Seperti kebiasaan di kos, pagi sekali Kirana sudah turun ke dapur.
Bibi yang di dapur awalnya melarang Kirana.
"Nggak papa bi, sini aku bantuin," Kirana meraih sayur yang dipegang oleh bibi.
"Cantika sama Kenzo suka apa sih bi?" celetuk Kirana bertanya.
"Oh, mereka berdua nggak suka yang ribet nyonya," bibi memberitahukan menu simple yang disuka oleh kedua bocah itu.
"Nggak suka sayur?" tukas Kirana.
"Oh ya betul nyonya. Kalau Non Cantika sama sekali nggak suka. Kalau tuan muda Kenzo terkadang masih mau," bilang bibi.
Dua orang maid mendekat.
"Biar kita saja nyonya," ucap salah satunya setelah memberanikan diri mendekat.
"Oh, nggak papa kak," tukas Kirana.
"Kak?" mereka berdua saling berbisik.
"Maaf, aku belum tahu nama kalian," balas Kirana dengan tawa tulus.
Bukannya menjawab, mereka malah menunduk tak berani memandang Kirana.
Sekilas Kirana melihat papan nama yang menempel di dada mereka.
'Wuihhh kerja di sini harus pakai papan nama segala. Seberapa kayanya sih keluarga ini? Meski di sini, tapi hatiku tertinggal di kos... Hiks...,' sedih hati Kirana.
Tapi mau gimana lagi, daripada harus meringkuk di penjara.
"Nama kalian Merry dan Vera bukan?" tanya Kirana.
"Benar nyonya," jawabnya.
"Oke, untuk pagi ini dan sebulan ke depan aku ingin bantu kalian. Bingung juga mau ngapain," celetukan Kirana membuat bengong yang ada di dapur.
"Pasti kalian berpikir, tumben aku mau ke dapur. Begitu kan?" Kirana mencoba mengorek mereka. Kirana buta sama sekali akan kebiasaan Kirani, nyonya yang sebenarnya. Makanya Kirana bersikap hati-hati.
"Orang berubah boleh kan? Toh nggak ada salahnya, aku nyiapin makan buat Cantika dan Kenzo," ujar Kirana menambahkan.
Suasana kikuk yang awalnya tercipta, mulai mencair seiring obrolan Kirana yang mengajak bergurau para asisten rumah tangga keluarga Bagaskara.
Kirana nampak cekatan menyiapkan semua.
"Nyonya, kita beneran kaget loh saat melihat anda turun ke dapur," kata bibi mulai berani mengungkapkan.
"Nyonya ternyata pandai memasak," imbuh Merry.
"Sudah kayak chef di hotel," tukas Vera.
"Emang kamu tahu atuh chef itu apa?" gurau Merry.
"Chef kok di hotel, chef itu adanya di restoran Pera," kata bibi dengan logat medok.
"Nama aku tuh Vera bik. V-E-R-A," Vera kesal dengan bibi yang selalu memanggil dengan Pera.
"Beda dikit lah Per," kata bibi tak mau disalahkan.
Kirana tertawa mendengar obrolan mereka.
"Kami senang loh, nyonya ternyata orangnya baik atuh," celetuk Merry memuji.
"Semua orang itu dasarnya baik Mer. Lingkungan kadang banyak berpengaruh. Benar kan nyonya?" kata bibi sok bijak.
Kirana membalas dengan senyuman.
"Ehem... Ehem...," suara deheman membuat suasana menjadi hening seketika.
Semua kembali sibuk ke tempatnya masing-masing.
Dua nyonya rumah sedang berhadapan kini. Dua nyonya yang tak pernah bisa disatukan dengan cara apapun. Bahkan Maxime saja tak bisa melakukannya.
Nenek menatap tajam ke arah Kirana.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Berbuat onar?" kata nenek sinis.
"Seperti yang anda lihat, saya sedang menyiapkan sarapan untuk Cantika dan Kenzo," kata Kirana.
Nenek tersenyum sinis.
"Percaya diri sekali, setelah semua yang kamu lakukan pada cicitku," tegas nenek.
"Mer, Ver... Tolong tuang sup ini ke mangkok. Ntar anterin ke kamar non Cantika. Sup ini cocok buat non Cantika yang sedang dalam tahap pemulihan," kata Kirana.
"Baik nyonya," Merry mengangguk hormat.
"Sejak kapan Cantika suka sayur dan hidangan berkuah?" ujar nenek, sengaja menyindir Kirana.
"Akan aku coba nyonya. Toh semua demi kebaikan non Cantika," jawab Kirana sopan.
Nyonya besar Bagaskara diam. Toh yang dikatakan Kirana ada benarnya.
