Sadar

Nenek itu memperhatikan tubuh Kirana yang terbaring di ranjang.

"Sejak kapan istri kamu mau pakai baju tak bermerk? Dekil amat. Tumben tak seperti biasanya?" tanya nenek yang bisa didengar oleh telinga Kirana.

'Lama-lama suara wanita ini bikin telinga merah aja' kesal Kirana mendengarnya.

"Nek, sudahlah. Biarkan istriku istirahat," bela laki-laki yang mengaku sebagai suami Kirana itu.

"Tak akan kubiarkan Max. Nenek sudah membiarkan terlalu lama wanita ini menjadi benalu di keluarga ini," lanjut nenek yang ucapannya terdengar jelas di telinga Kirana.

"Apa nenek lupa, kalau ada twins yang dilahirkan oleh Kirani," ujar Maxime.

"Kirani? Itu kan bukan nama gue. Kebetulan aja sedikit mirip," oceh Kirana masih dengan mata terpejam.

"Apa dia pantas disebut ibu? Wanita yang hanya mau mengandung twins. Toh, apa yang dilakukan dia setelah anak-anak kamu lahir?" seru nenek.

"Non sense," lanjut nenek.

"Dia hanya seorang wanita culas. Hanya mau memanfaatkan kekayaan kamu Maxime," kata nenek dengan kesal. Gambaran yang disampaikan nenek sangatlah bertolak belakang dengan diri Kirana Larasati.

"Nek, aku yakin suatu saat dia akan berubah," ulas Maxime.

"Terserah kamu," ujar nenek dengan kadar kekesalan sampai ubun-ubun.

Kirana berpikir dalam diam.

Aku harus berpura-pura sadar dan mencoba menjelaskan ke mereka saja.

Aku tak mau terperosok dalam jurang kesesatan, yang aku sendiri tak tahu dasarnya.

Ihhh...ngeri. Itu yang dirasakan Kirana sekarang.

Semoga yang kuasa melindungiku, doa Kirana dalam hati.

"Arghhhhhh," Kirana mencoba membuka mata perlahan untuk menyempurnakan aktingnya.

Kedua orang yang sejak tadi berdebat itu menoleh ke arah Kirana yang terbaring di atas tempat tidur.

"Sayang, kamu sudah sadar?" Maxime mengecup beberapa kali kening Kirana.

Pandangan Kirana yang mulai jelas, maka dapat melihat wajah tampan yang kini berdiri di sampingnya. Wajah yang sempurna.

'Firman ini mah lewat, tak ada seujung kukunya,' batin Kirana.

Kirana seolah lupa dengan niatan awalnya.

"Sayang, makasih kamu sudah sadar. Apa ada yang masih sakit?" Kirana tak menjawab

Pesona laki-laki ini sungguh luar biasa. Maxime Bagaskara, pengusaha muda dengan wajah penuh pesona. Wajah oriental dengan kulit putih bersih bak pualam, bahkan serangga aja alergi jika nempel ke kulitnya.

"Heiiii.... Kok bengong? Apa ada yang masih sakit? Aku panggilin dokter ya," kata laki-laki yang kalau Kirana tak salah dengar dia bernama Maxime.

Laki-laki yang saat ini melambaikan tangan di depan wajah Kirana membuat Kirana sadar dari kebengongan hakiki. Kirana menggelengkan kepala sesaat, seolah tersadar dari mimpi.

"Aku panggil dokter saja," laki-laki itu hendak pergi.

"Enggak usah tuan, saya tak apa-apa kok," jawab Kirana.

"Tuan? Hello... Aku ini suami kamu. Ngapain panggil tuan segala," kata laki-laki gagah nan tegap itu.

"Anda ini siapa tuan? Saya ini bukan istri tuan," kata Kirana dengan sopan.

Kirana ingin segera menghilang dari ruangan ini, karena tak ingin terjebak dalam keluarga yang menurutnya aneh.

Apalagi tatapan sinis wanita tua itu, sungguh bagai nenek lampir versi terbaru. Versi terbaru karena nenek lampirnya cantik meski judes. Tuh kan otakku penuh body shaming, gerutu Kirana dalam hati.

Ucapan Kirana berakibat tangan Maxime memegang kening Kirana.

"Kamu demam? Aku rasa enggak," gumam Maxime.

"Tuan, maaf. Saya ingin pulang," Kirana beranjak duduk dan hendak turun.

"Enggak bisa. Kamu boleh pulang jika dokter mengijinkan pulang," cegah Maxime.

"Ta...ta...tapi... Saya tak ada biaya untuk membayar biaya perawatan di ruangan mewah ini. Lagian besok saya musti kerja," jelas Kirana dengan sesungguhnya.

"Apa kamu meragukan suami kamu ini? Tak akan kuijinkan kamu keluar selangkah pun dari sini," Maxime menahan tubuh Kirana.

Nenek mengernyitkan alisnya.

"Kelihatannya otak istri kamu gesrek deh Maxime? Sedari sadar tadi tingkahnya aneh banget," kata nenek.

"Issshhh nenek. Jangan ngasal deh," kata Maxime.

"Nama kamu siapa?" nenek mendekat ke Kirana.

"Kirana, nyonya," jawab Kirana.

"Tuh kan. Namanya aja beda, meski wajahnya sedikit mirip sih," tanggap nenek.

"Nek, aku lah yang lebih ngenalin istriku," tukas Maxime kesal.

"Sayang, sejak kapan nama kamu berubah? Nama kamu itu Kirani," jelas Maxime.

"Tapi namaku beneran Kirana tuan," Kirana mencoba menjelaskan.

"Kalau memang nama kamu Kirana, mana kartu identitasnya?" tanya Maxime layaknya petugas sensus aja.

Mana ada kartu identitas. Ponsel sama tas aku aja tak tahu di mana sekarang. Batin Kirana.

Kirana tak segera mengambil.

"Tentu saja kamu tak bawa sayang. Kartu identitas kamu ada di aku. Tadi aku pakai buat daftarin saat kamu masuk IGD," jelas Maxime.

'Apa bener aku amnesia? Apa memang aku istri tuan ganteng ini? Tapi aku nggak merasa tuh. Apa rohku bertukar jasad dengan istrinya? Hiiii...,' Kirana begidik ngeri.

'Apa memang cerita dalam drama Korea ada di dunia nyata?' batin Kirana.

Maxime membuka ponsel untuk ditunjukkan ke Kirana.

"Lihat ini!" suruhnya.

Netra Kirana pun beralih ke wallpaper yang ada di ponsel mewah itu.

Nampak di sana Maxime lengkap dengan keluarga kecilnya berpose.

'Keluarga idaman. Laki-lakinya tampan, wanitanya cantik. Putra putrinya pun sama' gumam Kirana dalam hati.

"Sayang, apa dengan ini kamu masih tak percaya jika kamu istriku?" dan dijawab gelengan Kirana.

'Mana mungkin aku istrinya? Penampilan aja dekil begini. Sebenarnya yang otaknya gesrek siapa sih?' keluh Kirana dalam hati.

'Gimana nih caranya kabur dari sini? Laki-laki ini kenapa tak pergi aja sih? Juga nenek ini," gerutu Kirana dalam benak.

'Pakai besok aku kena shift pagi lagi. Hadeh,'

"Tuan, saya ini beneran bukanlah istri tuan. Pasti anda salah orang deh," Kirana mencoba menjelaskan lagi.

"Nama saya Kirana Larasati, saya bekerja di sebuah minimarket. Dan kebetulan besok saya harus kerja pagi," sambung Kirana.

"Maxime, jangan-jangan istri kamu kesurupan tuh? Sejak tadi ocehannya aneh-aneh dan tak jelas," sela nenek.

"Atau dia beneran lupa ingatan? Syukurin deh," imbuh nenek.

"Semoga saja sifat baiknya yang tertinggal," sarkas nenek.

"Nenek!" Maxime tak setuju dengan ucapan sang nenek.

"Saya sudah menjelaskan semuanya dengan jujur tuan. Jadi bolehkah saya pulang sekarang," Kirana pamit pergi untuk kesekian kalinya.

"Never," tegas Maxime.

"Kamu harus tetap di sini, sampai dokter menyatakan kalau kamu benar-benar telah pulih," lanjut Maxime membuat Kirana mengurungkan niatnya.

"Tapi saya ingin pulang tuan," rengek Kirana.

"Sayang," Maxime memegang pundak Kirana membuat hati wanita yang barusan ditinggal tunangannya itu berdesir.

"Sekali ini saja, aku mohon kamu turutin kata-kataku. Semua demi kebaikan kamu sayang," mohon Maxime.

Tak lama, Maxime memeluk tubuh Kirana.

Dan anehnya pelukan itu membuat hati Kirana tenang.

Wah, bahaya laten datang nih. Hati-hati Kirana.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

To be continued, happy reading guyssss

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

Kirana - Kirani, apakah kembar?

2024-01-18

2

Kasih Bonda

Kasih Bonda

next Thor semangat.

2024-01-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!