Rumah sakit

Ansel masih pulas dengan alat kardiografi yang belum setabi, pernapasannya pun di bantu dengan tabung oksigen. Dari luar kaca Darrel, Kama, Ivan dan Rio hanya bisa menyaksikan kedaaan Ansel yang semakin memburuk.

Luka di sekujur tubuh nya menambah kekhawatiran, mereka masih setia menunggu dokter memberikan informasi tentang sahabatnya itu. Terlihat dokter dan beberapa suster lengkap dengan berbagai macam peralatan medis yang tidak mereka ketahui nama dan juga fungsinya.

"Anak saya gimana dok? " Anin datang bersama Axelle tepat ketika pintu ruangan terbuka.

"Teman kita gimana dok? " Darrel ikut menghampiri dokter dan bertanya. Tangannya tak lepas menggenggam sebelah tangan Kama yang masih menangis walau tak sekeras tadi.

Dokter ber name tag Dafa itu tersenyum lebih dulu sebelum menjawab.

"Saya salut sama teman kalian, " ia lebih dulu menghampiri teman teman Ansel "tusukan itu begitu dalam namun ia dapat bertahan. Saya mohon doa nya dari kalian. Dia sangat butuh kalian. " Dokter Dafa menepuk bahu Darrel beberapa kali.

"Ibu, orang tua pasien? " sekarang dokter itu beralih memandang Anin.

"Iya dok, bagaimana keadaan anak saya? Dia akan baik baik saja kan? " cecar Anin panik. Axelle yang tak kalah cepat panik hanya bisa merangkul bahu istrinya menguatkan.

"Kalau begitu, saya meminta waktu anda sebentar untuk berbicara di ruangan saya, mari.. " Dokter otu berlalu, di ikuti Anin dan Axelle di belakang.

Kini di tempat itu hanya tinggal mereka berempat. Yang kini sudah berjajar menatap ke dalam ruangan dimana Ansel masih terbaring tak sadarkan diri.

"Kama, gue antar elo pulang ya! " Darrel menatap saudara kembarnya yang tengah menatap Ansel dengan lelehan air mata tak kunjung surut.

Kama menggeleng cepat mendengar ucapan Darrel barusan.

"Lo harus istirahat Kam, ini udah mau pagi. Bahkan elo belum sedikit pun istirahat sejak semalam. " Darrel masih berusaha menenangkan adik lima menitnya itu.

"Ansel gimana? Aku gak mungkin meninggalkan dia di sini dalam keadaan seperti itu, kalau terjadi apa apa gimana? " Tangis Kama kembali pecah, ia jatuh dalam pelukan Darrel.

"Ansel pasti lebih khawatir kalau elo sakit gara gara gak istirahat buat nungguin dia. Kita pulang sekarang oke? Nanti kan elo bisa ke sini lagi? " Kali ini Kama mengangguk, ia mau menuruti apa yang di katakan Darrel, kedua nya pamit lebih dulu pada Ivan dan Rio yang masih ingin bertahan di tempat itu.

Tidak berapa lama Anin dan Axelle kembali setelah dari ruangan dokter, kini Anin sudah terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Ia berdiri di depan kaca melihat anak semata wayang nya tergolek lemas di atas brankar rumah sakit.

Axelle tak pernah melepaskan rangkulan tangannya dari pundak sang istri, ia sangat memahami perasan istrinya saat ini, setelah beberapa tahun lalu mereka kehilangan anak kedua mereka dengan cara yang hampir sama. Kini mereka tidak ingin kehilangan Ansel anak yang hanya tinggal satu satunya itu.

"Kalian pulang aja, sekarang biar Om dan Tante yang jagain Ansel! " Axelle menatap kedua pemuda sahabat anaknya tersebut yang tengah berusaha menahan kantuk.

"Tidak usah Om, kita masih ingin di sini. " Rio mengangguk membenarkan ucapan Ivan barusan.

"Tapi nanti orang tua kalian nyariin loh, " Axelle membimbing Anin duduk di samping Ivan dan Rio.

"Orang tua kami udah di kabarin kok sejak semalam, mereka tidak akan mencemaskan keberadaan kami saat ini. " Kini Rio yang menjawab, membuat Axelle menghembuskan napas pelan. Ia sangat kagum pada persahabatan anak nya itu.

Terpopuler

Comments

Sus Siti

Sus Siti

so sad😢😢😢😭😭😭😭

2021-06-08

0

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

Smoga Ansel Cepet Pulih Dan Sadar yaa

2020-12-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!