Setelah membayar bubur ayam yang baru saja di beli di pinggir jalan raya, Tari pun segera melanjutkan perjalanannya ke tempat kerja yang hanya berjarak sekitar lima ratus meter lagi.
Tak berapa lama gadis itu pun sudah sampai dan terlihat suasana masih cukup sepi, sebab masih pukul delapan pagi, sementara Restorannya nanti buka pukul sepuluh. Karena gerbang utamanya sudah terbuka walau hanya sebagian, Tari pun segera membawa kendaraannya masuk menuju area parkir.
Setelah memarkirkan kuda besinya di tempat khusus karyawan gadis itu pun segera melangkah ke salah satu bilik kamar yang kuncinya sudah ia pegang sendiri.
Ya tadi sesaat sebelum sarapan, ia mampir ke rumah besar Bossnya untuk mengambil seragam dan juga meminta ijin agar bisa menempati salah satu kamar untuk ia tempati sendiri. Dan sang Boss langsung memberikan kunci kamar yang kosong tepat di samping mushola.
Ya Boss nya memang menyediakan beberapa kamar mes untuk sebagian karyawan yang ingin menginap disana. Baik laki laki maupun perempuan, hanya di pisahkan oleh kamar mandi di tengah tengah sebagai pembatas.
Selesai berganti seragam Tari segera menyusun pakaian yang tidak seberapa ia bawa itu untuk di masukkan ke dalam lemari kecil yang sudah di sediakan.
Sembari menunggu waktu, ia sempatkan juga untuk mengganti seprei tempat tidur beserta kawan kawan agar nanti malam ia bisa tidur nyaman.
Jangan sampai, baru bekerja badan sudah gatal gatal karena kena virus bakteri. Tari yakin kamar ini sudah lama tidak di berpenghuni, bisa jadi yang menempati justru bukanlah manusia, dan malam nanti sebelum pergi tidur, ia berniat kamarnya akan di sholat terlebih dahulu, sebagai cara dia mengusir para makhuk halus, agar mereka semua tidak akan mengganggunya di saat tidur kamar itu.
Selesai semuanya, ia pun segera keluar kamar lalu berjalan masuk ke pintu masuk Restoran, disana sudah ada seorang wanita yang sepertinya baru saja datang. Setelah saling berkenalan, si wanita tadi meminta semuanya berkumpul di depan.
" Salam kenal semuanya, panggil saja namaku Tari, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." Ujar Tari memperkenalkan diri sembari memberikan senyum manisnya di hadapan semua karyawan yang saat ini sedang berkumpul melakukan briefing pagi sebelum bekerja.
Senyum itu nampak terlihat cerah di wajahnya secerah namanya, namun tidak dengan kehidupannya yang terlihat abu abu.
" Wah Mbaknya cantik sekali, secantik namanya." Celetuk salah seorang karyawan pria yang menatap kagum kepada Tari.
" Heleh! Dasar Badrun, semua cewek juga pasti kena gombalan mautnya." Sungut seorang wanita bertubuh sedikit tambun dari semua karyawan wanita disana.
" Ya nggak lah, aku sungguh jujur ini Mbak Kokom, sudah punya pacar belum Mbak Tari, mau dong daftar." Elak Badrun berusaha mendekati gadis yang akan menjadi incaran berikutnya
Ia tidak ingin saja citranya rusak di mata karyawan baru, yang notabennya memang terlihat begitu cantik di bandingkan cewek cewek yang biasa ia temui, dan nilai plusnya di mata Badrun, sosok Tari ini adalah wanita sholehah, tipenya banget untuk di jadikan calon Ibu dari anak anaknya kelak. ichikiwirr..
" Jangan di ladeni Mbak, biasa si Badrun kalau kehabisan obat ya gitu." Kali ini seorang pria yang menjawab, namun Tari justru salah fokus saat langsung menatap pria tersebut.
Dari potongan rambut dan gayanya memang cowok banget, namun ada yang salah suara dan wajahnya seolah bisa menipu semua orang, Tari jadi bimbang dia pria ataukah wanita?
Sebab wajah pria itu terlihat begitu cantik, kulit putih, mulus, tanpa ada komedo juga jerawat satu pun yang timbul. Benar benar membuat Tari sedikit insecure pada cowok cantik tersebut.
Sadar jika sedang di tatap intens oleh karyawan baru, pria itu pun langsung menoleh ke sembarang arah untuk menetralkan detak jantungnya sendiri, yang entah mengapa tiba tiba sudah bergerumuh bagai genderang di tabuh oleh sepuluh orang.
" Kenapa Mbak Tari, sebegitunya natap Leo nggak berkedip. Pasti bingung ya?" Goda Badrun yang memang sedari tadi terus memperhatikannya. " Dia itu cowok tulen kok, bisa di buktikan." Detik berikutnya Badrun langsung menarik ke atas dengan paksa kaos yang Leo gunakan hingga nampak lah separuh dada bidang mulus tanpa bulu.
" Hei, kok pada jadi berbuat mesum gini kalian semua! Nggak sadar kalian, noh ada CCTV?!" Pungkas seorang wanita yang baru saja bergabung seraya menunjuk dengan dagunya ke arah camera yang berada di sudut atas tembok tempat mereka berdiri berkumpul saat ini.
" Maaf Mbak Ruby, teman kami khilaf.." Sesal Seorang pria yang bernama Robby, si muka imut.
" Lu sih, ngapain buka buka disini!" Dengus Leo kesal terhadap Badrun yang sudah melecehkan dirinya di hadapan semua karyawan.
" Dih ngarep buka bukaan di kamar lu ya! Ya itu kan buat bukti Bro." Lalu Badrun kembali menatap ke arah Tari." Sudah jelas kan Mbak Tari, Leo ini benar benar Pria tulen." Terangnya menjelaskan se jelas jelasnya.
Tari Hanya mangut mangut seraya tersenyum canggung. Teman teman barunya sedikit aneh menurutnya, namun tidak mungkin juga ia kembali pulang.
Tari juga sadar, ternyata semua karyawan yang bekerja disini baru semua, hanya ada satu karyawan lama dan dia adalah seorang pria yang sekarang menjabat sebagai kepala bagian pemancingan.
Ya Restoran lesehan tersebut lengkap dengan arena pemancingan beserta alatnya yang bisa di sewa, yang tentunya keburuhan untuk memancing siap sedia di kasir. Ini memancing ikan sungguhan di kolam lho bukan memancing masalah ya. Wkwk..
" Oh ya, Mbak Tari ini adalah mantan karyawan lama yang dulu pernah bekerja disini ya teman teman sebrlum kita. Sudah saling mengenal bukan?" Terilhat semua orang mengangguk paham. " Yok lah kita mulai bekerja dengan membaca basmalah terlebih dahulu." Titah wanita itu lagi, yang tidak lain adalah penjaga kasir sekaligus orang kepercayaan sang Boss sebab paling lama sendiri bekerja disana sebelum yang lain.
" Jadi kamu waiter juga di sini?" Tanya Tari ke arah pria muda berwajah imut yang sedang mengisi kotak tissue di atas meja lesehan.
" Hmmm.." Jawab si pria yang bernama Robby terlihat cuek.
Tari pun menghendikkan bahunya sambil berlalu tak ambil pusing, sebab ia tidak ingin terlihat sok akrab juga dengan pria muda itu.
Belum juga hilang dari pandangan, Robby ternyata justru memanggilnya, mau tidak mau Tari pun membalikkan badannya kembali.
" Mbak tolong di lapin sendok dan juga garpu di etalase ya, tahu kan tempat kain lap bersih?" Pungkas Robby seolah meremehkan Tari.
" Oke." Tanpa banyak bertanya, gadis itu pun berlalu menuruti perintah teman barunya itu.
Tentu saja ia tahu tempat itu yang biasanya sebagai tempat penyimpanan seperti alat kebersihan, tissu, dan lain sebagainya. Dulu cukup lama ia bekerja disana, tentunya sedikit hafal. Ya walaupun banyak renovasi sana sini untuk perubahan dari tahun ke tahun.
" Mbak cantik sini deh, ikut."
.tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments