Andika berjalan keluar dari gedung Aras group dengan di ikuti Jeny di belakangnya, Jeny harus mengikuti Andika setiap hari mulai hari ini, dia seperti sudah di jual oleh Presdir Romy, sepanjang jalan Jeny terus mengutuki laki-laki di depannya.
"Aw." Jeny menjerit sambil memegang hidungnya yang terasa sakit karena menabrak punggung Andika.
Andika berbalik dan menatap Jeny sembari tersenyum tipis, Jeny bergidik ngeri melihat senyum Andika.
"Anda lebih menakutkan ketika tersenyum tuan."
"Jangan gunakan pikiranmu hanya untuk mengutuki orang lain nona." Andika berbicara dengan nada suara datar tapi terdengar menakutkan, Jeny langsung menutup mulut dan menatap Andika.
"Kamu bukan manusia tapi monster, bagaimana bisa membaca pikiranku."
"Maaf tuan." Andika langsung mendesah kasar yang membuat Jeny gelisah.
"Saya baru saja melakukan kesalahan." Kata Jeny dengan nada ketakutan seakan mengerti arti dari desahan Andika.
Andika kembali berjalan tanpa menanggapi ucapan Jeny, dia memasuki mobil di ikuti oleh Jeny.
"Atur pertemuan dengan Chandra besok."
"Baik tuan."
Mobil terus melaju membelah jalanan yang terlihat cukup lenggang, mobil berhenti di salah satu bangunan berlantai lima dengan papan nama besar di depannya.
"Untuk apa kita kesini tuan?" Jeny bertanya ketika melihat papan nama bertuliskan kantor hukum Adrian dan rekan.
Andika langsung menatap tajam Jeny setelah mendengar pertanyaannya.
"Dasar bodoh kenapa aku harus bertanya." Jeny mengutuki dirinya sendiri.
"Jangan memikirkan hal yang akan membuat anda rugi nona." Jawab Andika berjalan meninggalkan Jeny yang masih diam mematung.
- - -
Di dalam ruangan yang sangat indah dengan desain Eropa klasik sedang duduk seorang laki-laki diatas kursi kebesarannya.
"Ada tuan Andika di depan." Rendy berbicara sambil menunduk.
"Hahahaha." Adrian tertawa mendengar laporan dari asistennya.
"Persilakan tamu kehormatan kita masuk." Adrian berdiri menuju sofa untuk menyambut Andika.
Senyum sinis tersungging di bibir Adrian ketika melihat pintu terbuka dan Andika masuk, dia menatap perempuan yang masuk bersama Andika.
"Apa kamu sudah memiliki kekasih sekarang?" Adrian bertanya setelah Andika duduk di sofa.
"Tak usah banyak bertanya." Andika menjawab dengan tatapan tajam.
"Adrian." Adrian mengulurkan tangan pada Jeny tanpa memperdulikan Andika.
"Jeny." Dengan senyum ramah Jeny menyambut uluran tangan Adrian.
"Ehem." Andika berdehem sambil menatap tajam Jeny, Jeny langsung melepaskan tangan Andika kemudian duduk diam.
"Wah kamu posesif sekali ternyata."
"Dimana dia?" Tanya Andika tanpa memperdulikan candaan Adrian.
"Santai dulu lah, kita sudah lama tidak bertemu, setidaknya bertanya tentang kabarku dulu."
"Aku tidak punya banyak waktu untuk berbasa-basi."
"Apa dia memang begitu ketika kalian sedang berdua Jeny?" Adrian mengangkat alis saat berbicara dengan Jeny.
"Sep....." Jeny tidak meneruskan ucapannya karena melihat sorot mata membunuh dari Andika.
"Aku tidak menggoda wanita mu." Adrian mengangkat kedua jari tangan kanannya seakan sedang bersumpah.
"Baiklah baiklah." Kata Adrian menyerah karena Andika terus menatapnya tajam.
"Kita bicara serius sekarang." Adrian menurunkan kakinya dari atas meja, Andika langsung memberi kode pada Jeny untuk keluar dari ruangan, Jeny mengangguk hormat kemudian keluar.
"Jadi apa yang kamu inginkan Andika?" Tanya Adrian setelah memastikan pintu tertutup rapat.
"Wanita itu."
"Jawab dengan jelas." Adrian tersenyum mengejek sedangkan Andika langsung menatapnya tajam.
"Apa kesepakatan yang akan kamu berikan untuk menukar dengan wanita itu?" Adrian mengetukkan jarinya diatas sofa menunggu jawaban Andika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Cahya
Menarik
2020-08-30
0
Jeng Anna
Baru kuperhatikan ternyata tiap partnya dikit banget yah
2020-08-29
2