Lost Memory

Lost Memory

Pingsan

Apa jadinya ketika siuman dari pingsan karena kecelakaan, tiba-tiba ada dua bocah dengan wajah polos memanggilku mommy.

Apa ada yang salah dengan otakku? Apa aku mengalami trauma kepala? Kok aku tidak ingat siapa dua anak ini? Kirana memukul kepala untuk mencoba mengingat semua.

"Mom, jangan banyak gerak dulu!" cegah gadis kecil itu menghalangi tanganku.

"Siapa kalian?" reflek aku bertanya.

"Mom...," seru bocah tampan dengan wajah tak percaya.

"Huaaaaaa... mommy jahat. Kenapa bisa melupakan kami?" gadis kecil berusia lima tahunan itu pun pecah tangisnya.

Aku dibuat membego oleh mereka.

Apa otakku gesrek? tanyaku dalam benak.

Mataku mengajak untuk terpejam lagi. Rasa pening mengalahkan teriakan kedua bocah yang ada di samping tempat tidurku.

"Biarkan mommy istirahat sayang. Kita keluar aja," terdengar suara laki-laki yang tidak dikenal oleh Kirana baru memasuki kamar.

Kirana terus memejamkan mata.

"Honey, aku pergi dulu sama anak-anak kita. Cepat sembuh. Love you," sebuah bibir nan hangat mengecup kening Kirana.

'Honey... Siapa lagi nih orang. Beraninya memanggil sayang. Kenal aja enggak,' pikiran Kirana kemana-mana.

Terdengar pintu kamar yang telah ditutup.

Kirana mencoba memberanikan diri untuk membuka matanya sebelah, mengintip dan memastikan kalau ruangan itu telah kosong.

Kirana mencubit lengannya, "Ah sakit," keluhnya.

"Kalau begitu aku belum mati,' gumamnya pelan tanpa seorangpun mendengar.

Jelas saja tak ada yang mendengar, Kirana di ruangan itu sendirian.

Sebuah jarum infus menancap manis di lengan kiri Kirana.

"Apa ini di rumah sakit? Siapa yang membawa aku ke sini?" Kirana terus memutar otak.

Kirana teringat akan kecelakaan saat dirinya mengendarai motor tadi pagi.

Kecelakaan yang diakibatkan karena dirinya terlalu banyak melamun sehingga tak mengetahui kalau ada sebuah mobil dari arah berlawanan yang mencoba untuk menyalip kendaraan di depannya.

Meski berusaha menghindar, tapi tetap saja tangan kanan Kirana menyenggol kaca spion kanan mobil yang mengakibatkan laju motornya oleng.

"Ponsel ku? Tas ku?" Kirana melihat sekeliling.

"Mewah banget nih kamar," celetuknya.

"Ntar bagaimana aku membayarnya? Apa sebaiknya aku melarikan diri saja? Jangan-jangan aku diculik?" Kirana kepikiran akan suara bariton laki-laki yang mengecup keningnya tadi.

Melawan rasa pening dan ngilu sekujur tubuh, Kirana bangkit dari ranjang mewah rumah sakit itu.

Infus yang terpasang di lengan, Kirana coba lepas paksa.

"Sakit," keluhnya dan mengurungkan niat melepas tuh infus.

"Aku harus menemukan ponsel punyaku. Bagaimana aku bisa nelpon Firman kalau tak pegang ponsel," keluh Kirana.

"Aku harus nurunkan egoku, meski hati ini masih dongkol karena pengkhianatan dia. Hanya dia yang kupunya sekarang di dunia ini," gumam Kirana.

Ceklek. Pintu kamar terbuka membuat Kirana reflek langsung memejamkan mata.

"Honey, kamu belum siuman juga?" kata laki-laki dengan suara baritonnya itu.

'Eh, kenapa nih laki datang lagi?' pikir Kirana.

'Ish, jangan-jangan dia mau menciumku lagi,' kecamuk Kirana.

"Wajah kamu kenapa jadi bengkak gini sayang? Cepat sembuh ya, aku janji akan mengantar kamu ke klinik kecantikan manapun sesuai yang kamu pinta," oceh pria itu.

Kirana tak berani membuka mata karena laki-laki itu duduk di tepian ranjang. Tepat di samping Kirana.

Dengan lembut dia mengusap rambut Kirana.

'Aduh, kenapa jantungku? Dag dig dug tak beraturan. Apa ini namanya serangan jantung?' bisik hati Kirana.

'Pasti gila nih orang. Hei, aku nih bukan sayangmu. Bukan honey kamu. Buka matamu!' teriak Kirana meski tak bisa didengar oleh laki-laki yang mengajaknya bicara.

