" Ada apa ya Mbak?" Tanya Tari penasaran pada si wanita yang tadi memanggilnya, keduanya berjalan ke arah dapur makanan, mau tidak mau Tari pun mengikutinya.
" Panggil Susi Mbak. Namaku Susi, tapi bukan Susi similikiti ya." Balasnya terus saja melangkah.
Setibanya disana, terlihat semua karyawan yang bekerja di dapur nampak sedang berkumpul di dekat meja, membuat Tari bingung semakin bingung saja.
" Ini lho Mbak Tari, tolong di cicipi ya, ini menu baru kami, kami sudah rekomendasi sama Boss minggu kemarin." Balas si wanita tadi seraya menunjukkan hidangan yang cukup memanjakan lidah.
" Tapi kok aku yang di suruh icip? Aku mah nggak bakat jadi juri Mbak, bakatnya jadi tukang makan aja, hehe.." Kekehnya masih belum mengerti dengan permintaan mereka.
" Tapi kan Mbaknya jadi Waiters di depan, yang otomatis setiap makanan yang akan di hidangkan ke pengujung, akan melewati tahap mencicipi yang akan di lakukan kalian berdua. Ayo duduklah!" Jelas salah satu chef disana. Terlihat pria itu tengah memakai seragam khas chef seperti di tv tv.
" Iya, tadi nyariin Mas Robby nggak ada, jadi Mbaknya saja kan sama saja toh, ayo Mbak mumpung masih panas itu asapnya masih keluar." Sahut si wanita tadi.
" Berasap dong nanti mulutku." Kekehnya seraya duduk di kursi sendirian. Sementara semua orang yang ada di dapur tengah berdiri menatap harap padanya.
Mau tidak mau, dengan ragu ragu Tari pun mengambil garpu yang di letakkan di samping piring besar itu, lalu mulai menggulung mie pasta itu sebelum memasukkannya ke dalam mulutnya yang seksih.
Ya, menu baru itu ternyata adalah Mie pasta kalau orang jawa bilang. Kalau orang kota mah namanya Spaghetti. " Ini Spaghetti olleo leo itu ya Mbak?" Tanya Tari setelah menelan satu suapan.
Susi langsung tertawa heboh saking lucunya, membuat semua orang yang berada di dapur ikut tertawa saat mendengar ucapan Tari barusan.
" Mbak Tari ini ternyata lucu juga ya orangnya." Celetuk Susi setelah tawanya sedikit reda.
" Mungkin yang di maksud Mbak Tari Spaghetti Aglio e Olio, ya dari warna memanglah sama, tapi ini beda nama Mbak, kalau yang ini namanya Spaghetti ATM. Anak Tirta Mancing, hehe bagus tidak?" Sahut si Chef yang bernama Yusuf.
" Kenapa? Aku salah ngomong ya Mas? Maklum lidah orang jawa mah banyak yang keseleo." Tari menoleh kebingungan.
Bukannya reda, semua orang justru semakin tertawa, hanya satu orang pria yang hanya diam, dan orang itu juga seorang chef.
" Susi diam! Biarkan Mbak Tari mengomentarinya lebih dulu." Tegur pria chef yang tadi tidak tertawa bersama lainnya. Susi pun langsung kicep sedikit mengkeret seraya mengangguk paham.
Sepertinya orang yang baru saja negur Susi itu adalah kepala chef, terlihat orangnya begitu tegas juga berwibawa, sehingga di segani karyawan yang lain.
Lumayan juga tuh cowok..! Astagfirullah, sadar Tari niatmu bekerja, bukan cari cowok! Jangan kecentilan.
" Kayak ada yang memanggilku tadi." Celetuk seorang pria yang tidak lain adalah Leo si cowok cantik.
" KeGRan kamu ini jadi orang Ngo, orang Mbak Tari bilangnya Keseleo kok, ngarep ya di panggil sama cewek cantik." Sahut Susi yang sepertinya sudah terbiasa saling olok mengolok sama si cowok cantik itu.
Leo pun terlihat cengir saja seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu ikut bergabung, berdiri di samping kepala Chef. Dua pria yang sama sama mempunyai wajah rupawan.
