Entah Tari harus lega atau bagaimana, namun yang jelas saat ini ia butuh waktu untuk menenangkan diri sembari menikmati waktu healingnya.
Ya akhirnya kamarin Tari menyetujui permintaan dari sang Boss untuk menemaninya ke Bali menjaga putrinya, bahkan tidak pernah Tari bayangkan akan pergi ke pulau tersebut dengan keadaan seperti ini.
" Tari kamu sekamar sama Sust Lala ya di sini sama anak anak juga kok, nggak apa apa kan? Kamar kita sebelahan." Seru sang Boss kepada gadis itu.
Sebenarnya ia ingin tidur sendiri, namun apalah daya ini bukanlah waktunya untuk bersenang senang seorang diri, bersama anak anak juga tidak terlalu buruk, begitu pikirnya.
" Nggak apa apa Nik, santai aja." Balasnya memberikan senyuman yang manis, agar si Boss tidak curiga.
Sebaiknya ia mencoba bersikap biasa saja, walau sebenarnya hatinya tengah gundah gulana. Entah bagaimana nasibnya saat pulang dari sini nanti, sepertinya ia sudah pasrah. Jadi mumpung disini, ia ingin menikmati liburannya sekalian melupakan rasa penatnya kehidupan yang ia jalani barang sejenak.
Bossnya yang bernama Dara ini memang sudah cukup lama mengenalnya, dan ia tahu jika Tari menyukai anak anak sejak dulu, sejak ia masih punya anak satu si Russel. Sekarang Dara sudah mempunyai tiga orang anak, Russel, Michelle, dan juga Swan, gadis kecil yang akan di jaga oleh Tari.
Sust Lala adalah pengasuhnya Michelle sejak bayi, anak gadis yang cukup aktif di bandingkan dengan Adeknya Swan, sehingga akan kuwalahan jika di tambah mengasuh Swan sekalian. Sedangkan Sust Ani adalah pengasuhnya Swan dan juga Russel saat masih kecil dulu, tentunya Tari juga mengenalnya.
" Baiklah kalian istirahat dulu, mumpung masih siang, tolong di bantu siapkan makanan Swan ya Sust." Titah Dara sebelum masuk ke dalam kamar samping menyusul suaminya.
" Nonik Dara masih awet muda ya Sust, tidak terlihat tua sekalipun walaupun sebenarnya sudah punya buntut tiga." Celetuk Tari saat keduanya sudah masuk ke dalam kamar yang akan mereka tempati bersama anak anak asuhnya.
" Iya Mbak, di rumah apalagi, dandananya kayak masih gadis, wkwk." Balas Lala dengan semangatnya.
" Sust ipad aku mana ya, kok nggak ada ini?" Tanya si Russel tanpa melihat ke arah Lala, justru tangannya sibuk membongkar koper kecil bergambar spiderman miliknya.
" Lha kamu letakkan dimana toch Nyo? Sust ya mana tahu, coba cari di koper Adik adikmu, siapa tahu terselip disana." Lala pun menyahut sembari menyiapkan makan siang untuk ketiga anak itu.
Russel pun langsung membongkar dua koper lainnya, sedangkan Adiknya Michelle sudah bermain sendiri dengan mainan mobil remotnya, dan si kecil Swan masih anteng mengumpulkan nyawanya di dalam stroller bayi karena baru saja bangun.
" Nggak ada Sust, tolong ambilin di Mama." Rengek bocah laki laki berusia delapan tahun itu pada Lala.
" Haduh Nyo nyo, Sust lagi sibuk ini lho." Tolaknya namun tak lama gadis itu pun menoleh ke arah Tari.
Sadar jika sedang di tatap, Tari pun balik menatap Lala." Mbak Tari aku minta tolong ya, tanyain ipad Sinyo di Nonik, ini.." Belum sempat Lala melanjutkan bicara, sudah lebih dulu di potong oleh Tari.
" Oke oke, titip Swan dulu." Tari pun langsung beranjak bersiap keluar kamar.
" Maaf merepotkan ya Mbak." Cicit Lala sebelum gadis itu keburu keluar.
Tari langsung mengetuk pintu kamar Bossnya yang tertutup rapat, jangan sampai ia langsung menyelonong masuk, ia masih cukup waras.
" Iya." Jawab seorang pria hanya kepalanya saja yang menyembul keluar, pintu itu pun hanya di buka sedikit saja, membuat alis Tari bertaut.
Dan beberapa detik selanjutnya Tari juga langsung terpana, bahkan ia juga menahan napas saking terpukaunya. Sebab yang ada di hadapannya itu adalah Sinyo suami dari Dara sedang bertelanjang dada. Pria berwajah tampan rupawan terlebih juga blesteran, mampu membuat lawan jenisnya kejang kejang, tak terkecuali Tari dari dulu sampai sekarang.