'Kok bisa sih aku terjebak di sini? Rasanya ingin cepat-cepat melarikan diri,' ingin lari tapi tubuhnya tetap tak bergeming.

"Sayang, tidurmu lama sekali? Apa kamu tak kangen dengan suami kamu ini?" bilangnya membuat Kirana tersentak dalam diam.

'Suami? Apa pula itu? Sejak kapan aku menjadi istri kamu? Wah benar-benar nih orang. Tak bisa aku biarkan,' omel Kirana. Omelan dalam hati.

Terdengar pintu kamar diketuk.

"Siapa?" tanya laki-laki itu.

'Sialan, makin susah nih untuk lari,' umpat Kirana dalam hati.

"Nenek? Kok bisa sampai ke sini?" tanya laki-laki itu.

Kirana sedikit mengintip ke sosok wanita setengah baya yang terlihat masih sangat cantik nan anggun itu.

'Nenek? Siapa pula nih?' Sementara aku ikutin alurnya aja dulu. Daripada bertambah pening kepala gue,' Kirana fokus dengan mendengar pembicaraan kedua orang itu.

"Kenapa tak kasih tahu nenek? Gimana keadaannya?" kata wanita itu mendekat ke arah Kirana.

"Belum siuman," jawab laki-laki itu.

"Biar saja dia seperti itu. Kalau perlu tidur selamanya," ucap sang nenek ketus.

'Wah, meski masih cantik tapi kelakuannya bagai nenek lampir. Enak aja nyumpahin anak orang,' batin Kirana kesal.

"Jangan gitu dong nek, ingat masih ada cicit nenek yang butuh istriku ini," jawabnya.

"Makanya, kamu itu jangan terlalu patuh pada wanita miskin ini. Kadar kebucinan kamu itu turunin," suruh nenek yang sepertinya tak ikhlas punya cucu menantu.

'Sebenarnya siapa yang gila sih ini? Aku atau mereka? Aku sama sekali tak kenal dengan keluarga ini. Atau jangan-jangan aku memang amnesia? Kenapa aku jadi ragu akan diriku sendiri? Apa beneran aku Kirana Larasati. Atau jangan-jangan roh ku yang masuk ke jasad wanita yang menjadi istri laki-laki ini. Hiiii... Horor banget,' batin Kirana.

'Kalau begitu apa aku sudah meninggal? Terus kenapa aku tak bisa keluar dari jasad ini. Seperti di film-film itu,' tebak Kirana

'Aku harus segera berkaca. Jangan-jangan memang ini bukan tubuhku,' gumam Kirana dalam hati.

"Ingat Max, sudah beberapa kali wanita ini menyakiti kamu. Aku dengar dia kecelakaan saat sedang bersama dengan selingkuhannya. Apa benar itu?" ujar sang nenek.

'Wah...wah...selingkuhan? Nggak bahaya kah?' menurut Kirana, semakin kesini semakin ngeri aja tema pembicaraan nenek dan cucunya ini.

"Sebaiknya segera saja kamu ceraikan dia Max," saran nenek.

"Apa nenek nggak kasihan sama twins? Kalau aku cerai, twins tak akan dapat kasih sayang seorang ibu," tukas laki-laki yang dipanggil Max itu.

"Kamu ini memang bodoh sekali Max. Wanita di dunia itu tak cuman dia. Masih banyak yang lebih baik," kata nenek menimpali.

'Wah, jadi istri saja masih dibanding-dibandingkan. Apalagi aku yang masih berstatus tunangan. Tak salah juga sih, orang tua Firman mencarikan jodoh yang lebih baik buat anaknya. Bukan aku yang cuman gadis yatim piatu,' Kirana merasa sedih.

'Apa itu yang jadi alasan Firman mengkhianatiku?' pertanyaan yang belum mendapat jawaban karena Kirana masih terbaring di sana.

Nenek itu memperhatikan tubuh Kirana yang terbaring di ranjang.

"Sejak kapan istri kamu mau pakai baju tak bermerk? Dekil amat. Tumben tak seperti biasanya?" tanya nenek yang bisa didengar oleh telinga Kirana.

'Lama-lama suara wanita ini bikin telinga merah aja' kesal Kirana mendengarnya.

Kirana sosok gadis cantik dan sederhana. Saat siuman tiba-tiba dihadapkan pada situasi yang membuatnya berasa di dunia lain.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Terpopuler

Comments

Kasih Bonda

Kasih Bonda

next Thor semangat

2024-01-16

2

Nurhartiningsih

Nurhartiningsih

masih nyimak

2024-01-16

2

Sri Sulis

Sri Sulis

udah mampir kakak semangat ya sukses sll

2024-01-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!