Kirana beberapa kali menguap saat dokter yang merawat datang untuk memeriksa.
Semalaman dia tak bisa tidur nyenyak, karena laki-laki tampan yang mengaku sebagai suaminya itu terus saja menggenggam tangannya.
Jangan ditanya bagaimana irama jantung Kirana. Dari mode lagu melow, pop slow, rock bahkan sampai rap terdengar semua. Bahkan musik reggae yang jarang didengerin oleh Kirana, semalam pun ikut mengalun.
"Anda pucat sekali nyonya? Bisa tidur nyenyak?" tanya dokter itu dengan ramah.
Kirana menggeleng.
"Bengkak di wajah anda sudah jauh berkurang," beritahu sang dokter.
'Dokter ini kenapa sih? Aku kok merasa dia hanya basa basi ya,' batin Kirana.
"Wah, sepertinya anda tak sabar nih melakukan perawatan wajah? Saya ada rekom klinik kecantikan yang bagus deh nyonya," lanjut sang dokter.
'Ih, apaan sih,' Kirana merasa risih akan ucapan dokter itu.
"Dok, kelihatannya istri saya masih butuh istirahat. Apa anda sudah selesai memeriksa keadaannya?" sela Maxime.
"Oh, tentu saja," tukas dokter itu.
Dokter bersama suster keluar dari ruangan vvip itu.
"Biasanya kamu antusias sekali ketemu sama dokter tadi," kata Maxime sambil menutup pintu kamar.
"Dokter tadi?" tanggap Kirana.
'Boro-boro akrab. Kenal juga nggak,' kata Kirana membatin.
"Tuan, apa hari ini saya belum boleh pulang? Saya belum ijin tidak masuk kerja," ucap Kirana.
Maxime mengelus kepala Kirana lembut.
"Kerja di mana? Kamu tuh istriku, Kirani sayang. Mana mungkin aku membiarkan istriku kerja" kata Maxime dengan tenang dan jelas.
"Tuan, saya ini bukan istri anda. Nama saya Kirana. Kirana Larasati. Bukan Kirani," lanjut Kirana.
Kirana tak ingin ada salah paham lagi.
"Sayang, ternyata trauma benturan kemarin sungguh berefek luar biasa. Aku akan minta dokter untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh deh," ujar Maxime meraih ponsel di atas nakas.
'Wow, ponselnya aja seharga puluhan juta. Pasti beneran dia orang kaya nih. Hiii...ngeri gue,' pikir Kirana.
"Dok, tolong lakukan general check up buat istriku," perintah Maxime.
'Emang siapa dia? Beraninya memerintah dokter,' tanya Kirana, meski hanya membatin.
"Baik tuan Maxime," jawaban dokter itu bisa didengar oleh Kirana, karena Maxime sengaja meloudspeaker panggilannya.
"Saya tak mau tuan," tolak Kirana.
"Tak ada penolakan kalau soal kesehatan" tegas Maxime.
Beberapa orang datang untuk menjemput Kirana dan mengantarkannya untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.
Kirana menurut saja karena tatapan Maxime.
"Nyonya, silahkan!" ujar salah satunya meminta Kirana untuk pindah duduk di kursi roda.
'Nyonya... Nyonya... Aku ini masih Nona. Bisa mati pasaran gue,' gerutu Kirana atas panggilan itu.
"Hati-hati. Yang kalian bawa adalah nyonya dari pemilik rumah sakit ini," kata seseorang yang sepertinya atasan dari beberapa orang itu.
"Baik tuan" jawab perawat yang hendak mendorong kursi roda yang sudah diduduki oleh Kirana.
'Nyonya pemilik rumah sakit?' Kirana tak berani membayangkan seberapa kayanya Maxime.
Bisa bawa bekal lauk ayam saat kerja saja sudah menjadi kebanggaan tersendiri buat Kirana, kok bisa-bisanya mereka menyebut dirinya nyonya pemilik rumah sakit.
Sebenarnya yang gila siapa sih?
Rombongan itu menyusuri koridor rumah sakit.
Di barisan belakang, nampak beberapa laki-laki tegap berdasi dan berjas rapi berjalan mengikuti rombongan Kirana.
'Aih, seperti di drakor aja. Pakai pengawal segala,' bangga hati Kirana.
Makanya rombongan itu pun menjadi perhatian seluruh warga rumah sakit.
'Atau malah kita yang aneh ya? Semua mata tertuju ke sini. Apa memang mereka mengira kita sedang syuting sinetron? Atau mereka semua malah mengira kita ini rombongan sirkus?' banyak dugaan yang melintas di otak Kirana.
Setiap yang berpapasan selalu menunduk hormat ke arah Kirana. Kirana yang merasa kikuk terpaksa membalas dengan senyum termanisnya.
Satu hal yang selalu diingat Kirana dari pesan ibu panti, sedekah tidak harus berupa materi. Dengan senyum ikhlas dan ramah itu juga sedekah. Makanya Kirana membalas dengan senyuman setiap orang yang menyapanya.
"Kamu ini kenapa sih? Mau pamer gigi?" kata Maxime yang berjalan di sampingnya. Mode cemburu sangat nampak di aura wajah tampannya
'Apaan sih?' ingin rasanya Kirana menampol pipi mulus pria tampan itu.
"Mommy," kedua bocil menghampiri Kirana yang sedang didorong naik kursi roda.
"Mom, mau kemana?" tanya bocah perempuan nan cantik itu.
"Mommy perlu pemeriksaan tambahan Cantika sayang," jelas Maxime.
"Biar mommy cepet pulang," imbuh Kenzo.
"Ih, kakak sok tahu deh," celetuk Cantika menggemaskan.
'Ih lucunya mereka. Pingin deh ciumin mereka berdua,' Kirana ikutan gemas.
"Betewe, Mommy kok diam aja sih?" kata Kenzo.
"Si...si...siapa nama kalian berdua?" tanya jujur Kirana.
"Mommy kok lupa sih nama anaknya," ujar Kenzo seraya menyilangkan tangan di depan dada.
"Huaaaaa..... Mommy nggak sayang lagi sama kita kak," air mata anak cantik itu pun mulai menggenang.
'Drama apa lagi ni Tuhan?' Kirana memijat pelipisnya.
Maxime duduk jongkok di depan kedua anaknya.
"Kalian sayang mommy kan?" ujar Maxime dan dijawab anggukan kedua bocil itu.
"Tuh lihat mommy sedang mijitin kepala. Itu tandanya mommy belum sembuh sayang. Mommy sayang kok sama kalian. Iya kan Mom?" Maxime menengok ke arah Kirana, menunggu jawaban dari Kirana.
Kirana terpaksa mengangguk.
'Dosa apa lagi yang aku lakukan Tuhan? Kenapa aku bohong pada kedua anak kecil ini?' batin Kirana.
'Tapi mereka begitu menggemaskan,' pikir Kirana sangatlah bertolak belakang.
"Sayang, ayo kita masuk!" ajak Maxime saat tiba di depan ruangan yang bertuliskan radiologi.
"Buat apa tuan?" tanya Kirana.
"Kamu akan dilakukan pindai CT, untuk melihat seberapa parah trauma pada kepala," jelas Maxime.
"Apa itu artinya aku gila? Apa beneran aku amnesia tuan?" tanya Kirana lagi.
"Biasanya Mommy panggil sayang ke Daddy? Kok sekarang panggilnya tuan," sela Cantika.
Kirana menoleh ke arah Cantika.
'Gimana aku ngejelasinnya kalau aku bukanlah mommy kalian? Semakin lama aku semakin bingung aja,' pikiran Kirana bertambah kalut.
"Mommy kalian biar masuk dulu ya? Jangan buat mommy tambah bingung karena harus menjawab pertanyaan kalian," kata Maxime.
"Oke Dad," kedua anak itu penurut sekali menurut Kirana.
Kirana dimasukkan ke sebuah kapsul raksasa.
'Alat ini canggih. Berapa biaya untuk sekali periksa? Jangan-jangan gajiku selama tahunan tak bisa buat bayar. Aku harus segera menghilang dari mereka,' niat Kirana sudah bulat.
Sebelum masuk tadi, Kirana sesekali melihat jalur evakuasi untuk melarikan diri. Seperti mendapat bencana saja Kirana ini.
"Tuan, boleh aku ke toilet sebentar?" ijin Kirana sesaat setelah pemeriksaan.
"Hhhmmm, boleh. Aku anterin deh," jawab Maxime.
"Eh, enggak usah tuan. Mana ada toilet perempuan dimasukin laki-laki," Kirana menolaknya.
"Siapa bilang? Tinggal perintah aja, maka toilet akan dikosongkan," ujar Maxime.
'Waduh, celaka nih. Susah banget cari jalan keluar,' Kirana mencoba memutar otaknya.
"Tapi aku akan lama tuan. Perut aku tak bisa dikondisikan ini," Kirana berakting memegangi perutnya.
Kirana sengaja berlama-lama di toilet agar Maxime bosan menunggunya.
"Sayang, sudah belum?" teriakan Maxime terdengar entah yang ke berapa kalinya.
Tak ada sahutan.
"Sayang.... Sayang....," panggil Maxime berulang kali.
Maxime pun memanggil beberapa anak buah untuk mendobrak pintu.
Bruaaaaaakkkkk....
Dan tak ada siapapun di sana.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
To be continued, happy reading
Like, komen, vote nya dong.
Jangan lupa favoritin juga ya 😘. Thanks
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Esther Lestari
keluar lewat mana Kirana
2024-01-18
3
Susi Ermayana
hayòoo kemana perginya...
2024-01-18
2
Kasih Bonda
next Thor semangat
2024-01-17
2