Sementara itu pandangan Axel terfokus pada seorang wanita yang tertunduk dan tak berani menatap lawan bicaranya.
"Ada apa ini?" seru Axel.
"Anda siapa? Maaf ini urusan internal," kata cewek yang lebih dewasa daripada cewek yang tertunduk.
Axel meraih ponsel dan menekan nomor yang menghubunginya tadi.
Dan cewek dewasa itu merogoh sakunya.
"Oh, jadi anda lah orang yang dimaksud? Perkenalkan, nama saya Mega. Kepala toko di sini," bilangnya.
"Kirana, apa benar tuan ini lah yang semalam datang?" tanya Mega dengan pandangan beralih ke arah cewek yang diinterogasinya.
'Kirana? Apa cewek ini beneran kembaran Kirani? Tak mungkin jika Maxime tak tahu,' pikir Axel.
Kirana mendongak dan menatap ke arah Axel dan sedetik kemudian mengangguk.
Axel tak mau menyambut tangan wanita yang sudah lumayan berumur itu.
"Iya nyonya," kata Axel menanggapi.
"Nyonya?" tukas wanita itu sengit sementara Kirana mencoba menahan tawa.
"Iya, anda. Nyonya Mega," Axel malah memperjelasnya.
"Maaf saya belum menikah. Panggil saya dengan Nona Mega," kata Mega menekan kata Nona yang diucapkannya.
"Oke. Untuk apa anda menghubungi aku? Aku sibuk," terang Axel.
"Oke tuan. Saya hanya ingin meminta tanggung jawab anda karena telah memporak porandakan toko kami semalam," jawab Mega.
"Ooppppsss, jadi ini melanjutkan permasalahan semalam?" tukas Axel seraya mendekat ke Kirana.
"Ingat Nona, anda masih punya hutang untuk mentraktirku. Dan anda sudah janji," bisik Axel, membuat Kirana terpengarah.
"Kenapa kalian bisik-bisik. Apa kalian bersekongkol?" telisik Mega.
"Ti...ti...tidak kak, aku juga tak kenal dengan tuan ini," ujar Kirana gugup.
Kirana memang tak kenal, dia menghubungi tadi karena Axel meninggalkan kartu nama. Dan semalam sebelum pergi Axel berpesan jika sesuatu terjadi esok hari, Kirana disuruh menghubungi.
"Tapi kenapa bisa tahu nomor ponselnya?" kejar tanya Mega.
"Ini," dengan gamblangnya Kirana menunjukkan kartu nama Axel.
Axel menjulurkan tangannya ke arah Kirana, tapi Kirana tak menyambut.
Axel menarik tangan Kirana dan mengajaknya bersalaman.
"Axel," Axel menyebutkan nama.
"Ki..Kirana," tukas Kirana.
Padahal semalam dia sudah menyebutkan namanya di depan pria di depannya ini.
"Tuan Axel, saya ulang sekali lagi. Akibat perbuatan anda semalam, toko kami mengalami kerugian yang cukup banyak," jelas Mega.
"Oh ya?" tanggap Axel dengan tenang.
"Yap. Kerugian mencapai lima juta," lanjut Mega.
"Terus?"
"Anda harus bertanggung jawab untuk itu," Mega menuntut ganti rugi.
"Hhhmmmm, apa anda sudah bertanya pada cewek cantik ini? Kronologinya seperti apa?" bagi Axel uang segitu mah kecil. Tapi dia tak ingin melepas begitu saja uangnya sebelum mendapatkan Kirana.
"Dia sudah cerita semua," timpal Mega.
"Lantas, dasar anda meminta ganti rugi pada saya apa? Toh saya melakukannya karena ingin membantu karyawan anda," kata Axel.
"Karena anda lah yang merusak fasilitas toko ini. Dan semua terlihat di rekaman cctv," tukas Mega tak mau kalah.
Sebagai kepala toko, Mega seharusnya ikut bertanggung jawab atas kerugian. Tapi Mega tak mau karena akan berimbas ke gajinya yang sudah terpotong.
Axel tersenyum penuh makna.
'Akan kukerjain cewek ini. Sampai dia kudapatkan. Kirani sudah bersama dengan Maxime, maka aku harus mendapatkan Kirana,' janji Axel dalam hati yang yakin jika Kirana dan Kirani memang bukan wanita yang sama.
"Seharusnya bukan tanggung jawab aku sepenuhnya untuk mengganti. Ada tanggung jawab Kirana juga, karena kejadian semalam untuk menyelamatkan dia juga," ujar Axel.
"Apa maksud anda tuan?" tanya Mega.
"Aku akan ganti rugi asal Kirana juga ikut ganti rugi. Jadi lima juta kerugian kita tanggung berdua," jelas Axel.
"Hah?" Kirana terperangah.
Kirana berpikir kemana lagi harus mencari uang yang jumlahnya lebih dari separuh total gajinya sebulan.
Apalagi saat ini dia juga memikirkan biaya perbaikan sepeda motornya yang rusak karena kecelakaan. Sepeda motor yang belum lunas bayar angsuran itu.
"Ke... Kenapa aku ikutan menanggungnya?" tukas Kirana gugup.
"Sudah aku jelaskan tadi bukan? Tak perlu aku mengulangnya," seru Axel.
"Ma... Maaf kak Mega. Tapi aku belum punya uang?" kata Kirana.
"Gimana ya Kirana? Akhir minggu ini akan ada supervisi dari manajemen. Dan uang musti terkumpul. Aku juga tak ada untuk pinjami kamu duluan," kata Mega sok baik.
Ujung mata Kirana mulai berair membuat Axel jadi tak tega.
"Udah gini aja. Lima juta aku bayar duluan. Tapi ingat Kirana, kamu musti gantiin. Ntar surat kesepakatan antara kita berdua aku buatin deh," ujar Axel.
Kirana mengangguk terpaksa.
"Saya dikasih tenggat waktu sampai kapan tuan?" tanya Kirana yang merasa tak akan sanggup jika musti langsung mengganti uang Axel dalam waktu dekat.
"Bisa diatur," tanggap Axel.
"Nomor rekening?" tanya Axel ke Mega.
Mega dengan tanggap menulis nomor rekening dan diserahkan ke Axel.
Axel sibuk dengan ponsel dan sedetik kemudian menunjukkan ke arah Mega.
"Oke, lunas," ucap Axel.
"Terima kasih tuan," kata Mega.
"Oh ya tuan, jika anda ingin menagih Kirana silahkan menghubungi saya dulu. Karena jika Kirana belum punya uang, saya akan bantu untuk memotong gaji bulanan Kirana," lanjut Mega.
"Tak perlu. Aku bisa tagih langsung ke Kirana," tolak Axel.
"Jangan harap bisa lari dariku Nona," bisik Axel di telinga Kirana sesaat sebelum pergi.
Kirana begidik ngeri kala melihat Axel keluar toko dan sepertinya sedang menelpon seseorang.
.
Di kantor, Maxime dibuat uring-uringan karena belum mendapat kabar tentang keberadaan Kirani saat ini.
"Kalian cari sampai dapat!" perintah Maxime ke anak buahnya.
Kemarahan Maxime karena Kirani pergi, sementara siang ini dia mendapat kabar dari nenek jika Cantika sakit.
Beberapa kali Maxime menekan nomor sang istri, tapi hanya ada tulisan 'memanggil' di sana.
"Di mana kamu Kirani? Semakin lama dibiarkan kamu semakin menjadi," gerutu Maxime.
Saat akan mengulang panggilan Kirani, panggilan dari Axel masuk.
"Halo bro, istri lo sudah pulang belum?" tanya Axel di ujung telpon.
"Kurang kerjaan lo? Ngapain nanya istri gue? Mau lo tikung?" jawab Maxime kesal.
"Nggak lah. Gue sudah ada gebetan," pamer Axel.
"Yakin? Atau hanya pelarian?" ejek Maxime.
"Beneran cuyyy... Gue nelpon cuman mau kasih tahu lo, kalau gue sudah move on," terang Axel.
"Syukurlah. Lega gue," timpal Maxime.
"Beneran gue nanya Maxime. Kirani sudah pulang belum?" tanya Axel mengulang.
"Belum" jawab singkat Maxime.
Dan tut...tut...tut... Maxime memutus panggilan Axel.
Maxime beranjak dan berencana untuk pergi ke rumah sakit karena putri mungilnya sedang menunggu di sana.
Sebuah notif pesan masuk ke ponsel Maxime saat dirinya tergesa.
"Aku sibuk sayang. Jangan mencariku untuk sementara waktu," bunyi pesan yang ternyata dari Kirani.
Maxime langsung menghubungi sang istri untuk memberi kabar jika Cantika sakit.
Tapi sekali lagi Maxime kecewa, karena ponsel Kirani telah dimatikan.
'Tanggung jawab kamu sebagai ibu mana Kirani?' kesal sekali hati Maxime.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Happy Reading
Jangan lupa tinggalin jejak guyssss
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Esther Lestari
Kirani sibuk sendiri gk mikirin suami dan anaknya, wajar kalo nenek Maxime gk suka sama Kirani
2024-01-24
1
intan aulia
lanjut
2024-01-24
2
Kasih Bonda
next Thor semangat
2024-01-24
2