Low Bat

Meski telah pulas, tangan gadis kecil itu masih menggenggam erat tangan Kirana yang berbaring seranjang dengannya sampai Kirana kesulitan untuk melepas.

Sebuah kecupan mengagetkan Kirana.

"Makasih," ucap Maxime lirih tepat di belakang telinga membuat kuduk Kirana berdesir.

Jantung Kirana berasa naik roller coaster sekarang.

Cantika menggeliat membuat Kirana tak kebagian tempat lagi.

"Kamu pindah di sebelah sana aja sayang," tunjuk Maxime di bed yang kosong.

"Tempat tidur ini pasti nggak leluasa buat kalian berdua," ujar Maxime.

Dan bagai kerbau yang dicokok hidungnya, Kirana naik ke bed sebelah tanpa menolak. Pesona Maxime amatlah luar biasa.

Karena efek capek setelah berkerja atau karena tempat tidur yang terlalu nyaman, akhirnya Kirana tertidur pulas.

Merasa ada yang menindih pinggang, Kirana berbalik.

Bukannya bangun, Kirana malah terlelap lagi.

Panggilan Cantika yang membangunkan Kirana. Dan yang membuat terkejut adalah posisi wajah Kirana berada tepat di depan sebuah hidung mancung yang saat ini sedang menghirup dan mengeluarkan nafas secara teratur dengan mata terpejam.

Kirana menarik nafas dalam dengan irama jantung tak beraturan.

"Mom," panggil ulang Cantika.

"Iya, bentar ya," Kirana mengurai pelukan lengan kokoh yang melingkar manis di pinggang Kirana.

"Huh... Lepas juga akhirnya," Kirana menghela nafas lega.

Kirana mendekati Cantika.

"Ada apa sayang?" tanya Kirana melihat mimik cemas gadis kecil itu.

"Kirain Mom pergi lagi," jawab Cantika.

Kirana duduk di samping tempat tidur.

"Bobok lagi ya? Mom janji tak pergi," kata Kirana.

Cantika mengangguk.

Kirana melihat beberapa buku cerita anak di atas nakas.

"Mau dibacain?" dan gadis kecil itu mengangguk lagi.

"Baiklah," Kirana meraih satu buku dan mulai membacanya.

Kirana sudah terbiasa membacakan dongeng untuk adik-adik panti tempatnya bernaung dulu.

Bukannya tidur, Cantika malah antusias mendengarkan dongeng yang dibacakan oleh Kirana.

"Loh, katanya mau tidur?" tatap Kirana saat Cantika menatapnya lekat.

"Makasih ya Mom," ucapan yang sangat tulus menurut Kirana.

Kirana memberanikan diri untuk mengecup kening gadis kecil di hadapannya.

Kirana berjanji dalam hati, setelah Cantika tenang dan sembuh. Maka dia akan pergi dari sana.

Suasana hening karena Cantika telah tertidur membuat Kirana teringat akan keberadaan Axel.

'Loh, tuan Axel apa kabarnya? Tadi kutinggalin begitu saja di resto,' pikir Kirana.

'Apa aku telpon aja yah? Dia pasti cemas,' niat Kirana dalam hati.

Kirana meraih tas yang setia menemani kemanapun dia pergi.

Tas yang selalu menempel manis di pinggang Kirana setiap pergi dan pulang bekerja.

Kirana mencari ponsel jadul miliknya.

"Yaahhhh, low bat," keluh Kirana.

.

Axel mengamuk di resto langganannya itu karena tak menemukan Kirana.

"Jika terjadi apa-apa sama dia, akan kutuntut resto kalian," seru Axel.

Satu jam lebih Axel mencari di setiap sudut resto yang tak begitu luas.

Kebetulan tak ada akses cctv yang mengarah ke toilet.

Axel menggebrak meja.

Sekalinya serius dengan cewek, malah cewek itu menghilang begitu saja.

"Kirana kemana ya kira-kira?" pikiran Axel mencoba menelaah.

'Tak mungkin dia melarikan diri,'

Mau mencari ke mana, tempat tinggal Kirana juga tak tahu.

"Apa aku balik ke toko tempat dia kerja?" Axel menyambar kunci mobil yang tergeletak di meja.

Dan pergi begitu saja setelah membuat repot seisi restoran.

Di toko tempat Kirana bekerja kebetulan Berlian belum pulang.

"Kirana mana tuan?" sambut Berlian.

"Itu yang aku mau tanya sama kamu. Kamu lihat nggak Kirana?" tanya balik Axel.

"Bukannya dia pergi sama anda?" tukas Berlian.

"Jangan bohong deh. Kirana pasti balik lagi ke sini?" ungkap Axel.

"Kok malah nuduh sih? Anda yang bersama Kirana kok malah nanyanya ke saya," jawab Berlian dengan muka cemberut.

Axel garuk kepala merasa kehilangan jejak Kirana.

"Kenapa anda tak hubungin nomornya saja!" saran Berlian.

"Di luar jangkauan," kata Axel yang sudah beberapa kali menekan nomor ponsel milik Kirana.

"Jangan-jangan Kirana diculik tuan?" ucap Berlian menambah kecemasan Axel.

"Kirana punya musuh?" telisik Axel yang buta masa lalu Kirana.

Berlian mengangguk pasti.

"Siapa? Gadis macam Kirana punya musuh?" tanggap Axel tak percaya. Meski baru beberapa kali bertemu, Axel yakin Kirana adalah gadis yang baik.

"Mantan pacar alias calon tunangan yang gagal," kata Berlian berbisik.

"Mana alamatnya? Akan kucari dia," seru Axel.

"Eh...tapi....???" Berlian ragu.

"Tapi apa?"

"Apa mungkin Firman setega itu? Dia kan sudah selingkuh dari Kirana," gumam Berlian.

"Issshhh lamban amat," Axel menarik lengan Berlian.

"Eh... Eh....," Berlian terkaget.

"Anterin aku ke tempat yang orang yang kamu bilang tadi," kata Axel kesal.

"Idih, aku ada acara tuan. Sorry," Berlian melepas tarikan tangan Axel.

"Gue kuatir sama Kirana," ucap Axel.

"Emang yang kuatir tuan doang? Gue juga kali," tukas Berlian sewot.

"Makanya, ayo ikut gue," ajak Axel.

Berlian menuliskan sesuatu.

"Nih, alamat laki songong itu. Gue nggak sudi ketemu dia," Berlian menyerahkan selembar kertas yang berisikan alamat Firman.

Axel bergegas dan meninggalkan Berlian tanpa kata.

"Laki kalau ada maunya sama aja. Tapi mendingan tuan Axel sih, lebih tampan dan kaya daripada si Firman," gumam Berlian.

Axel melajukan mobil ke alamat yang diberitahu oleh Berlian.

Setelah bertanya beberapa orang, Axel menemukan kediaman Firman.

"Hhhmmmm," gumam Axel seraya mengamati lingkungan yang terlihat tak sehat. Sekilas Axel melihat beberapa pemuda minum minuman keras di sebuah pos ronda.

"Jadi penasaran dengan mantannya Kirana," kata Axel.

Tok... Tok... Tok...

Axel mengetuk pintu.

"Siapa di luar?" teriak suara laki-laki dari dalam.

Tok... Tok... Tok... Axel kembali mengetuk pintu agar sang empunya rumah keluar.

"Shiitttt, siapa sih? Gangguin orang saja," umpatan terdengar dari dalam rumah.

Cekrek... Pintu terbuka.

Kini berdiri di depan Axel seorang pria yang terlihat barusan bangun tidur.

"Cari siapa?" tanyanya terdengar pongah.

"Firman," sebut Axel.

"Itu gue," seru Firman.

"Di mana Kirana?" tanya Axel dengan tegas.

Firman menatap Axel selepas Axel menyebut nama Kirana.

"Anda siapa?" telisiknya. Firman menatap tajam Axel dari kepala sampai ujung kaki.

"Jawab saja. Dimana kamu sembunyikan Kirana?"

"Ha...ha...ha...," hanya tawa yang terdengar dari mulut Firman.

"Untuk apa cari Kirana? Dia hanya cewek bekas ku," kata Firman sombong.

Axel menarik krah baju Firman dengan kuat.

"Aku ulangi sekali lagi, dimana Kirana?" Axel mengatakannya dengan gigi terkatup, emosi tentu saja.

"Sudah aku bilang tuan. Kirana hanya bekas aku. Mana mungkin aku bersama dia sekarang?"

Sebuah tonjokan tepat mengenai muka Firman. Firman terhuyung.

"Dimana Kirana?" tanya ulang Axel dengan penuh penekanan.

"Aku bukan keluarganya, dan aku sudah tak ada hubungan lagi dengan cewek sok suci itu. Cari sana di bawah kolong langit!" Firman mengusir Axel.

Merasa frustasi Axel menendang sebelah kaki Firman sampai dia terjengkang.

"Awas kau tuan, akan kulaporkan atas perbuatan tak menyenangkan," teriak Firman saat Axel berjalan menjauh.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Happy Reading guyyssssss 😊

Terpopuler

Comments

Kasih Bonda

Kasih Bonda

next Thor semangat

2024-02-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!