" Mbak kita isi bensin dulu?" Titah Aya, kan tidak lucu saat di tengah tengah hutan motor mereka tiba tiba mati karena kehabisan bensin.
" Masih aman ini mah." Balas Tari menolak.
" Tapi terakhir isi dua hari yang lalu lho. Udah mampir aja ke pom, mumpung masih buka ini." Titahnya lagi pada sang Kakak.
Mau tak mau Tari pun melajukan motornya ke pertamina, beruntung hari sudah malam, jadi tidak banyak orang yang mengantri.
Selama perjalanan hening tidak ada obrolan, sebab keduanya sama sama merasa tegang. Lewat jalan ini mereka melewati banyak jalan hutan, dan yang lebih mencengkam adalah hutan yang di dekat kampung mereka, hutan yang cukup rimbun dan juga terkenal angker.
Baru saja memasuki area dalam hutan tersebut Aya sudah menahan napas karena bisa merasakan aura yang mencekam.
Tari nampak begitu fokus menyetir terus saja menatap lurus ke depan, tanpa berani menoleh ke kanan dan ke kiri sekitar. Ya sepenakut itulah Kakaknya Aya.
Sementara Aya sendiri sedang berusaha berkonsentrasi, telinganya terasa memanas karena banyak sekali yang mulai berbisik bisik di dekat telinganya.
Bahkan matanya ia tutup rapat rapat karena tidak ingin melihat penampakan yang mungkin sangat mengerikan.
" Ya, kamu kenapa? Nggak tidur kan?!" Teriak Tari penasaran sembari menepuk sedikit keras paha sang Adik, sebab tidak ada suara atau pergerakan apapun di belakangnya juga ia tidak ingin ketakutan sendirian di hutan ini.
Mendapat tepukan mendadak dari sang Kakak tentu saja membuat Aya sedikit terkejut, kedua netranya langsung terbuka lebar.
Dan yang lebih mengejutkan lagi saat netranya tidak sengaja menatap penampakan penampakan yang bergelantungan di dahan dahan pohon besar yang menjuntai sampai ke atas bahu jalan raya.
" Allahu Akbar...!!" Aya spontan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Mendengar teriakan kencang dari sang Adik, tentu Tari sang penakut langsung menancap Gas dengan kekuatan penuh. Hingga gadis itu tidak sadar jika Adiknya sudah terjatuh dari atas motor sebab tidak berpegangan sama sekali.
" Aduuhh,, Ya Allahu Robbi..." Teriakan Aya kali ini lebih kencang bersamaan dengan tubuh belakangnya yang terasa begitu sakit dan ngilu sebab langsung mencium aspal dingin yang tentunya dengan sangat keras.
" Dasar Kakak nggak akhlak!" Teriaknya lagi sedikit kencang, namun kalah kencangnya dengan deru suara motor yang sedang di kendarai oleh Tari sang Kakak.
Gadis itu sama sekali tidak sadar jika saat ini bukanlah Adiknya yang sedang ia bonceng melainnya ada makhluk tak kasat mata bertubuh kecil, bahkan kedua tangan kecil itu asyik bergelayut manja di pundak belakangnya.
" Ya, pundakku kok rasanya berat sekali ya?" Teriak Tari mulai merasa aneh. " Eh, tapi apa yang kamu lihat tadi sampai berteriak gitu?" Masih belum sadar juga gadis itu.
Tari saat ini berada di tengah tengah hutan, Tari merasa takut juga heran secara bersamaan. Takut bila motornya tiba tiba mati di tengah hutan dan juga heran kenapa Adiknya diam saja tidak menjawab.
Karena rasa penasarannya lebih tinggi, iseng Tari memutar kaca spion kirinya untuk melihat wujud sang Adik, masih disana ataukah tiba tiba menghilang.
Dan detik berikutnya Tari mengerem motor secara mendadak, sebab apa yang tengah ia pikirkan benar adanya. Sang Adik benar benar tidak ada di jok belakang, kini rasa takutnya sedikit menghilang berganti dengan rasa cemas juga bingung.
Kira kira Adiknya di bawa oleh siluman apa? Secara disini banyak sekali monyetnya juga mungkin ular dan yang lain sebagainya. Tapi itu tidak mungkin, emang ini negeri siluman apa. Atau bisa jadi Adiknya itu jatuh saat ia menambah kecepatan? Opsi kedua lebih memungkinkan lagi.
Mesin motor itu masih hidup, tapi suaranya agak pelan. Dari kejauhan sayup sayup Tari juga mendengar ada suara teriakan seseorang, dan suara itu terdengar sedang memanggil namanya.
Fix itu pasti suara Aya.
Dengan menuruti instingnya, Tari pun segera putar arah. Nampak dari kejauhan ada putih putih di bawah jalan depan sana. Jika saat ini ia dalam mode ketakutan, sudah pasti mengira yang ada disana adalah suster ngesot, secara wujudnya tengah duduk dengan kedua kaki melipat ke belakang, dan kedua tangan bertumpu di depan.
Tapi dalam hati Tari cekikikan, apa iya suster ngesot jaman sekarang pakai jilbab? Itu susternya beragama islam atau kristiani? Mana jilbabnya berwarna kuning, baju yang di pakai juga berwarna senada dengan jilbabnya. Mungkin karena tersorot lampu motor, hingga nampaklah warna putih.
" Ya Allah Ya,, kamu ngapain ngesot disitu? Mbak kira kamu di gondol wewe tahu nggak?!" Gadis itu berusaha menahan tawanya agar tidak pecah.
" Jangan pura pura deh Mbak, ayo bantuin aku berdiri! Sakit sekali lho ini pant4tku.." Sungut Aya dengan kedua netra tampak sudah berkaca kaca.
Antara sakit juga kesal dengan Kakaknya, ia pikir akan bermalam disini sampai pagi ini dengan makhluk makhluk halus yang berseliweran di sekitarnya saat ini. Tapi ia juga lega karena sang Kakak balik lagi dan masih ingat dirinya.
Akhirnya Tari pun turun dari motor dan segera membantu sang Adik tanpa mematikan mesin, sebab jika di matikan sudah pasti gelap gulita apalagi ini di tengah hutan.
" Terus aja ketawa! Senang banget lihat Adiknya sengsara!" Cecar Aya masih dengan menahan rasa marah di sela rasa sakitnya.
Tari pun tertawa dengan kencang, saking senangnya hingga keduanya melupakan rasa takutnya saat ini.
Saat akan keluar dari hutan, ekor mata Aya tidak sengaja melirik pohon yang dahan ranting besarnya hampir roboh yang menjuntai di tengah jalan. Gadis itu langsung menjerit, bukan karena takut terkena reruntuhan pohon, melainkan melihat sesosok makhluk astral yang sedang asyik duduk di atas sana sembari memakan daging segar, terlihat darahnya yang berceceran sampai menetes di bawah jalan.
Aya jadi bergedik ngeri sebab makhluk itu ternyata tengah menikmati seekor monyet besar, terllihat kepala monyet yang hampir putus dari tubuhnya yang tinggal tulang belulangnya saja dengan mata melotot.
" Kepala botaakk..!!"
*
" Lho kenapa kamu Ya?" Tanya sang Ibu sedikit khawatir saat melihat putrinya di papah oleh sang Kakak durjana begitu julukan dari Aya saat ini.
Biarlah dia masih sangat marah pada Kakanya karena insiden barusan. Tanpa ingin menjawab, Aya berjalan tertatih melewati sang Ibu, biarlah Kakaknya yang menjawab.
" Aya tadi jatuh dari motor Bu, dia marah sama aku, sumpah Tari tidak sengaja tadi." Sesalnya merasa sedikit tidak enak hati pada sang Adik yang kesakitan.
" Lha kok bisa toh! Ya sudah kamu istirahat sana, biar Ibu yang bicara dengan Adikmu." Titah sang Ibu, dan langsung di angguki oleh Tari.
Tak lama Aya pun keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di tubuhnya, namun masih memakai sepasang dalaman.
" Gimana tadi kok Aya bisa sampai jatuh?" Cecar Ambar menatap curiga ke arah putri keduanya.
.tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments