"Sebaiknya Dira sekolah dan di titip di pesantren saja. Biar Dira bisa mengendalikan dirinya saat melihat yang tidak bisa kita lihat."
Usul kedua orang tua Alisha. Kakak Alisha juga sependapat dengan orang tuanya.
"Kasihan Dira ayah, bu. Dira masih kecil. belum bisa mandiri jika tinggal di pesantren." Tolak Alisha.
Tentang kelebihan Dira yang bisa melihat yang tidak dilihat orang awam sudah di ketahui orang tuanya. Makanya mereka mengusulkan agar Dira di pesantren saja.
"Bukan tinggal di pesantren Lisa. Dia sekolah seperti biasa. Pergi pagi pulang sore.
Biar dia dibimbing ustadz atau ustadzah di sana." ujar ayah Alisha.
Ibu dan kakak Alisha mengangguk setuju.
"Aku bicarakan dulu dengan Dira nanti Yah. Dan kalau Dira mau setelah menerima rafor nanti di daftarkan di pesantren dekat rumah saja. Biar bisa diantar jemput." Ujar Alisha.
Siang itu Alisha akan kembali kekota tempat tinggalnya selama ini. Dan akan di antar oleh kakak juga abang iparnya.
Ayah dan ibu Alisha tidak bisa mengantar. Karena ayah Alisha belum bisa pergi jauh, karena jatuh dari motor beberapa hari yang lalu.
Makanya Alisha di jemput kakaknya untuk pulang sebentar, menemui kedua orang tuanya.
"Setelah kita tahu Dira punya kelebihan, sebaiknya kamu beri pengertian dengan yang dia alami, dia agar tidak terlalu takut saat melihat yang mengerikan.
Juga ajak dia berbicara mengenai kelebihannya itu. Pesankan juga agar dia jangan membahas dengan orang lain atau teman sebaya. Takutnya malah temannya bilang Dira orang aneh atau depresi." Pesan ibu Alisha.
"Baik bu. Aku akan fokus menjaga Dira dan Dina, agar mereka tidak merasa kesepian tanpa ada ayah mereka." Ujar Alisha.
Walaupun kedua orang tua Alisha berat melepas putri dan kedua cucu mereka, tapi mereka percaya Alisha sudah dewasa untuk hidup di kota. Apalagi menurut kakak Alisha, ada Meri juga yang akan menemani Alisha.
Mereka juga mengusulkan kak Meri tinggal dengan Alisha saja, kan kanar di rumah itu banyak. Alisha nanti akan bicara dulu dengan kak Meri, apa dia mau.
Sepanjang perjalanan Dira diajak berbincang oleh abang ipar Alisha dan disuruh duduk di jok depan.
Beberapa kali Dira dan omnya membicarakan yang mereka lihat. Dira diberi pengertian tentang yang dia alami.
"Om. Itu kok orangnya berdarah?" Tanya Dira.
"Oo. Mereka kecelakaan. Tapi itu sudah lama.
Nanti jika Dira melihat orang sedang duduk berdarah, jangan tanya pada teman ya. Tunggu mereka bicara dulu. Sebab tidak semua yang Dira lihat tidak di lihat taman Dira.
Kalau mereka yang bilang, berarti itu benar kecelakaan. Tapi kalau mereka tidak berbicara, itu pasti Dira saja yang melihat.
Jangan Dira takut. Karena dira sangat spesial." Jelas abang ipar Alisha.
"Aku selama ini sering lihat om. Lihat orang berdarah, orang jelek bermata merah, juga kadang ada yang cantik. Tapi temanku tidak pernah berbicara, padahal berada di dekat kami.
Makanya Dira kadang tidak takut jika beramai-ramai. Dira kira mereka tidak takut juga." Jelas putri bungsu Alisha.
"Sejak kapan Alisha bisa melihat begitu?!" Tanya omnya.
"Tidak tahu om. Tapi seingatku setiap hari aku selalu melihat yang aneh jika sedang pergi keluar rumah." Ujar Dira.
"Waktu masih tk Dira juga pernah lihat tabrakan di depan sekolah. Tapi waktu itu tidak ada yang menolong." tambah Dira.
"Itu karena kamu spesial. Jadi jika ada sesuatu yang orang sekitar kamu tidak tahu, berarti hanya kamu yang melihat. Kamu cukup berdo'a saja.
Baca surat pendek yang kamu hafal. Biar kamu tidak takut." Ujar omnya.
"Baik om. Dira akan ingat pesan om." Ujar Dira.
Mereka sampai di rumah setelah ashar. Kakak dan abang ipar Alisha akan kembali lagi setelah magrib. Karena besok mereka akan bekerja di gudang hasil tani mereka. Yang akan membeli hasil tani dari petani, juga akan mengirim keluar kota.
"Dina dan Dira segera istirahat ya. Biar besok tidak telat bangun untuk pergi sekolah." Ujar Alisha.
Dia mengiring kedua putrinya kekamar. Pagar dan pintu juga sudah di kunci tadi. Juga sudah selesai melaksanakan sholat isya.
"Baik Bunda." Jawab kedua putrinya.
Setelah kedua putrinya beranjak tidur, Alisha memasuki kamar depan, yang menjadi ruang jahitnya.
'Masih bisa mengerjakan jahitan sebentar, sampai mengantuk. Lagipula masih belum pukul sembilan.' Pikir Alisha.
Dia mulai melihat beberapa kain pakaian pelanggan yang sudah di potong beberapa hari yang lalu. Bisa di mulai menjahitnya.
Dia bukan tidak capek, karena perjalanan tadi. Tapi matanya memang belum mengantuk.
Apalagi akhir-akhir ini dia tidak bisa tidur cepat. Tidur kadang menjelang tengah malam, dan dini hari juga sudah terbangun.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ira Sulastri
S7 kl Dira sekolah di pesantren biar ada pendampingan, tp sebisa mungkin Dina pun sama biar sama mendalami pendidikan agama dg baik
2024-01-25
0
Maulana ya_Rohman
lanjut lagi thor....
2024-01-25
0