Sah

" Saya terima nikah dan kawinnya Indah Ayu Mentari Binti Nurhadi dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." Dengan satu kali tarikan nafas Rama berhasil mengucapkan kalimat sakral tersebut di hadapan semua orang yang hadir menyaksikan.

Walaupun kalimat itu untuk yang kedua kalinya setelah yang pertama salah menyebut kata almarhum untuk Ayah kandung Tari yang sudah wafat, sehingga harus mengulang kembali.

" Bagaimana para saksi, Sah?" Pak Penghulu menoleh ke arah empat orang sebagai saksi secara bergantian.

" Sah, sah, sah, sah."

" Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih." Lalu sang Penghulu pun membacakan doa untuk kedua mempelai yang sudah sah sebagai pasangan suami istri.

Lalu juga memberi sedikit wejangan wejangan kepada keduanya setelah selesai mendatangani surat surat dokumen penting pernikahan mereka.

Setelahnya keduanya langsung di suruh berdiri untuk melakukan sesi foto dengan menunjukkan bukti buku nikah juga figura hiasan berupa uang senilai maharnya tersebut.

" Sekarang Mbak Tari sedikit menunduk seraya mencium tangan suaminya ya." Titah sang fotografer yang tidak lain adalah omnya sendiri.

Tari pun mencoba mengikuti instruksi dari sang Om, namun gadis itu benar benar kaku saat melakukannya, membuat semua orang gemas sendiri tak terkecuali pria yang sudah sah menjadi suaminya.

" Mbak bisa cium tangan nggak sih? Kalau nggak bisa sini aku ajari. Tapi, aku maunya cium yang lain." Bisik Rama sengaja menggoda istrinya, jangan lupakan senyum tengilnya itu yang membuat Tari menggeram pelan.

" Jangan mesum ya kamu! Mau itu ular sancamu aku sunat lagi." Ancam Tari yang terdengar sangat serius.

" Ya jangan dong Mbak, nanti kamu lho ya nyesel sendiri kalau bumblebee sunat lagi, bakal lama dong ketemu sarangnya." Rama makin kesana saja pembahasannya.

" Lha pengantinnya malah ngobrol sendiri. Ayo Mbak Tari dan Mas Rama, keburu waktunya habis mau lanjut acara panggih ini." Seru sang MUA yang memang merangkap sebagai dukun manten.

Mendengar itu Tari segera berpose ala ala pengantin yang romantis dan terpaksa menuruti keinginan Rama yang mengajak pose ini dan itu, padahal mah nggak ada romantis romantisnya sama sekali. Lha wong pegangnya saja sama sama kaku, maklum keduanya masih merasa sama sama asing.

" Sudah selesai kan, ayo Masnya segera ke depan itu rombongan pengantin prianya sudah sampai. Mbak Tari kita benerin dulu riasannya yang depan ya." Ajak si Tante MUA yang sudah tidak sabar lagi.

Setelah beberapa saat akhirnya acara prosesi panggih pun berjalan dengan lancar juga penuh haru. Terlebih Tari yang rasanya ingin menangis menjerit sebab tidak bisa di nikahkan langsung oleh Ayah kandungnya sendiri.

Tari berusaha menahan diri agar tangisnya tidak pecah, jangan sampai membuat acaranya berantakan juga kasihan pada Ibunya yang mungkin sedang bersedih hati mengingat pria yang sudah lebih dari dua puluh lima tahun menemani selama hidupnya.

Setelah serangkain acara temu panggih selesai, juga sesi foto dari kedua belah keluarga kini saatnya acara Bubak kawah bagi keluarga penganten wanita.

Tradisi Bubak kawah adalah upacara yang dilaksanakan ketika orang tua mantu anak pertama, tradisi ini dilaksanakan dengan harapan rumah tangga yang akan dibina diberi kemudahan, keberkahan, serta dijauhkan dari petaka. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan ketentuan yang ada dalam ajaran Islam, dan di kampung Tari sendiri adat budaya tersebut masih cukup kental.

Karena sang Ayah sudah wafat, jadi sejak acara temu manten tadi sudah di wakilkan oleh Pamannya Tari, Kakak kandung dari Ibu Ambar sendiri.

