Kandidat Terakhir

Semenjak kejadian perjodohan yang di lakukan oleh Ibunya, gadis itu terlihat lebih menutup diri dan membatasi bergaul dengan lawan jenisnya.

Bahkan berteman dengan teman sekerjanya hanya sekedar saja. Tari berubah menjadi gadis yang sedikit introvert biarpun sering bepergian keluar bersama teman temannya, namun masih di batas sewajarnya.

Namun ternyata hal itu tidak membuat sang Ibu jera, wanita paruh baya itu masih terus memilih beberapa pria untuk di jodohkan dengan putri sulungnya.

Sebenarnya sang Ibu tidak pernah mencarikan, akan tetapi ada saja beberapa pria yang datang ke rumah bermaksud untuk menanyakan Tari untuk di pinang.

Dan tak ayal, banyak sekali pesan masuk dari beberapa nomor asing yang meminta berkenalan dengannya. Tidak ingin menggubrisnya, akan tetapi nyatanya hatinya yang hello kitty tetap tidak bisa, malah jadi kepikiran, sebab pria pria itu mengenal semua keluarganya.

Sore itu Tari ijin membersihkan diri lebih dulu pada teman sejawatnya yaitu Robby si cowok imut. Belum juga kakinya melangkah ke kamar mandi, gawainya sudah lebih dulu menjerit jerit minta di angkat.

" Siapa sih!" Omelnya, namun nyatanya ia pun kembali ke dalam kamar, " Biarlah si Robby menunggu barang sebentar, hehe.."

Tertampang lah nama Adeknya si Bulan di layar depan," Ada apa ni si Bulan, tumben? Atau jangan jangan malah Ibu." Gumamnya seraya menggeser icon hijau. " Hallo, Assalamualaikum.."

" Waalaikum salam, Mbak ini Ibu mau ngomong." Sahut si Bulan sebentar lalu menyerahkan benda pipih itu kepada sang Ibunda Ratu. Tepat sekali dugaan Tari.

" Hallo Tari, gimana?" Ibu Tari tanpa bermaksud ingin berbasa basi lebih dulu, dan langsung mengatakan duduk permasalahannya.

" Apa sih Bu." Suaranya sudah berubah tidak tenang, sebab tahu apa yang akan di bahas oleh Ibunya.

Gadis itu terus ngedumel kesal, lantaran sang Ibu terus saja menjodohkan dirinya dengan banyak pria. Setidak laku kah dirinya sampai sang Ibu membuka biro jodoh! Dan sudah dua tahun lebih lamanya, Tari merasa terus di teror oleh Ibu kandungnya sendiri, terornya tidak main main, soalnya ini seleksi calon imamnya. Ya Dua tahun sudah berlalu sejak kejadian dengan si Nana.

" Kenapa suaramu kok lain gitu? Gimana ada yang sreg nggak sama selemu? Jangan bilang kamu masih berhubungan dengan pria sumatra itu ya!" Hardik sang Ibu yang sudah hafal watak sang anak.

Tari hanya menggeleng lemah, kenapa Ibunya ini terlalu berambisi untuk memintanya segera menikah? Sudah kebelet nimang cucu kah? Kenapa tidak buat lagi saja satu, dan tentunya Ibunya harus menikah lagi.

" Bu, stop! Jangan terus jodoh jodohin Tari pada semua pria. Tari capek, Tari malu." Balasnya menahan rasa kesal di dada.

" Punya rasa malu juga kamu rupanya! Ingat, umur kamu itu sudah dua puluh lima tahun Tari, sudah di anggap perawan tua di kampung kita. Kamu mau cari yang gimana lagi, nunggu bule ngelamar kamu gitu? Tahu gitu kenapa kamu nggak nikah sama Awan saja dulu." Dan kalau sudah membahas masa lalu Tari hanya bisa menggeram dalam hati

" Bukannya Ibu dulu yang tidak merestui kami, sekarang beda lagi, toch juga nggak mungkinlah Bu, si Awan juga sudah menikah, bahkan mungkin sudah punya beberapa anak. Dan lagi Tari sudah nggak ada hubungan apapun dengan pria lain saat ini, termasuk si Dion, jangan membahas masa lalu lagi!" Sewot Tari di ambang batas kesabarannya.

" Ya siapa tahu Awan belum menikah kan? Buktinya sudah melamar gadis lain, tapi ia tetap main ke rumah kan waktu itu. Ya bagus itu, itu baru anak Ibu, nurut. Jadi ada satu yang kamu sreg? Kalau tidak Ibu punya satu kandidat lagi, yang tentunya semua kriteriamu ada padanya, kamu juga sangat mengenalnya. " Ibu Ambar sepertinya pantang menyerah juga orangnya.