"Baik nyonya, saya ke kamar Cantika sama Kenzo duluan," Kirana naik ke atas menuju kamar Cantika, karena Kenzo juga tidur di sana.
Sepeninggal Kirana, "Siapkan sup di meja. Aku mau mencicipi sebelum makanan itu sampai ke perut cicitku," perintah nenek langsung dilaksanakan oleh bibi.
"Baik nyonya," jawab bibi.
Dalam hati bibi mengakui jika sup yang dibuat Kirana ini sungguh lezat.
"Dia masak apa saja?" nenek mendekat ke meja dapur untuk melihat hasil kerja Kirana.
"Hhhmmmm, maaf nyonya," kata bibi berbisik.
"Apa?" tukas nenek.
Meski galak di depan Kirana, hati nenek sangatlah baik. Dan bibi tahu akan hal itu.
"Apa nyonya Kirani salah minum obat?" kata bibi, masih berbisik. Takut kedengaran Kirana kali.
"Kenapa?" pancing nenek.
"Hari ini nyonya Kirani baiiikkkkk sekali. Judes dan suka marahnya tak nampak sama sekali," kata bibi.
"Mabok kali Nyah," sela Vera.
"Hussttttt...," Merry menutup mulut Vera yang sering keceplosan.
"Emang nyonya Kirani hobi mabuk kan?" Vera tak mau disalahkan.
Nenek mengambil sendok, segera ingin mencicipi sup yang asapnya masih mengebul itu.
"Hhhmmmm...," bagai seorang chef terkenal, nenek menilai masakan itu.
"Berapa nilai Nyah?" tanya Vera penasaran.
"Hhhmmmm...lumayan," kata nenek.
"Tuang ke mangkuk, anterin ke kamarnya Cantika," suruh nenek.
Tanpa nenek bilang, bibi sudah tahu jika sup itu sangatlah enak. Kalau tak enak, tak mungkin nenek menyuruh membawa ke kamar Cantika.
.
Di kamar, Kirana mencoba membangunkan Cantika dan Kenzo.
Kirana baru tahu, jika membangunkan mereka berdua adalah hal yang sangat sulit.
"Kenzo sayang. Hari ini sekolah loh? Ntar telat berangkat," Kirana membujuk Kenzo.
"Kata Daddy nggak papa telat Mom. Itu sekolah punya Grandma," jawab Kenzo dengan mata terpejam.
'Apa begini keluarga kaya? Menggampangkan sesuatu,' pikir Kirana.
"Cantika, mom buatin sup nih. Masih hangat lagi. Cantika mau? Kalau nggak mau, mommy nggak akan masak lagi deh," pancing Kirana di dekat telinga Cantika.
Cantika manyun dengan mata terpejam membuat Kirana terkekeh.
"Oke, baiklah. Karena kalian susah bangunnya, mommy pergi aja deh nyusulin Dad," Kirana berdiri dari tepian tempat tidur.
Keduanya langsung membuka mata meski terpaksa.
"Jangan mom," respon cepat Cantika yang tak ingin ditinggal pergi dan segera memeluk Kirana. Kirana mengecup kening Cantika.
"Love you Mom," tatapan bahagia Cantika membuat Kirana senang.
"Eitssss, peluknya jangan lama-lama. Mommy sudah siapin air hangat untuk kalian," kata Kirana.
Kenzo duduk mengusap kedua matanya.
"Kok Mommy yang siapin? Biasanya ada maid yang ke kamar," timpal Kenzo.
"Mulai hari ini, mommy sendiri semua kebutuhan kalian. Gimana? Senang nggak?" tanya Kirana.
Cantika tersenyum senang, "Oke, tapi mommy yang mandiin," pinta Cantika.
Sementara Kenzo menatap aneh ke Kirana, membuat Kirana sedikit kikuk.
"Ada yang salah Kenzo?" tatap Kirana ke arah Kenzo yang belum beranjak dari tempatnya semula.
Kenzo menggeleng.
'Biar saja semua yang di rumah ini menganggap aku aneh. Aku nggak tahu kebiasaan nyonya Kirani di rumah ini. Aku sendiri juga bertanya, kenapa aku bisa ngelakuin ini semua,'
'Nggak papa Kirana, cuman sebulan. Daripada lo di penjara,' Kirana menghibur dirinya sendiri.
'Biar aja orang menilai aku lemah. Aku hanya seorang karyawan biasa, awam hukum,'
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Happy Reading
Tinggalin jejak man teman.
Like, komen, vote dan apapun itu, othor ucapin terima kasih
💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Esther Lestari
anggap aja lagi magang di rumah Maxime selama 1 bulan Kirana😁
2024-02-21
2
Kasih Bonda
next Thor semangat
2024-02-21
1