Bang Arok memilih menunggu Annya di kampus. Beban tanggung jawab di pundaknya bukanlah hal yang ringan untuk di lakukan.
Dari kejauhan, sudut mata elangnya melihat Annya mengendap dan mengintai ke arah sekitar, mungkin memastikan bahwa Bang Arok tidak akan pernah tau gerak-geriknya, namun Annya tak akan pernah paham bagian intai mengintai adalah salah satu keahlian minimal seorang prajurit terlatih macam Letnan Arok.
~
"Mau kemana?" Bang Arok menghadang langkah Annya.
Mulut Annya ternganga kemudian mendongak. Sungguh dirinya syok melihat Bang Arok sudah berdiri di hadapan nya sambil menyentil puntung rokok di sampingnya.
Annya meneguk saliva nya bingung sendiri bagaimana caranya melepaskan diri. Tapi bukan Annya jika dirinya tidak bisa lolos dari masalah apalagi saat ini dirinya sedang kabur dari salah satu mata kuliahnya.
"Mauu.. cari orang Om." Jawab Annya setengah berbisik.
"Untuk apa? Kamu sedang kuliah dan kamu keliaran hanya untuk cari orang??" Tegur Bang Arok.
Annya mengangguk pelan. "Om mau bantu Annya??" Tanya Annya pelan.
Bang Arok memutar otak dan berpikir keras. Annya ini gadis kecil yang 'licik', salah penanganan sedikit saja gadis kecil ini bisa kabur, apalagi tujuannya ke cafe yang sudah mendapatkan tanda bintang merah. Tak mau mengambil resiko besar, Bang Arok pun menyetujui.
"Oke.. butuh bantuan apa?"
~
Bang Arok begitu geram namun tidak bisa berbuat apapun juga. Ia melihat surat perjanjian di hadapannya sembari sesekali melirik Annya yang sudah tersenyum penuh kelicikan.
'Beraninya Annya mempermainkan aku seperti ini.'
"Ini perjanjian dari kami bahwa kami tidak akan menyebarkan data apapun terkait praktikum ini." Kata penanggung jawab praktikum. "Kami berterima kasih atas kerja samanya. Memang hanya Annya saja yang belum dapat pendonor."
Bang Arok memijat pelipisnya tak tau harus berbuat apa di kala situasi nya sudah terjepit.
:
Di ruangan kecil itu Bang Arok duduk dan menyandarkan punggungnya. Sebagai pria dewasa tentu mudah saja untuk mencari titik 'penyesuaian', namun saat ini tidak ada satu pun hal yang membuatnya bergairah.
"Kurang ajar betul si Annya itu? Bisa-bisanya dia mau memeriksa 'sample sel tubuhku'." Gerutunya namun di saat seperti ini Bang Arok tidak bisa mengelak lagi. Ia membuka ikat pinggangnya lalu memejamkan mata. Terbayang sosok wanita yang berkelebat di dalam pikirannya. "Aahh.. s*it, kenapa wajahnya?????" Lama kelamaan Bang Arok tenang dan dapat menyesuaikan diri.
Menit demi menit, detik demi detik Bang Arok mengatur nafasnya, desah pelan terlepas hingga usai tugasnya.
:
"Pucat amat Om..!!" Ledek Annya melihat raut wajah lelah Bang Arok.
"Nggak usah banyak mulut kamu, kalau bukan karena praktikum kamu, saya nggak akan mau berbuat hal gila seperti ini." Ucap gemas Bang Arok.
"Hwuuuu.. takuutt..!! Mana barangnya..!!" Annya menodongkan tangan meminta 'sample sel tubuh' Bang Arok.
"Pegang baik-baik..!! Jangan di buat mainan anak kita." Kata Bang Arok.
"Iiihh.. apa sih." Annya menerimanya tapi tak sengaja tangannya tidak memegang dengan baik hingga isinya tumpah setengah.
"Annyaaaaaa.. saya korban tenaga demi tugasmu..!!!" Tegur keras Bang Arok.
"Ii_ini masih banyak Om." Kata Annya kemudian tak sengaja saling bertemu mata dengan Bang Arok.
Tiba-tiba wajah Bang Arok dan Annya memerah, mereka saling membuang pandangan dengan salah tingkah.
"Cepat kerjakan tugasmu..!!" Saya tunggu di mobil..!!" Bang Arok pun melenggang pergi seakan tidak terjadi apapun.
'Duuhh Gusti, nyuwun ngapunten. Niatku nggak begitu.'
Bang Arok mengusap dadanya yang belum berangsur tenang.
Annya hanya bisa kembali ternganga lalu kemudian melirik sample yang tercecer di pakaian hingga kakinya.
ggllkk..
:
"Waaahh.. inilah yang terbaik. Gen nya bagus sekali. Siapa donatur mu?" Tanya Siska sahabat Annya.
Annya diam saja dan masih terbawa lamunan. Masih saja terbayang wajah Bang Arok. Ada rasa takut dan sedih bercampur menjadi satu.
"Annyaaa..!!" Siska menepuk bahu sahabatnya. "Kenapa kamu melamun?"
"Hmm.. yakinkan padaku sekali lagi tentang proses pembuahan manusia."
"Ya kalau sel pria terkena kulit dan sampai ada yg tembus pasti hamil." Jawab Siska.
Annya menunduk sedih kemudian segera menyelesaikan hasil praktikumnya.
...
Annya membuka pintu mobil dan melihat Bang Arok sedang tidur pulas, wajahnya terlihat begitu lelah seolah pasrah tanpa perlawanan.
"Oom..!!" Annya menyenggol lengan Bang Arok tapi pria tersebut tidak meresponnya.
Mata Annya berkaca-kaca, kakinya menendang kesana kemari. Ia sesenggukan, ingin marah tapi bingung mengungkapkan nya.
Annya bersandar dalam tangisnya sampai akhirnya ia benar-benar ikut tertidur.
~
Bang Arok menggeliat dan terbangun. Saat itu ia melihat Annya tertidur denga wajah sembab.
"Ini bocah kenapa nangis?? Siapa yang ganggu??" Gumam Bang Arok waspada.
"Annyaa.. bangun..!!" Bang Arok mencoba membangunkan Annya tapi tak kunjung bangun. "Kenapa sih si Annya??"
...
Annya terbangun dari tidurnya dan melihat Bang Arok sedang mengemudikan mobilnya.
"Kamu kenapa?" Tanya Bang Arok.
"Antar Annya ke suatu tempat..!!" Pinta Annya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
🍀 chichi illa 🍒
lanjjuuuut seru banget di bikin ngakak
2024-01-18
0
🍀 chichi illa 🍒
😂😂😂😂😂😂 ternyata Siska juga polos
2024-01-18
0
🍀 chichi illa 🍒
apes nya dobel bang Arok 😅
2024-01-18
0