Senja akan selalu dirindukan oleh orang-orang yang mencintainya dan menyukainya. Tapi senja hanya datang sebentar saja lalu pergi dan berganti malam.
Hanya sekejap tapi kedatangannya mengesankan bagi orang-orang yang mencintainya. Entah spesial itukah senja? sehingga banyak orang yang menanti kedatangannya.
Sama seperti halnya kamu, kita bertemu hanya sebentar entah kenapa aku selalu merindukan kedatangan mu, bahkan sepanjang malam aku selalu berharap bertemu dengan mu lagi.
Meskipun kedatangan mu hanya singkat sama seperti senja tapi aku selalu merindu kan mu. Wajah mu yang tampak menyejukkan jiwa itu selalu tampak jelas dalam ingatanku.
Apakah engkau merasakan hal yang sama?, entahlah aku hanya berharap bahwa rasa ini akan terbalaskan.
Malam ini di rumah Izzan, dia tampak termenung dan mengingat kembali pesan dari sahabat nya. Dia juga menyadari bahwa dia telah tidak bisa menjaga matanya, pikiran serta hatinya.
"Kenapa Kak?" tanya Revan, melihat kakaknya yang termenung di depan laptop.
"Enggak apa-apa." elak Izzan, tidak ingin adeknya mengetahui, dia langsung pergi begitu saja.
Revan merasakan ada yang aneh dengan kakaknya, jika biasanya kakaknya terbuka prihal masalah apapun. Tapi kali ini kakak nya memilih untuk diam.
"Al, kakak kamu kenapa?" tanya Revan, Alea yang baru saja datang membawa segelas teh lalu duduk dengan kakaknya.
"Lagi mikirin tugas skripsinya kali." Jawab Alea asal ambil menikmati teh dan cemilan yang di bawa dari rumah Aisyah.
"Enggak mungkin Al, kalau lagi mikirin tugas skripsi pasti kakak di ajak diskusi." Alea seketika menghentikan minumnya tapi tangannya masih membawa biskuit kelapa.
"Apa jangan-jangan Kak Izan memikirkan Aisyah." Alea keceplosan, padahal dia sendiri baru menduga apa yang ada di pikirannya.
"Aisyah siapa Al?" tanya Revan serius, jika memang benar yang di bicarakan Alea pasti Revan akan langsung berbicara ke orangtuanya mengenai kedekatan kakak nya.
Sedangkan Aisyah sekarang menikmati jalan-jalan bersama Nala, dia sangat ceria padahal pikiran dan hatinya sedang kalut entah kemana arahnya.
Baginya yang penting dia bisa jalan-jalan sebentar, hingga tak terasa dia keluar dari arena komplek. Dan mereka berdua justru membeli jajan di jalan raya.
Beraneka ragam jajanan tapi yang menarik mereka hanya dua yaitu jajanan pisang lumpur dan ketoprak.
"Nal.." panik Aisyah tangannya memegang erat Nala.
"Tenang aja, pura-pura enggak tau aja." ucap Nala menenangkan Aisyah tapi hati Aisyah berdegup sangat kencang bahkan wajahnya sangat pucat.
"Tenang aja mbak, orangnya enggak akan ngapain-ngapain." ucap penjual ketoprak, Aisyah pikir kalau tukang ketoprak tidak tau kalau sekarang dia sedang ketakutan dengan orang gila.
"Iya pak." jawab Aisyah sangat malu.
Tepat pukul 9 malam Aisyah dan Nala sampai kerumah dengan membawa 2 minuman dan 2 makanan, sedangkan Fatmah yang sedang duduk ikut makan jajanan kepunyaan Aisyah.
"Syah, akhir-akhir ini ibu lihat Izzan melihat kamu senyum-senyum sendiri, apa dia suka sama kamu?" tanya Fatmah, Fatmah sengaja dia bertanya seperti itu karna ia juga ingin memancing anaknya. Entah kenapa Fatmah merasa anak nya juga punya perasaan dengan Izzan.
"Biarin aja, emang Aisyah cantik wajar kalau dia suka, yang enggak wajar Kak Izzan suka sama cowok Bu." ucap Aisyah merasa geli dengan ucapannya sendiri, Fatmah dan Nala hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu Syah, selalu bisa ngejawab." ucap Fatmah tersenyum geli mendengar jawaban anaknya.
Malam semakin larut kebersamaan nya dengan Nala sudah selesai, Nala sudah pulang ke rumahnya. Sedangkan Aisyah entah kenapa saat berada di kamar dia malah tidak bisa tidur justru dia merasakan rindu untuk bertemu dengan Izzan.
"CK, kenapa sih wajah kamu selalu dalam pikiran ku." kesal Aisyah, wajah Izzan memang tampak sangat jelas di pikiran Aisyah.
Tidak mau semakin terbelenggu, Akhirnya ia pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu kemudian ia tidur. Untungnya dia tadi sudah sholat Isya' sebelum pergi membeli jajan.
Pagi hari nya anehnya Aisyah tidak masuk ke kelas justru dia duduk di depan kelas hanya untuk menunggu seseorang. Aisyah hanya mengikuti apa kata hatinya.
"Kenapa enggak masuk Syah?" tanya Nala mengikuti Aisyah duduk di depan kelas.
"Enggak tau lagi mager masuk." Nala merasa sangat aneh dengan sahabatnya .
Rindu yang sejak malam menghantui dua insan yang tengah jatuh cinta ini kini telah terobati meskipun hanya 5 menit saja, bagi mereka sudah sangat berkesan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucap Alea baru saja turun dari motor Izzan, entah kenapa Izzan mengantar Alea sampai di depan kelasnya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh." ucap keduanya, mata Aisyah tidak terlepas dari Izzan, begitu juga Izzan menatap Aisyah begitu lekat. Seolah ada magnet diantara keduanya.
Tanpa tersadar tatapan mereka bertemu, Izzan yang tidak biasanya tersenyum dengan seorang wanita dia tersenyum ke Aisyah, menyadari mereka telah berbuat zinah mata. Akhirnya mereka berdua saling memalingkan wajahnya.
"Astaghfirullahal'adzim" ucap keduanya sambil memalingkan wajahnya, bahkan tanpa sadar gerakan mereka juga sama. Sama-sama mengelus dada mereka.
"Al, kakak duluan, nanti kalau Kakak pulangnya enggak cepat telfon kak Revan, Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh." pamit Izzan, takut semakin menambah dosa meskipun tidak di sengaja Akhirnya ia memilih untuk pergi sambil menetralkan perasaanya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh." ucap mereka bertiga, Aisyah masih mengelus dadanya.
'Astaghfirullahal'adzim, maafkan hamba ya Allah tadi enggak sengaja menatapnya. Ya Allah hamba mohon kondisikan lah hati hamba.' batin Aisyah mengelus dadanya sambil berjalan di belakang Nala.
Walau hanya sesaat kerinduan keduanya terobati,walau hanya sesaat kerinduan itu telah hilang saat bertemu dengan nya.
Maaf jika aku memalingkan wajah ku, bukan tanpan alasan jika aku memalingkannya, aku takut akan mata ini menjadi saksi melihat orang yang bukan mahrom nya.
Maka dari itu aku jaga pandangan ini jika memang kita berjodoh mata ini akan selalu menatapmu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments