Tiga hari berlalu. Kama masih setia duduk di samping berankar tempat dimana kekasihnya itu berbaring.
Ia selalu di temani Anin, namun kadang mereka bergantian menjaga Ansel. Sampai saat ini pemuda tersebut masih enggan membuka mata.
Kama merebahkan kepala nya di samping lengan Ansel, tangannya terulur mengusap pipi kekasihnya.
"Aku kangen, " gumam Kama lirih. Ia memejamkan matanya.
"Aku juga, " Kama mendongak seketika mendengar suara bariton seseorang yang sangat dia kenal.
"Ansel, " Kama bangkit menegakan tubuhnya "Kamu udah bangun? " matanya berkaca kaca menatap kekasihnya.
Ansel tersenyum, perlahan ia mengangkat tangannya yang tidak terpasang jarum infus untuk mengusap pipi gadisnya.
"Aku juga kangen kamu. " Ia kembali mengulang kalimatnya.
Kama bergerak dengan cepat ia berhambur memeluk tubuh Ansel yang masih terbaring. Tangisnya pecah di dalam pelukan Ansel.
Ansel membiarkan Kama menangis, ia sangat faham bahwa gadis itu sangat mengkhawatirkan dirinya. Cukup lama Kama menangis, karena tak tega membiarkan Kama menangis terlalu lama. Ansel meregangkan peluknnya.
"Udah gak nangis lagi, kan sekarang aku udah baik baik aja. " Ia menghapus air mata yang tak henti mengalir di pipi cantik Kama.
"Kamu buat aku takut, " lirih Kama, ia menunduk menyembunyikan wajahnya yang siap kembali menangis.
"Maaf, " jawab Ansel.
"Jangan kek gitu lagi, " ia memanyunkan bibirnya. Ansel mengangguk pelan.
"Aku panggil dokter, " saat ia akan berdiri dari tempat duduknya, Ansel tak melepaskan tangannya.
"Gak usah, aku baik baik aja kok. "
"Tapi kamu harus di periksa, " Ansel menggeleng membuat Kama hanya bisa menghembuskan napas pelan dan menuruti keinginan Ansel.
"Kenapa di sini? " Kama kembali duduk saat Ansel bertanya.
"Ya kan nungguin kamu. "
"Bukannya Darrel ngelarang kamu deket deket sama aku? "
"Darrel sangat menyesal atas kejadian itu, "
"Itulah guna nya sahabat, saling tolong dan rela berkorban. " Ansel meraih sebelah tangan Kama.
Kama tersenyum ia mencubit pipi Ansel "makin sayang deh. " ucapnya gemas.
"Aw, kamu menganiaya orang sakit ih! " Ansel mengusap pipi nya.
"Ya ampun maaf-maaf, aku kelepasan. Sakit ya? Maaf ya? " Ucap Kama panik. Membuat Ansel harus mengulum bibirnya menahan tawa, padahal ia hanya bercanda namun ternyata kekasihnya itu menganggapnya serius.
"Ih kamu kok ketawa sih? " Kama cemberut saat tawa Ansel sudah tidak terbendung lagi.
"Haha.. Abis muka panik kamu tuh lucu banget tau yank. "
"Tau ah, " Kama menggeser kursi yang ia duduki menjauhi Ansel. Ia memalingkan wajahnya kesal.
"Sayank, kok ngejauhin aku sih? " Ansel berusaha meraih Kama namun kesulitan karena ia masih belum bisa bangun, karea luka nya yang masih belum kering.
"Aku marak sama kamu, " jawabnya sambil bersedekap dada.
"Iya deh, aku minta maaf. Sini lagi donk! " Ansel masih berusaha bangkit dan meraih lengan Kama.
"Gak mau! "
"Yank, aw.. " Ansel merintih. Namun Kama mengira bahwa Ansel kembali mengerjai dirinya.
"Sa-yank, " panggil Ansel dengan terbata membuat kening Kama mengernyit dan mau tak mau ia menoleh. Terlihat Ansel meringis sebelah tangannya menekan perutnya yang terluka.
"Ansel, perut kamu berdarah, " ia berdiri menghampiri Ansel dengan cepat Kama menekan tombol darurat meminta bantuan dokter.
"Maafin aku, " Kama menggenggam tangan Ansel dengan air mata kembali mengalir.
Walau Ansel merasakan sakit di perutnya namun ia tersenyum melihat penyesalan kekasihnya dan tidak mengabaikannya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Yaaaaahh terbuka tuh jahitan nya....
2020-12-19
1