Keesokan hari.
"Hai Ber. Pagi!" teriak Kirana saat datang memasuki minimarket tempatnya bekerja.
"Ber... Ber... Panggil aku Berlian," kata sang teman dengan sewot.
"Eh, lo kemana aja dua hari ini? Mana toko rame, lo main ilang aja," lanjut Berlian, teman satu shift dengan Kirana.
"Gue sakit. Nih lihat!" Kirana mendekat agar temannya itu bisa melihat sisa benjolan di mukanya.
"Kenapa lo?" memang wajah bengkak Kirana masih terlihat.
"Biasalah, kangen sama aspal," jelas Kirana.
"Lo habis jatuh? Kenapa tak kabari aku sih," bukannya dielus, Kirana malah mendapat beribu omelan dari sang teman.
Katanya yang banyak melamun lah di jalan. Tak bisa lihat ada kendaraan lain. Tak hati-hati... Bla... Bla... Bla....
Kalau bisa diukur, omelan Berlian bisa disamakan dengan jarak lari marathon. Kecepatannya pun konstan dan stabil. Tidak ada tanjakan ataupun turunan tajam.
"Gue cari ke kos an lo, tapi kosong. Mana ponsel kamu off juga," gerutu Berlian karena kesal pada sahabat sekaligus rekan kerjanya itu.
"Iya deh, gue minta maaf. Sudah buat lo cemas," tukas Kirana.
"Lo bawa bekal apa Ber? Minta dong, laper banget nih," ucap Kirana.
Berlian menyentil telinga sahabatnya itu.
"Dasar" umpat Berlian.
"Gue nggak sempat masak tadi. Lagian badan gue masih pegel semua rasanya," keluh Kirana.
"Sudah tau aspal. Ngapain pakai lo cium segala," Berlian terbahak karena sukses mengolok Kirana.
"Lo emang tak punya hati, sudah tau teman kena musibah. Masih lo ejek juga...hiks...," ujar Kirana.
"Idih, tangisan buaya,"
"Kirana, ikut saya," terdengar suara seseorang di tengah obrolan mereka.
Kirana menengok ke arah sumber suara.
"Aduh, mati gue," gumam Kirana saat melihat kepala toko lah yang bicara.
"Baik kak," Kirana tak berani membantah Mega, sang kepala toko. Wanita yang sudah berumur tapi masih lajang itu.
Dengan langkah gontai, Kirana mengikuti Mega.
"Duduk!" suruh Mega yang telah duduk di kursi yang ada di ruangannya.
Kirana duduk dengan wajah melihat lantai.
"Jangan bilang kalau kamu tak masuk tanpa alasan kemarin karena sakit," telisik Mega.
"Tapi saya memang beneran sakit kak," jawab Kirana.
"Basi," tukas Mega.
"Kak, saya beneran sakit. Sakit karena kecelakaan. Kecelakaan karena saya melamun saat berkendara. Kenapa saya melamun? Karena saya dikhianati oleh tunangan saya. Apa masih kurang panjang kak?" seru Kirana.
"Haissss kamu ini, banyak kali alasannya. Lo bisa kasih kabar. Minimal Berlian lo kasih tahu" logat Bataknya Mega pun muncul lantaran kesal.
"Maaf... Maaf kak. Tak akan saya ulangi lagi deh. Suerrrr....," Kirana menampilkan senyum termanisnya dan buru-buru balik untuk membantu Berlian.
"Kali ini gue masih maafin. Sekali lagi kamu ulangi, SP satu buat kamu," teriak Mega karena Kirana sudah ngacir duluan.
"Ber," panggil Kirana berbisik.
"Apa? Dapat wejangan apa dari kak Mega," tukas Berlian.
"Hussssssstttt, gue mau nanya sesuatu ke lo," suara Kirana masih lirih.
"Apaan sih? Serius amat?" Berlian ikutan bersuara lirih.
"Nama gue Kirana Larasati kan?" tanya Kirana dengan mimik serius.
Berlian membego mendapat pertanyaan aneh bin ajaib dari Kirana.
Sementara Kirana harus memastikan bahwa dia tak amnesia. Tak ada yang salah dengan dirinya. Otaknya tak gesrek.
Berlian memegang kening Kirana.
"Nggak demam, tapi bicara lo kok ngelantur sih?" timpal Berlian.
"Yakin lo? Kalau gue nih Kirana. Teman lo," Kirana menegaskan.
"Saya yakin sekali kalau cewek yang sedang bicara sama gue, namanya adalah Kirana Larasati," tegas Berlian.
"Alhamdulillah, kalau memory gue baik-baik saja," Kirana menarik nafas lega.
"Emang apa yang terjadi?" tanya Berlian penasaran.
"Heh kalian. Kerja apa ngerumpi?" hardik Mega memutus obrolan.
"Siap lapan enam bos. Ini juga sambil ngecekin stok barang," alibi Berlian biar tak kena oceh.
"Lo punya hutang cerita ke gue. Pulang kerja lo musti nraktir gue. Ingat! Lo sudah buat repot gue seharian kemarin," oceh Berlian.
Kirana mengangkat tangan kanannya membuat sikap hormat.
Cubitan tangan Berlian pun didapat oleh Kirana.
'Berlian tetap saja punya hobi KDRT,' pikir Kirana menahan senyum.
'Terus kemarin itu siapa? Kok mereka dengan sangat yakin kalau aku salah satu bagian keluarganya?' batin Kirana karena mengingat kejadian kemarin.
'Smoga aja tuan yang kemarin sama anak buahnya tak mencari gue,' harap Kirana.
'Tapi lumayanlah dapat pengalaman berharga. Kapan lagi merasakan kamar vvip dan jadi nyonya besar,' batin Kirana dibuat tersenyum karena ingat kejadian itu.
'Kok gue ngarep banget jadinya,' Kirana tak habis pikir dengan jalan pikirannya saat ini. Kirana geleng kepala untuk menghilangkan jalan pikirannya itu.
"Aaawwhhh...," Kirana memegang jidatnya habis kena timpukan dari Berlian.
"Sadis banget sih lo," umpat Kirana ke Berlian.
"Siapa suruh kerja sambil melamun, pakai senyum-senyum sendiri segala," olok Berlian.
"He...he...," Kirana terkekeh.
.
Berlian dan Kirana telah duduk di sebuah resto cepat saji.
Resto yang ramah di kantong mereka.
"Ayam steak ya Kir?" pinta Berlian.
"Kir... Kir.... Nama gue Kirana," gantian Kirana tak terima.
"Ha... Ha... Gue bales lo," Berlian terbahak.
"Serah lo deh," Kirana manyun.
"Asyik... Asyik... Gratisan... Enak pula," Berlian kegirangan.
"Anggep aja buat menebus kesalahan gue. Impas kan?" balas Kirana.
"Yappppp....," Berlian menerima pesanan ayam steak dengan riang gembira.
"Thanks Kirana cantik," Berlian dengan sengaja menoel pipi Kirana.
"Yeee...baru tahu kalau gue cantik," tukas Kirana.
"Ber, ntar ikut gue ya?" ajak Kirana.
"Kemana? Makan lagi? Siaaapppp tuan putri," jawab Berlian dengan mulut penuh makanan.
"Giliran makan aja, lo siap terus," timpal Kirana.
"Gue mau ngajak lo buat nyariin ponsel dan tas butut gue," beritahu Kirana.
"Emang ke mana ponsel lo?" Berlian menghentikan kunyahan.
Kirana menceritakan semua yang dialaminya saat dan pasca kejadian, hingga dirinya melarikan diri dari orang-orang berjas rapi itu.
"Hah? Jadi lo dianggap istri sama tuan yang namanya mirip artis itu?" tanggap Berlian.
Kirana mengangguk.
"Terus kenapa lo lari Kir? Anggap aja lo dapat rejeki nomplok bisa tinggal di rumah mewah. Itu kalau dia beneran kaya sih," lanjut Berlian.
"Terus lo suruh gue tidur sama dia? Ih, ogah gue. Gini-gini gue masih tahu batas Ber," ungkap Kirana.
"Otak lo aja yang ngeres Kir. Ya jangan mau lah kalau diajak tidur bareng," balas Berlian.
"Mendingan tidur bareng daripada nih mata sama-sama melek, bahaya laten tuh," tukas Kirana menimpali.
"Kapan-kapan ajakin gue dong ke rumah sakit yang lo ceritakan tadi," kata Berlian.
"Untuk?" tukas Kirana.
"Kali aja gue bisa ketemu sama tuan yang lo maksud," ujar Berlian.
"Ogah gue. Segala daya upaya aku pakai untuk melarikan diri. Eh lo malah ngajakin gue balik ke kandang singa," tolak Kirana mentah-mentah.
Berlian nampak memikirkan sesuatu.
"Kir, jangan-jangan muka lo mirip sama istrinya?" terka Berlian.
"Ha... Ha... Mana ada Ber? Kecuali kalau aku punya kembaran. Gue aja sebatang kara," ada nada sedih di suara Kirana.
"Iya juga sih," Berlian tak ingin menambah kesedihan Kirana.
"Mendingan kita makan, ntar lanjur nyari ponsel ama tas lo," ucap Berlian.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Happy Reading 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
putri anggiamurni
emm..
masih menjadi misteri..
2024-01-19
2