Ketika aku pindah sekolah aku pikir, aku akan menjalani kehidupan ku dengan tenang dan penuh keceriaan.
Tapi ternyata aku salah justru aku mulai mengkhawatirkan tentang diriku, aku takut kebahagiaan dan ketenangan ini mulai terusik kembali olehnya.
Sungguh aku sangat takut, meskipun Allah telah menghukumnya, tapi kenapa rasanya sangat takut. Aku tak tau harus bagaimana?
Kenapa dia kembali di hadapanku, rasanya hatiku tidak pernah tenang jika aku bertemu dengannya. Bahkan hatiku mulai kacau kalah aku mengingatnya.
Meskipun aku sudah melupakan kejadian waktu masih sekolah, akan tetap aku masih tidak bisa memaafkannya. Sungguh betapa hati ku sangat perih kalah aku mengingat itu.
Seandainya saja dia tidak sekolah disini dan tidak berada di hadapanku mungkin aku sudah memaafkan, dan tidak semarah ini.
Karna apa yang di lakukannya sama seperti seorang pembunuh, pembunuh saja masih kalah dengan sikapnya.
Entalah kenapa Allah kembali mempertemukan aku dengan dia, ada apa di balik pertemuan ini.
Setelah jajan Aisyah, Nala, dan Alea berjalan menuju ke sekolahnya. Saat akan berjalan tapi dia tak sengaja melihat seorang yang telah memberikan onar di Mts Ar Rahman, dia adalah teman MI (madrasah ibtidaiyah) sepupunya Aisyah waktu di Ar Rahman, dia sekolah di SMP Ar Rahman
Tetapi sikapnya tidak bisa di bilang seperti pelajar, karna dia sering buat onar, hanya saja onarnya di lingkup sekolahan SMP Ar Rahman. Sedangkan waktu kelas 3 SMP awal dia membuat onar hampir satu desa.
Dia telah memfitnah Aisyah, bahkan tidak hanya dirinya saja akan tetapi keluarganya pun juga ikutan. Bahkan teman-teman Aisyah bungkam sekalipun Aisyah bertanya. Sampai akhirnya salah satu diantara mereka memberitahu kepada Aisyah.
"Aisyah, kamu kenapa kok diam?" tanya Nala, menyadari Aisyah tidak berjalan sama sekali.
"Eh, enggak apa-apa kok." jawab Aisyah tanpa menatap Nala, wajah Aisyah seolah merah padam melihat orang yang bersenang-senang di lantai dua. Nala dan Alea langsung melihat kearah atas.
"Dia Leo, kamu kenal dengan dia?" tanya Nala, Alea melihat wajah Aisyah seperti wajah yang tengah memendam rasa marah.
"Bagaimana dia bisa disini, kenapa sekolahan ini tidak mendiskualifikasi dia saat masuk kesini." gumam Aisyah tangannya sudah mengepal, rasanya ia ingin marah sangat amat marah tapi dia tau batasan.
"Kita ke kelas yuk!." ajak Aisyah, dia mencoba untuk merendahkan emosinya. Dia langsung mempercepat jalannya.
Sesampainya di kelas, Aisyah hanya mengaduk makanannya ia memikirkan bagaimana bisa sekolahan yang cukup terkenal ini tidak mendiskualifikasi orang yang tidak punya hati nurani atau attitude yang sama sekali tidak mencerminkan seorang pelajar.
Bahkan pihak sekolahan Ar Rahman juga mengkhianati dirinya katanya Leo akan di keluarkan dari sekolah dalam waktu 1 bulan setelah kejadian itu tapi ternyata tidak sama sekali.
"Itu makanan jangan di aduk." tegur Alea, entah kenapa Alea merasa ada yang di sembunyikan oleh Aisyah.
"Kamu ada apa ? cerita aja Aisyah." ucap Alea sambil memegang tangan Aisyah. Dengan menghembuskan nafasnya Aisyah mulai bercerita.
"POV kejadian 3 tahun lalu."
Pagi hari waktu Aisyah menjemput Nanda, Aisyah merasa ada yang aneh dengan sikap ibunya Nanda. Ketika Nanda akan keluar dan berangkat dengan Aisyah tiba-tiba saja Nanda di panggil lagi oleh Ibunya.
"Nanda.." panggil Sarah dari dalam, Nanda langsung menghampiri sang ibu.
"Bentar Aisyah aku di panggil oleh ibu, kamu tunggu bentar." ucap Nanda, ia kembali masuk kedalam
Di dapur saat ibunya tengah masak, Nanda menghampiri Sarah, Nanda pikir ibunya akan minta bantuannya, tapi Justru sarah memberikan wejangan terhadap anaknya, dia takut anaknya salah pergaulan. Padahal berita yang ia dengar tidak benar sama sekali.
"Ada yang bisa Nanda bantu Bu?" tanya Nanda, Sarah kemudian menghentikan pekerjaannya di dapur.
"Enggak ada Nak, Nan tolong kamu jangan terlalu dekat dengan guru kamu. Jaga batasannya." nasehat Sarah penuh ke khawatiran. Meskipun dalam benaknya ia tidak percaya mengenai gosip telah beredar.
Merasa aneh dengan nasehat sang ibu, Nanda hanya bisa mengiyakan kemudian berpamitan.
"Iya Ibu, Nanda pamit Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." pamit Nanda kemudian mencium punggung tangan ibunya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh." ucap Sarah.
Sedangkan Aisyah di luar hatinya sejak malam tidak karuan bahkan ia tidak bisa tidur sejak malam ini pertama kalinya dia tidak bisa tidur.
"Yuk, Syah kita berangkat. Maaf agak lama." ucap Nanda, Aisyah hanya mengangguk kemudian mereka langsung berangkat sekolah.
Setiba nya di sekolah, banyak sekali yang menatap Aisyah dengan sinis mulai dari Adek kelasnya hingga sampai pada temannya. Aisyah merasa ada yang aneh tapi dia tidak memperdulikan nya.
Saat akan kelas terlihat Aisyah berjalan seperti biasa, tapi dia tidak tau jika dirinya tengah bergosip mengenai dirinya. Banyak yang pro dan kontrak mengenai berita tersebut.
"Hil, kamu percaya enggak dengan berita Aisyah?" Syahil mengerutkan keningnya padahal Willy tau jawabannya pasti dia tidak akan percaya mengenai berita tersebut.
"Ngapain kamu percaya dengan berita murahan kaya gitu, lihat Aisyah masih baik-baik saja. Kalau aku enggak percaya. Kamu sendiri percaya Wil?" Syahil membalikan pertanyaan, seandainya ia tentu saja Aisyah bakal malu untuk datang ke sekolah. Tapi kenyataanya Aisyah biasa saja.
"Enggak sih, secara logika enggak masuk akal aja, Aisyah aja pendiam." ujar Wil tidak percaya dengan berita tersebut, menurut keduanya secara akal tidak masuk sama sekali. Padahal Aisyah wanita yang sangat pendiam.
Berbeda dengan sahabat Aisyah, Clara sudah termakan mengenai gosip Aisyah, tapi dia berusaha untuk diam. Bahkan menjauh dari Aisyah.
"Kalau seandainya Aisyah benar adanya berita itu, pasti Aisyah malu datang ke sekolah ini enjoy aja." ucap Clara saat melihat Aisyah melintasi dirinya. Clara menggelengkan kepalanya menurutnya yang membuat berita tersebut seperti yang kurang kerjaan.
Sedangkan di parkiran Faiq dan teman-teman nya pro dan kontrak mengenai berita tentang Aisyah.
"Waduh Faiq, gimana pendapat elu mengenai berita Aisyah?" tanya Edwin, sebelumnya ia juga merasa kasihan dengan Faiq.
"Ngapain ngurusin berita murahan gitu." ujar Faiq dengan sedikit kesal dia mendahulukan logikanya.
"Tapi Faiq, ini bukan berita murahan tapi beneran." ucap Lucky sangat yakin mengenai berita tentang Aisyah.
"Pakai logika aja bro, Aisyah pendiam orangnya masa tiba-tiba ada gosip seperti ini." ujar Faiq membela Aisyah, bukan karna perasaannya terhadap Aisyah tapi karna dia tidak suka teman-temannya menuduh sembarangan.
"Cie, yang belain Aisyah." ujar Angga, sambil menepuk bahu Faiq.
Waktu begitu cepat ketika Sholat dhuhur tiba, tiba-tiba saja Aisyah di datangi teman-temannya dari MI Ar Rahman dulu.
"Syah, kamu tidak kan ?." Aisyah merasa tidak mengerti tidak apa Iya apa ucapnya.
"Kalian kenapa sih?" Aisyah membalikan pernyataan mereka.
"Jawab aja Aisyah tidak kan." Aisyah terus dipaksa mereka untuk menjawab tidak.
"Ok, tidak." putus Aisyah dengan polos, Laila dan temannya akhirnya merasa lega itu artinya berita tersebut tidak benar adanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments