Ansel mendorong tubuh itu, menyebabkan tusukan itu salah sasaran mendarat mulus di perut bagian kiri Ansel. Parahnya lagi, lawan seakan tak puas dengan satu tikaman, dua kali pisau itu semakin dalam menusuk perut Ansel. Menyebabkan jeritan tanpa suara dari Korban.
"ANSELLL!!! " Teriak Darrel yang secara langsung menyaksikan sahabatnya itu menjadi korban penusukan. Membuat perhatian semua tertuju pada teriakan tersebut.
Ivan mendorong lawannya dan berlari ke arah Ansel yang sudah jatuh tersungkur lemas di tanah, cairan merah mulai mengalir dari luka tusukan. Membuat pandangan Ansel semakin kabur.
"Cabut cabut!! " seketika medan pertempuran itu berubah hening, preman itu segera kabur ketika melihat korbannya tergeletak di atas tanah bersimbah darah.
"Banci lo!! " pekik Rio sedangkan Darrel dan Ivan sudah berlutut di samping Ansel.
"Van, elo ke rumah Ansel beri tahu tante! Yo elo telepon ambulance. Cepat! " Darrel segera memberi arahan, sadar bahwa ini bukan satu hal yang baik baik saja.
Dari kejauhan, Kama yang sedari tadi hanya bisa menonton medan perang, menangis semakin keras. Ia melihat jelas Ansel di tusuk bertubi tubi. Kama berlari mendekati Ansel yang sudah lemas di tanah, tangannya menekan perutnya yang tak henti mengeluarkan darah.
Lutut Kama semakin lemas, tangannya bergetar, ia jatuh berlutut di samping Ansel. Perlahan ia mengangkat kepala Ansel ke pangkuannnya.
"Ansel, " Kama terisak ia melihat baju putih yang di kenakan Ansel berubah warna, senada dengan darah yang semakin deras keluar.
"Ka-ma.. Kamu gak papa kan? " perlahan Ansel membuka matanya.
"Kamu yang kenapa-napa Sel. " Tangis Kama semakin keras dari pada sebelum nya ia seakan merasakan yang di alami Ansel.
"Yang pen-ting ka-mu gak papa. " sesekali Ansel meringis menahan sakit pada perutnya.
"Lo be-go Sel, kenapa elo dorong gue. Harusnya gue yang kena tusuk tadi. " Darrel tak kuasa, badannya ikut jatuh di samping Ansel. Air mata penyesalan keluar begitu saja.
Ansel membalasnya dengan senyum tipis, ia kembali memandang gadisnya yang masih terisak.
"Aku say-ang bang-et sa-ma kamu." Ansel menarik tangan Kama dan meletakannya tepat di dadanya, tangannya yang berlumuran darah kini menggenggam tangan Kama erat.
"Aku juga sayang kamu Sel, kamu pasti baik baik aja." Kama membiarkan tangannya di pegang Ansel walau ia tau berarti tangannya juga ikut berlumuran darah.
"Maafin gue Sel, harus nya gak kek gini. "
"Ke-tu-suk di-kit doank kok, gue gak papa. " Ia bahkan masih sempat mengatakan bahwa dirinya akan baik baik saja pada sahabatnya itu.
"Njjir, ambulance nya lama banget, " Rio mengacak rambutnya. Ia mulai geram lama menunggu.
Mereka tidak bisa berbuat apa apa karena tidak mungkin membawa Ansel dengan motor dalam keadaan seperti itu dan tempat itu juga sangat sepi tidak ada satu pun kendaraan yang lewat.
Ansel perlahan menutup matanya dengan senyum tipis di bibirnya. Rasa sakit memasuki puncaknya. Memaksanya untuk merebahkan kesadarannya lebih jauh lagi.
"Sel sadar, Sel!! Sel lo pasti kuat! Sel! Sel! Sel bangun!! "
Teriakan itu semakin kabur kaburan di telingannya, perlahan mulai pergi dan berubah sunyi. Tak ada yang ia rasakan bahkan tusukan yang kian menyakitkan bagai hilang di telan rasa. Dirinya seakan terombang ambing ke tempat asing, seiring penglihatannya yang mulai gelap gulita.
~
Guys bantu dukung novel ini ya, kali ini autor mau bikin cerita yang sedikit berbeda dari novel Sebelumnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Lutha Novhia
darrel baikan y sm ansel
ansel udh brkorban buat mu😢😢
2021-03-27
0
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Ansel 😢😢😢😢😢
2020-12-19
1
IU
😭😭😭Ansel kamu sahabat yang baik...
2020-10-29
0