Kebetulan teman Tari yang dari sby juga datang, sehingga cukup heboh saat bubak kawah dipikul oleh sang dalang acara sembari menari juga menyanyi lagu jawa, suami temannya langsung mengambil video dari gawai pintarnya.

Seperti peralatan dapur kayak panci, gayung, wajan dan lain-lain itu di ikat ke bambunya tadi yang dipikul dan nanti dibuat rebutan siapa saja yang mau ambil. Kemudian tak lama orang orang pun dipersilahkan untuk berebut macam-macam peralatan dapur tersebut yang sudah ditanggalkan.

" Seru sekali Mbak Tari pernikahan disini." Seru teman Tari menyambut sang pengantinnya sembari berpelukan dan tak lupa juga cipika cipiki, tak lupa Tari juga menyalami suami temannya di ikuti Rama setelahnya.

" Iya, terima kasih banyak sudah datang jauh jauh. Ayo di makan hidangannya, sudah makan belum? Jangan langsung pulang dulu ya, kita foto dulu, ini aku mau ganti baju sebentar." Pinta Tari yang kebetulan baru turun dari pelaminan dan ingin masuk ke kamarnya.

" Sudah kenyang banget ini kita Mbak. Ya sudah Mbak ganti baju dulu, kita tungguin." Balasnya tersenyum senang sembari kembali mengobrol dengan Aya yang memang seumuran.

" Mbak Tari sudah nikah, kamu kapan nyusul Ya?" Tanya temannya itu bermaksud menggoda juga memberi dukungan.

" Nanti kapan kapan lah, jodohnya saja belum ketemu ini." Aya tentu tidak msu terpancing, walau sekarang ia tengah menjalin hubungan dengan seorang pria uang tak lain adalah teman sekelasnya dulu, namun ia tidak mau terburu buru.

Rasa trauma setelah di khianati oleh Anto masih membekas, padahal keduanya sudah sangat yakin ingin melanjutkan ke jenjang lebih serius tapi mau bagaimana lagi, jika si mantan justru kecantol wanita lain.

Dasar Anto Jelangkung, datang tiba tiba, pulang pun juga tiba tiba. Emang semua pria sama saja buaya buntung!

Tak lama Tari pun keluar dengan gaun berwarna biru muda yang terlihat begitu sangat cantik. Membuat semua orang menatapnya kagum, tak terkecuali Rama sendiri yang sedari tadi tak berkedip menatap wanita yang sudah halal untuknya.

Sepertinya aku tidak salah pilih ini, dan mudah mudahan isinya juga sama seperti yang aku bayangkan!

" Kedip mas Bro! Nanti kelilipan gajah!" Sarkas pelan seorang pria yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.

Rama sedikit gelagapan karena sudah tertangkap basah." Tahu aja sih Mas, ya namanya juga halal mana bisa berpaling, wkwk." Balas Rama juga berbisik, takut ada yang mendengarkan juga.

Gajah kok teriak gajah sih Mas,,

Batin Rama dalam hati, mana berani dia menyuarakan pendapatnya, karena memang pria di sebelahnya mempunyai tubuh yang cukup besar, layaknya orang yang kena obesitas.

Tak ingin terus meladeni pria tersebut, Rama segera berdiri menghampiri istrinya yang sudah bersiap kembali ke pelaminan bersama Adik iparnya Aya beserta kedua tamu yang katanya dari luar kota.

" Wah tahu aja kalau aku suka warna biru Mbak, sama seperti gaun pernikahanku waktu itu." Seru temannya tadi, yang memang baru menikah dua bulan yang lalu.

Tari juga Aya juga sempat hadir kesana ke gedung resepsinya di kota, bahkan Bulan pun ikut serta, sebab Adiknya temannya itu seumuran.

Ngomong ngomong tentang Adiknya Bulan, gadis itu tidak menampakkan diri sejak selesai acara panggih tadi. Membuat perasaan Tari menjadi sedikit tidak enak.

Kenapa anak itu? Apa dia masih punya perasaan yang sama, sehingga merasa sakit hati, karena aku menikah dengan mantannya?

.tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!