Bodoh jika ia tidak menganggumi ciptaan Tuhan yang begitu sempurna ini, sudah good looking, good rekening, dan juga pria yang penyayang keluarga, keturunannya pun tampan juga cantik semua seperti Mamanya, sungguh beruntung Bossnya Dara.
Tari pernah mendengar bahwa Sinyolah yang sangat mencintai juga mengagumi istrinya Dara. Sedangkan dirinya apalah hanya butiran debu yang tak terlihat.
Dari dulu Tari memang sangat jarang berinteraksi dengan pria tampan itu, sebab ia merasa minder juga malu. Entah karena apa, padahal tadi ia berharap Dara lah yang membuka pintunya.
Tapi kalau sudah seperti ini, langsung pergi pun tidak enak sebab orangnya sudah ada di depan mata.
" Nyo maaf ganggu, itu Russel minta i padnya, sebab di kopernya sudah di cari tidak ada." Jawab Tari setengah takut tanpa berani menatap ke arah lawan bicaranya.
" I pad? Tunggu sebentar." Seperti itulah nada bicara Sinyo, datar bahkan terkesan dingin, tapi jika bersama keluarga, pria itu begitu hangat.
Pria itu kembali masuk, tak lupa menutup pintu itu kembali, membuat Tari geleng geleng sendiri, hanya butuh beberapa detik pintu kembali terbuka.
" Ini." Pria itu pun menyodorkan benda pipih itu ke arah Tari." Apa ada lagi? Dan juga apa anak anak sudah makan Mbak?" Tanyanya sebelum menutup pintu.
" Sudah ini saja Nyo, tadi makanannya sedang di siapkan sama Mbak Lala, kalau begitu saya kambali masuk, maaf sudah mengganggu." Tari pun menghilang secepat kilat bahkan sedari tadi terus saja menunduk, jangan sampai ia khilaf ikut masuk mengikuti pria blesteran tersebut, entah mau jadi penonton adegan live ataukah gimana, hanya membayangkan saja mambuat Tari sedikit bergidik.
Sekembalinya dari kamar Boss, Tari terus saja beristigfar dalam hati, ia merasa matanya baru saja ternodai.
Bagaimana tidak, penampilan Sinyo Davon terlihat acak acakan saat ia melihat sekilas, seperti baru saja bangun tidur.
Tapi Tari bukanlah gadis kemarin sore yang polos atau gadis desa yang ketinggalan jaman. Ia sangat tahu tidak mungkin duo Boss mereka baru saja bangun tidur, secara mereka baru saja sampai hanya dalam beberapa detik saja, mana mungkin bisa terlelap begitu cepat, begitu pikirnya.
Jadi ada dua kemungkinan pertama, duo Bossnya mungkin saja ketiduran lalu kaget saat mendengar pintu kamarnya di ketuk dari luar, jadi tidak memperhatikan lagi penampilannya sebelum keluar.
Lalu yang kedua, bisa jadi di dalam kamar tadi telah terjadi adegan ena ena di antara duo Bossnya, akan tetapi harus ter pending gara gara kedatangannya yang bagi mereka sangat mengganggu.
Tari sedikit tidak fokus tadi saat matanya tidak sengaja melihat ada beberapa jejak merah keunguan di sekitaran leher Sinyo.
" Bringas juga si Nonik." Gumamnya terkikik sendiri, membuat Lala yang menatapnya heran.
Astaga! Malu banget aku,, tapi kenapa aku jadi deg deg an gini ya, hanya karena melihat dada bidang Sinyo yang terbuka?
" Kamu baik baik saja Tar?" Tanya Lala sudah gatal ingin bertanya.
" Baik Mbak, sangat baik." Jawabnya sengaja menahan tawa, jangan sampai ia keceplosan bercerita dengan Lala, sebab mereka baru kenal. Lain lagi jika bersama Sust Ani yang memang ia kenal. " Sini aku suapi Swan nya."
🌷
Malam hari setelah berhasil menidurkan Swan, Tari juga membaringkan tubuh lelahnya di sebelah bocah dua tahun itu. Anggaplah ia sedang belajar menina bobokan putrinya kelak, yang entah bersama siapa nanti ia yang berkembang biak.
Kamar mereka tersedia dua bed, satu bed berukuran sedang untuk Russel, dan bed yang berukuran lebih besar untuk dirinya dan Lala beserta anak asuh mereka.
Sambil menunggu ngantuk melanda, Tari iseng ingin membuka akun laman fb nya yang jarang ia buka lagi semenjak kepergian sang Ayah.
" Eh ada pesan masuk, dari siapa ya?" Tari pun segera membukanya." Hah, ini beneran Bagas?" Rupanya itu adalah pesan dari sang mantan.
Ya Bagas adalah mantan kekasih Tari entah yang ke berapa, saking banyaknya pria yang di tolak oleh Ibunya dulu, membuat Tari tak pernah menghitungnya. Ya pria itu juga korban penolakan juga, bukan hanya Awan dan juga Dion.
" Hai apa kabar Tari cantik?"
.tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments