Gagal

Kirana berjalan mengendap agar tak menganggu Cantika yang telah terlelap.

"Pengawal akan mengantarmu. Akan kutunggu saksi kamu datang ke sini," ucapan nenek mengagetkan Kirana yang berjalan pelan-pelan.

"Ba...baik nyonya," jawab Kirana.

Untuk saat ini, Kirana berniat mengajak Berlian untuk menjadi saksi supaya keluarga ini tak salah paham akan dirinya.

Harapan tinggal harapan, dan ekspektasi memang hanya sekedar hayalan.

Sampai di minimarket, hanya Mega yang bisa dijumpai Kirana.

Setelah Kirana menghilang, Berlian mendadak pulang kampung karena ada keperluan mendesak.

"Kok Berlian nggak kasih kabar ke aku kak?" tanya Kirana.

"Lo sendiri dimana? Main hilang begitu saja. Gue pusing nih harus gantiin shift kalian berdua," timpal Mega ngegas.

"Lo sama siapa?" tanya Mega saat melihat ada dua pria berdasi dan berjas rapi di belakang Kirana.

'Apa gue cerita ke kak Mega saja ya? Apa yang kualamin sejak kemarin,' batin Kirana.

"Hhhmmm, kak," panggil Kirana.

"Apa?" tukas Mega mencelos.

"Kirana mau minta tolong bisa nggak?" ucap Kirana setengah berbisik.

"Minta tolong apalagi? Gue sudah nolongin lo Kirana. Sejak pagi gue wira wiri di meja kasir, karena banyak pembeli," terang Mega.

"Asal lo tahu, kencan gue batal juga karena lo," Mega meluapkan kekesalannya kepada Kirana.

Padahal gagal kencan bukan karena Kirana. Tapi karena pria yang akan dikencani tiba-tiba membatalkan janji karena dipanggil bos di kantornya.

Mumpung Kirana datang, maka Mega melampiaskan ke Kirana.

"Plisss kak, bantuin gue," Kirana mengatupkan kedua telapak tangan untuk memohon kepada Mega.

"Tak akan Kirana. Lo tahu sendiri, aku sibuk," tolak Mega.

Kirana menghela nafas panjang. Gagal perjuangannya untuk mendatangkan saksi.

Ponsel salah satu pengawal berdering dan dia pun mendekat ke arah Kirana.

"Nyonya, tuan Maxime mencari anda," bisik pengawal itu sopan kepada Kirana.

'Mati gue. Pake nelpon segala lagi,' keluh Kirana.

"Ha...halo," sapa Kirana ragu.

"Kamu ngapain ke minimarket sayang? Ada yang mau kamu beli?" tanya Maxime di ujung telpon.

'Kok dia tahu aku pergi?' gumam Kirana dalam hati.

"Enggak usah nyari saksi. Aku tuh percaya dan tak meragukan kamu," kata Maxime berikutnya.

'Loh, dia sudah tahu? Kebetulan tuh. Jadi gue tak perlu lagi balik ke rumah mewah itu. Bayangin aja bikin ngeri,' oceh Kirana dalam benak.

"Kok diam? Cantika menunggu di rumah. Pulanglah! Love you sayang," ucapan Maxime bagai magnet yang bisa menghipnotis Kirana.

"Ta...tapi tuan...," tanggap Kirana gagap.

"Enggak ada tapi-tapian. Cantika butuh perhatian dari kamu," kata Maxime tak mau dibantah.

Panggilan terputus.

"Silahkan nyonya," pengawal satunya memberi jalan Kirana agar segera masuk mobil.

"Kirana, mau kemana lo?" teriak Mega.

"Bicara yang sopan nyonya," kata pengawal itu menghadang Mega karena hendak menyusul Kirana.

"Huh, nyonya," sebal hati Mega karena dipanggil nyonya.

Kirana baru teringat akan tuan Axel.

'Sepertinya tuan Axel kenal dengan Dad nya Cantika. Apa aku hubungin dia aja ya?' ragu hati Kirana.

Belum apa-apa malah ditagih hutangnya.

'Tapi aku coba aja deh,' sambil berjalan mengikuti dua pengawal, Kirana membuka tas butut yang selalu dibawa.

'Mana ponselku?' beberapa kali membolak balikkan isi tas, ponselnya tak ditemukan.

"Maaf nyonya, tadi tuan Maxime berpesan kalau anda mencari ponsel. Katanya sudah dibuang di tong sampah rumah sakit," bilang pengawal.

"Apa? Dibuang? Beraninya," kesal sekali hati Kirana.

Hanya itu satu-satunya harta tertinggal yang dimiliki olehnya.

Pupus sudah harapan Kirana untuk menghubungi Axel.

"Apa kalian kenal tuan Axel?" tanya Kirana memberanikan diri.

Kedua pengawal itu saling pandang.

"Maaf nyonya, tapi kami tak berani menjawab," bisa habis mereka berdua jika mengatakan kenal dengan teman sang bos itu.

Rasa cemburu sang bos selalu nampak kentara jika bertemu dengan Axel.

Ini malah nyonya bos menanyakan keberadaan tuan Axel.

'Bisa kita digantung tuan bos jika menjawab pertanyaan nyonya,' batin keduanya.

"Nyonya, nyonya besar menyuruh kita segera balik," kata sang pengawal dengan mobil mulai melaju.

Sampai di mansion, nenek menatap Kirana sinis.

"Sudahlah, jangan banyak menciptakan drama. Hidup kamu sudah cukup enak karena diperistri oleh cucuku satu-satunya," ujar nenek ketus.

Kirana mendekat. Niat hati ingin mengatakan sesuatu.

"Tapi nyonya, saya bukanlah istri tuan Maxime," tanggap Kirana.

"Terlalu banyak alasan kamu," ujar nenek yang saat itu membawa nampan untuk makan Cantika.

Nenek nampak kesulitan.

"Biar saya saja nyonya," Kirana meminta apa yang dibawa oleh nenek.

Nenek terpaksa menyerahkan ke Kirana.

Meski banyak maid di mansion, urusan cicit biasa nenek handle sendiri.

Tak tergantung maid, apalagi mommy nya.

Kirana membawa nampan ke kamar Cantika.

Saat pintu terbuka, disambut oleh tatapan ceria Cantika.

"Horeeeee... Mommy sudah datang," Cantika melompat memeluk mommy tak peduli jika dirinya baru diijinkan pulang dari rumah sakit.

Melihat interaksi akrab antara cicit dan cucu menantu membuat nenek keluar dari kamar Cantika dengan sedikit menautkan alis.

Seperti ada yang berbeda. Batin nenek.

'Hatiku selalu luluh dengan wanita tak tahu diri itu. Karena aku tahu, cicitku bahagia jika bersamanya,' batin nenek.

Dengan telaten Kirana menyuapi Cantika sambil sesekali menggoda gadis kecil yang menurut Kirana lucu dan menggemaskan.

"Cantika besok sekolah? Sekolah di mana?" menurut Kirana, Cantika sangatlah cerdas dibandingan anak-anak seusianya.

"Mommy gimana sih? Sekolah anak sendiri sampai dilupakan," celoteh Kenzo yang barusan gabung di kamar Cantika.

"Ih kakak apaan sih? Mommy hanya bercanda...bercanda...," Cantika menirukan sebuah akun tok tok yang sedang viral saat ini.

"Issshhhh lebay...," balas Kenzo kesal.

"Iya kan mom?" Cantika menunggu persetujuan Kirana.

Kirana mengangguk.

"Nggak papa kok kalau mommy lupa. Mommy kan sibuk," bela Cantika.

"Tapi, tetap saja nggak boleh dilupain," omel Kenzo.

Cantika menyebutkan sebuah nama sekolah yang diketahui Kirana biaya bulanannya sama dengan gajinya selama setahun.

'Orang kaya mah bebas,' batin Kirana.

Karena kecapekan bermain dan bersenda gurau dengan Cantika serta Kenzo yang mulai sedikit membuka hati, Kirana tertidur bersama kedua bocil itu.

Hingga Kirana terkaget saat ada yang berusaha membangunkannya.

Kirana mengucek mata sekali lagi untuk memastikan siapa yang berdiri di samping tempat tidur dengan tangan berkacak pinggang.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

To be continued, happy reading.

Hari Senin telah tiba, saat nya vote 😉

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Ngakak bacanya bener2 hiburan 🤣🤣🤣

2025-04-16

1

kalea rizuky

kalea rizuky

Kirana bodoh ada axel dia diam aja kmren

2024-02-19

2

Esther Lestari

Esther Lestari

saksimu tinggal Axel saja Kirana, masalahnya Maxime tdk suka Axel dkt2 dgn kamu.

2024-02-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!