Annyabsidah menjadi istri Bang Arok namun secara prosedur, Annya harus melewatinya satu persatu.
"Baik.. Mohon ijin memperkenalkan diri. Nama kami Riang Ayu Hanatilar, kamu besar dengan nama kecil Annya. Kami istri dari Letnan Satu Prajurit tempur Camarrow Shaga atau Lettu Shaga atau Batalyon lebih mengenal dengan nama Letnan Arok. Saat ini kami sedang menempuh pendidikan kedokteran umum di universitas.................."
Bang Arok terus memperhatikan gaya bicara Annya yang tegas dan lugas, terdengar hangat namun juga lembut. Apapun itu, hatinya merasa bangga juga karena istri kecilnya mampu menaklukkan tantangan hari ini.
:
Annya menoleh karena Bang Arok tidak membelokkan mobilnya untuk kembali ke rumah.
"Loh.. kita mau kemana, Om??" Tanya Annya bingung.
"Mau hamil nggak?" Bang Arok balik bertanya meskipun nada bicaranya terkesan lebih halus.
"Hamil??? Mau Om." Jawab Annya bersemangat dan hal itu malah semakin mengundang senyum nakal Bang Arok.
:
Annya melihat beberapa barang sudah masuk ke dalam rumah dinas. Rumah dinas kecil yang mungkin jauh dari kata nyaman.
"Kenapa? Sempit ya? Nggak suka?" Tanya Bang Arok.
"Suka Om, ini juga lumayan." Jawab Annya namun wajah syok nya jelas tidak bisa membohongi Bang Arok.
Annya membuka pintu untuk pertama kali dan tiba-tiba saja seekor cicak jatuh dari daun pintu.
"Aaaaaaaa..." Pekiknya hingga refleks memeluk Bang Arok.
"Takut sama cicak?" Ledek Bang Arok.
"Nggak, buat apa takut sama hewan kecil." Jawab Annya tapi wajahnya sudah berubah menjadi pucat bahkan cengkeraman tangannya seolah tak ingin lepas dari Bang Arok.
"Ya sudah, cepat masuk..!!"
Annya pun melangkah dengan ragu.
"Kira-kira apa yang Om Arok takutkan di dunia ini?" Tanya Annya karena ia ingin menghilangkan rasa takutnya.
"Tuhan."
Annya melirik Bang Arok dengan jengkel. "Itu sudah pasti, yang lain??"
"Tidak ada."
"Masa sebagai manusia tidak punya rasa takut??" Tanya Annya lagi.
"Kehilangan." Jawab Bang Arok.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
fent
lolololooolooo,,,,,, pertanyaan mu bang😅😅😅😅
2024-01-26
0
fent
sabarrr broooooo😅😅😅
2024-01-26
0
fent
pasangan yg tertukar😅😅
2024-01-26
0