Yang di katakan oleh Ibunya memang benar Tari mengakuinya, saat ia merantau jauh dulu, mantannya Awan memang sempat datang ke rumah, padahal baru satu minggu yang lalu pria itu menggelar acara lamaran dengan calonnya, entah apa maksudnya.

Ya hubungannya dengan Dion pun juga sudah berakhir, dua tahun yang lalu tak lama setelah acara perkenalannya dengan keluarganya Nana. Karena Tari tidak suka keributan akhirnya gadis itu memberikan nomor Nana pada Dion, karena Dion yang memintanya. Jadilah dua pria itu saling beradu kekuatan untuk merebutkan dirinya seperti di ring tinju, hanya saja ini lewat gawai masing masing.

Dan akhirnya ketahuan juga Dion sang kekasih hati yang ia kenal baik tutur katanya, sopan juga penyayang, namun mulutnya bisa juga mengatakan kata kata kotor, semua kata binatang keluar semua saat Nana mengirimkan semua riwayat chat an mereka berdua padanya, dan tidak ada yang Tari pilih dua duanya.

Bisa jadi janda kembang dia kalau punya suami modelan kayak mereka berdua, bukannya adem ayem rumah tangganya, malah ngenes mendengar kata kata binatang yang ia denger jika pria itu sedang berubah jadi jin tomang.

Tari menghela nafas panjang, antara lelah, letih, juga lesu, tapi saat mendengar kandidat yang baru saja di sebutkan oleh Ibunya, ia jadi sedikit penasaran." Memangnya siapa lagi sih!?" Rengeknya pada akhirnya, biarlah nanti ia pikirkan lagi jika memang semua kriterianya ada pada pria satu itu.

" Rama, kamu menikah saja dengannya! Kalau dia Ibu sangat setuju. Toch Ibu juga sudah bicara sama Adekmu Bulan, jika ia sudah tidak berhubugan lagi dengan Rama. Kamu, Ibu semuanya juga sudah mengenalnya bukan, jadi bagaimana? Kamu pikirkan saja dulu, bila perlu sholat istikharah minta petunjuk sama Allah biar di bukakan pintu hatimu. Ya sudah Ibu tutup dulu ya, baik baik kamu disana, Assalamualaikum."

Setelah menjawab salam, Tari masih termenung antara terkejut juga tidak menyangka jika hubungan sang Adik dengan kekasihnya benar benar terjadi, padahal bisa di bilang mereka pasangan yang cukup bucin menurut Tari.

" Masa iya, aku menikah dengan mantan Adikku sendiri? Apa kata dunia?.." Gumamnya merasa nelangsa.

*

Seminggu berlalu dengan cepat, namun Tari merasa was was sebab takut Ibunya akan meminta jawaban untuk pertanyaan yang Tari sebut sedikit konyol. Saking tidak fokusnya bekerja, tangan gadis itu tidak sengaja menyenggol minuman yang baru ia sajikan bersamaan dengan makanannya.

" Aduh gimana sih Mbak, yang benar dong kalau kerja, jangan ngelamun terus. Cepat di bersihkan itu, lalu ganti dengan yang baru.!" Sarkas si Ibu yang minumannya tumpah sebelum ia icip.

Tari merutuk dirinya, sembari terus meminta maaf pada Ibu tersebut. Tepat saat itu Robby melewatinya dan melihat teman sejawatnya itu dalam masalah besar, karena kena amuk tamu.

" Maaf Ibu dengan ketidaksengajaan teman saya, biar kami buatkan yang baru mohon di tunggu sebentar." Pria itu segera berjalan menuju dapur minuman meminta si Leo membuatkan minuman yang baru.

" Sekali lagi saya minta maaf Bu, permisi." Tari segera melipir pergi merasa malu juga menyesal menuju kamar mandi terlebih dahulu.

" Mbak Tari itu ada telepon dari si Boss. Tumben tumbenan si Boss telepon ke Resto." Seru Ruby saat sudah bertemu dengan gadis yang ia cari sedari tadi.

" Ada apa ya Mbak?" Tari tentu bingung, tidak biasanya Bossnya itu menghubunginya di jam kerja pula.

Tidak ingin sang Boss terlalu lama menunggu, akhirnya gadis itu pun berjalan mengikuti Ruby dari belakang.

" Halo, ya ada apa Nik?" Tanyanya dengan rasa penasaran yang tinggi.

" Halo Tar, aku bisa minta tolong nggak? Besok Kami sekeluarga rencananya mau ke Bali ada acara, tolong ikut jagain Aime ya, bisa nggak? Sust Aninya belum bisa balik dari kampung, ada saudaranya yang meninggal tadi malam. Gimana bisa nggak?" Sahut seorang wanita di seberang sana yang tidak lain adalah sang Big Boss.

" Ke Bali ya Nik? Kira kira berapa hari ya Nik?"

.tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!