Rumah yang tempat nya sangat nyaman kini menjadi asing bagiku, rasanya aku tak ingin pulang, dan aku ingin kembali. Namun aku tak tau harus kembali kemana?.
Tak terasa waktu begitu cepat, hari-hari Aisyah selama pondok Ramadhan di penuhi dengan penuh Lika liku, kini ia pun dan teman-temannya harus kembali ke rumah.
Di saat semua merasa gembira untuk pulang berbeda dengan Aisyah, baginya rumah itu sangat asing untuk nya. Bagaimana tidak rumah yang seharusnya menjadi tempat nyaman bagi Aisyah rumah itu seperti penjara.
Setelah sampai di rumahnya Aisyah langsung di sambut oleh sang ibu, Aisyah terbilang anak yang sangat dekat dengan Ibunya di bandingkan dengan ayahnya.
"Alhamdulillah Aisyah kamu udah pulang nak." Ucap Fatimah selama di tinggal Aisyah pondok ramadhan ia sangat kesepian tidak ada yang menemaninya mengobrol dan pergi ke pasar.
"Iya dong Bu, Aisyah udah disini masa belum pulang." canda Aisyah.
"Yuk, masuk." ajak Fatimah, dia kemudian menyuruh Aisyah bersih-bersih dan istirahat sebentar, selama di kamar Aisyah masih kepikiran mengenai Syahil, dia takut jika Syahil akan marah dan cuek dengannya. Padahal apa yang di pikirkan Aisyah salah. Syahil tidak pernah marah dengan Aisyah.
'Ya Allah, semoga Syahil tidak marah denganku, aku kasihan dengan dia Ya Allah karna aku dia sampai di ejek seperti itu.' batin Aisyah mulai gelisah.
Malam hari nya seperti biasa usai berbuka dan di lanjut sholat terawih kemudian di lanjut dengan tadarus, seperti biasa Aisyah tidak memiliki teman sama sekali. Teman Aisyah kadang baik kadang tidak itulah Aisyah, meskipun begitu namun dia tetap tersenyum dan bercanda dengan lainnya.
"Ais, kamu enggak ikut mereka?" tanya mbak putri melihat Aisyah yang tetap duduk di sebelahnya.
"Ngapain Aisyah ikut mbak, kan Aisyah belum tadarus." meskipun dalam hatinya menyimpan rasa sedih tapi Aisyah tetap tegar.
"Iya juga hehehe," ucap mbak putri sambil cengengesan, Aisyah memang terbilang cukup dekat dengan ketua remaja musholla tersebut.
Usai tadarus hanya satu putaran Aisyah langsung pulang, karna ibunya tidak pernah mengizinkan Aisyah pulang larut malam wajar saja kalau ibunya khawatir karna Aisyah anak semata wayang. Meskipun anak semata wayang Aisyah tidak pernah di manjakan.
"Assalamualaikum.." ucap Aisyah, sambil mengetuk pintu yang di kunci.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh." jawab Fatimah.
"Kamu pulang sendiri nak?." tanya Fatmah, Aisyah merasa heran kenapa ibunya bertanya seperti itu.
"Iya Bu, emang kenapa Bu?" karna rasa penasarannya Aisyah kemudian balik bertanya
"Enggak tadi Ayah ke mushola buat tadarus nah ibu pikir sama Aisyah." ucap Fatimah, Aisyah hanya mengangguk pasrah.
"Udahlah Bu, enggak usah di cariin nanti juga balik sendiri. Ayah itu bukan anak-anak lagi." Aisyah memang tidak pernah akur dengan Ayahnya sekalipun Ayahnya sudah bersikap baik kepadanya.
"Mau sampai kapan kamu terus membencinya Aisyah, walau sikapnya seperti apa dia adalah Ayahmu. Dia yang sudah mengukir jiwa raga mu Aisyah." Fatimah selalu mengingatkan Aisyah.
Aisyah langsung masuk kedalamnya, dia sudah lelah menghadapi sikap Ibunya yang selalu membela Ayahnya yang sudah menyakiti dirinya.
"Aku lelah Ya Allah kenapa ibuku selalu membela dia yang tak pernah punya rasa tangung jawab. Dia tidak pernah bisa menjadi sosok panutan untuk anaknya, dia tidak bisa menjadi imam yang baik untuk keluarganya Aku capek Ya Allah, rumah yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman bagi seperti penjara." air mata Aisyah menetes deras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments