Di ruang rawat, bukannya tidur sambil mendengarkan dongeng. Cantika malah antusias dibacakan semua buku oleh Kirana.
"Ini buku terakhir loh, abis ini tidur ya," kata Kirana.
Cantika mengangguk cepat.
"Mom," panggil bibir mungil.
"Hhhmmm," gumam Kirana.
"Bahagianya aku jika mom seperti ini terus. Bisa bacain cerita, bercanda tawa, main boneka," oceh gadis kecil itu.
'Emang mama nya seperti apa sih? Apa tidak pernah melakukan semua itu? Aneh!' pikir Kirana.
"Mom banyak berubah malam ini, aku seneeeenngggg banget," ucap Cantika dengan penuh ceria.
"Mom, besok jangan pergi ya? Plisssss," kedua telapak tangan bocil itu saling mengatup untuk memohon pada Kirana.
"Tapi aku harus kerja," jawab Kirana lirih. Tak ingin terdengar oleh pria yang sedang tertidur pulas di ranjang sebelah.
Kedua netra gadis kecil itu pun basah oleh air mata karena jawaban Kirana, membuat Kirana menjadi tak tega.
"Oke, besok nggak jadi kerja," ungkap Kirana.
"Horeeeee.... Makasih Mommy," seru Cantika kembali ceria.
'Apa aku terlalu memanjakan sehingga menuruti permintaan gadis kecil ini? Sebenarnya kalau aku mau pergi, sudah tak ada urusan dengan keluarga ini. Tapi bagaimana caranya? Sekilas aku lihat, pengawal di depan pintu kamar ini selalu siaga satu,' gejolak batin Kirana.
"Mommy kok diam?"
"Eh...eh... Enggak kok," jawab Kirana gugup.
Obrolan demi obrolan telah tercipta semakin mengakrabkan Kirana dengan Cantika.
Maxime yang berada satu ruangan mendengar semua apa yang mereka berdua cakapkan.
Maxime terbangun saat tangannya tak bisa menggapai tubuh yang dirindukannya selama ini. Yang ternyata sudah berada di samping sang putri sambil membacakan cerita untuk anaknya itu.
'Syukurlah Kir, kamu sudah menyadari apa yang menjadi kesalahan kamu. Cantika masih sangat butuh perhatian dari kamu,' batin Maxime bahagia.
.
Kondisi Cantika telah membaik dan pagi hari sudah diijinkan pulang oleh dokter.
Kirana kalang kabut memikirkan cara pergi dari sana.
Semalam baterainya telah dicharger.
Kirana mencoba menghubungi Berlian tapi tak sambung.
'Kemana sih Berlian? Kalau dibutuhkan saat gawat selalu saja begini,' keluh Kirana.
Kirana keluar dari toilet dan disambut tatapan tajam Maxime.
"Jangan bilang kalau kamu mau pergi lagi," kata Maxime.
Kirana gelisah, karena apa yang dikatakan oleh pria itu benar adanya.
"Kok anda tahu?" tukas Kirana.
"Anda? Kenapa panggil suami dengan anda? Jangan aneh-aneh deh," timpal Maxime.
'Apa iya aku harus panggil sayang gitu? Siapa sih yang aneh?' gerutu Kirana dalam hati.
"Sayang, ayo kita pulang," ajak Maxime bersiap menggendong putri kecilnya.
"Tapi Cantika mau sama mommy," rajuk Cantika minta digendong Kirana.
"Mommy sudah nggak kuat sayang. Cantika sama Daddy aja," lanjut Maxime.
Cantika sudah berada dalam gendongan Maxime, sementara tangan sebelah Maxime menggandeng erat Kirana seakan tak mau melepaskan.
Seperti diseret, Kirana akhirnya mengikuti langkah Maxime dan berjalan di sampingnya.
Laiknya keluarga cemara.
Di depan lobi rumah sakit, sebuah mobil mewah sudah menunggu mereka.
Mobil yang diapit beberapa mobil lengkap dengan pria berdasi seperti biasa.
Maxime terlihat tampan di mata Kirana. Rahang yang tegas, hidung mancung dan netra biru semakin terlihat mempesona saat pria dua anak ini menggendong sang putri. Apalagi sebuah kacamata hitam ikutan nangkring manis di hidungnya.
'Bak artis hollywood nih orang...he...he... Tapi sayangnya jauh dari jangkauan,' batin Kirana.
Kirana lupa akan niat untuk pergi.
Nah salah siapa tuh? Jangan nyalahin author yaaaa....
"Maxime...," panggil seseorang dari belakang.
Maxime dan Kirana reflek menoleh ke arah sumber suara.
"Eh lo Axel. Ngapain pagi-pagi sudah sampai sini?" tanya Maxime.
Wajah Kirana sontak berubah saat melihat Axel dan berusaha melepas genggaman tangan Maxime, tapi sayangnya tangan Kirana kalah kuat dengan lengan kokoh Maxime.
"Iya nih, gue sedang nyari orang. Kali aja dia di sini," ucap Axel dengan pandangan tak beralih dari Kirana.
Maxime mulai cemburu.
"Ngapain lo natap istri gue?" kata Maxime serius.
"Ya kali aja, dia orang yang gue cari," jawab Axel masih dengan tatapan yang sama ke arah Kirana.
"Sayang, ayo kita pergi! Jangan hiraukan laki-laki yang tak bisa move on itu," Maxime membukakan pintu mobil agar Kirana masuk ke sana.
'Romantis banget,' Kirana gedek, bisa-bisanya memikirkan sesuatu yang fatamorgana.
"Gue pergi. Gue yakin orang yang lo cari tak ada di sini. Cari saja noh di ujung dunia," ujar Maxime kepada Axel yang tak bergeming dari tempatnya berdiri.
Maxime masuk ke mobil dan duduk di samping Kirana.
"Kirana," suara panggilan Axel terdengar di telinga Kirana dan Kirana pun menoleh ke arah Axel.
"Ngapain lihatin dia?" kata Maxime dengan mode on jealous.
Kirana tak menjawab.
'Semoga tuan Axel bisa bantuin gue,' harap Kirana dalam hati.
"Mommy, jangan sedih. Itu tandanya Daddy cinta Mommy," celoteh Cantika membuyarkan keheningan.
"Iya sayang," balas Kirana.
"Mom, nanti sampai rumah temenin Cantika main boneka ya?" pintanya.
"Loh, kata dokter tadi. Cantika musti banyak istirahat dulu," tutur Kirana menasehati.
"Tapi janji, Mommy temenin Cantika," jari kelingking yang mungil itu pun dia angkat untuk disambut oleh Kirana.
Kirana mau tak mau menyambutnya.
"Yeeiiiiii..... Saranghaeyo Mom. Love you so much," balas Cantika dengan ceria.
Di mobil, Cantika tak mau lepas dan duduk di pangkuan Kirana sehingga saat akan turun kaki Kirana terasa kebas.
Untuk berdiri pun musti menunggu karena kedua kaki berasa kesemutan.
"Kenapa?" tanya Maxime seraya jongkok.
Wajahnya berada tepat di depan mata Kirana.
'Orang ini kenapa sih selalu bikin tak sehat jantungku,' keluh Kirana.
Deg... Deg... Deg....
Lama tak ada jawaban, Maxime menggendong Kirana yang masih saja diam.
"Eh...eh...," Kirana kaget atas perlakuan Maxime.
"Kalau tak mau jatuh, makanya peluk," seru Maxime karena dia pun merasakan berat saat tangan Kirana membentang tak merangkulnya.
"Aku mau turun saja," pinta Kirana.
"Nggak akan," tukas Maxime ngotot.
Kirana pun terpaksa merangkul Maxime, karena kalau dibiarkan dia bisa melorot dan jatuh.
Iya kalau cuman dirinya sendiri yang jatuh, kalau pria di depannya ini ikutan jatuh dan menindihnya bisa berabe dunia perhaluan.
"Nah, sedari tadi kek. Jadi nggak berat," timpal Maxime.
Wajah mereka hanya berjarak beberapa mili.
Saat memasuki rumah, dengan santainya Maxime mengecup pipi mulus tanpa make up yang tersaji tepat di depan mata.
'Rasanya ingin pingsan saja deh,'
'Apa ini nyata?' Kirana bengong.
Kirana tersadar saat Cantika tepuk tangan menyambut Kirana dan Maxime.
Pandangan yang sangat langka menurut gadis kecil itu.
"Kamu cantik," puji Maxime sambil berbisik tepat di belakang telinga Kirana.
Meleleh nggak tuh?
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Happy Reading
Klik vote, like, komen, kopi, hadiah atau apapun itu buat nambahin imun othor.
Thanks
💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Kasih Bonda
next Thor semangat
2024-02-09
2
sakura hanae @ mimie liyana❤️
Halah halah aku yang kawatir Kirana pecah gawang gara gara dikirain Kirani🤦🏼♀️🤦🏼♀️🤦🏼♀️
2024-02-09
2
Esther Lestari
waduh Maxime itu bkn istrimu. tambah sulit ini Kirana mau pergi dari mereka, ayo Axel tolong Kirana
2024-02-09
2