" Gimana Mbak? Kurang apa?" Tanya si kepala chef berwajah flat, ya tanpa expresi tepatnya, sekilas Tari melihat ada nametagnya di dada sebelah kanan, bertuliskan Dave.
Oh namanya Dave. Sok Cool banget jadi cowok. Satunya juga, sok cakep. Tapi memang dua duanya cakep sih.
Aku Tari dalam hati. Lalu wanita itu kembali memasukkan satu suapan lagi ke mulutnya karena tadi belum fokus merasakan.
" Gimana Mbak Tari Ganteng tidak?" Ucap Susi yang ternyata sadar jika sedari tadi Tari terus memandangi chef Dave dengan intens.
" Ya, ganteng." Kembali pecah suara tawa anak anak dapur, sehingga membuat sedikit kegaduan. Yang tentunya mengundang perhatian karyawan lainnya yang berada di luar.
" Ada apa ini ribut ribut? Suara kalian kedengeran sampai ke depan lho. Mbak kamu juga ngapain disini, itu ada dua rombongan tamu baru datang. Ayo ke depan." Ajak Robby yang tau tau sudah menyemprot teman baru.
Mau tidak mau Tari pun bangkit berdiri, tapi sebelumnya ia menatap ke semua anak dapur seraya tersenyum dan juga mengacungkan kedua ibu jarinya sebagai tanda jika makanan yang ia cicipi barusan sangatlah enak. " Top markotop pokoknya." Serunya keluar seraya mengedipkan sebelah matanya entah untuk siapa.
Tapi ke empat pria yang masih berdiri menatapnya itu mematung, dengan pikiran liar masing masing.
Tidak terasa hari pun sudah malam, Resto juga baru saja tutup. Sesaat sebelum masuk ke dalam kamarnya, Tari menoleh ke belakang, sebab terdengar ada seseorang yang memanggilnya.
" Mbak Tari, boleh tidak jika aku menginap di kamarmu malam ini." Ujar Susi dengan penuh harap." Tadi Ayahku bilang, tidak bisa jemput, motornya tiba tiba mogok saat mau berangkat kesini." Lanjutnya.
Mau tidak mau Tari pun mengangguk walau sedikit ragu. Sebab ia merasa nyaman tidur sendirian selama ini. Bukan karena apa, gadis itu mempunyai sedikit trauma di masa lalu.
Bersamaan dengan itu, gawainya Tari berdering dengan nyaring. Entah siapa malam malam begini yang menghubunginya. Karena jiwa keponya yang cukup kritis, gadis itu pun merogoh benda pipih itu yang masuk nyangkut di saku roknya.
" Ya Asslamualaikum Bu, ada apa malam malam telfon?" Ternyata Ibu ratu yang menerornya malam malam.
" Waalaikum salam. Kok dari tadi sibuk terus Ibu hubungi. Kamu lagi dimana to Ri?"
Si Ibu sepertinya lupa jika putrinya sudah merantau lagi walaupun tidak begitu jauh. Ya demi masa depan gadis itu tidak mungkin leha leha di rumah saja, terlebih ia sekarang sebagai tulang punggung, sebab terlahir sebagai anak sulung.
" Ibu tidak lupa kan, Tari sudah bekerja. Tentunya Resto baru saja tutup jam segini." Jawabnya sedikit sewot, bukan hanya ada teman yang saat ini berada di kamarnya, tapi juga rasa letih karena seharian bekerja.
" Oh iya maaf kalau Ibu sudah mengganggu, Kalau itu sih Ibu tidak lupa. Begini lho Nak, ada yang mau Ibu sampaikan sama kamu, tadi Ibu dari rumah Mbak Ijah belakang rumah kita itu, suaminya ternyata punya teman yang katanya sedang mencari seorang istri, gimana kamu mau nggak, ya kenalan dulu lah, siapa tahu berjodoh kan kita tidak tahu. Dan katanya si cowok itu tidak merokok sesuai kriteriamu to?" Terang sang Ibu menjelaskan maksudnya menghubungi putri sulungnya.
Tari terlihat mendesah panjang, selalu saja itu yang Ibunya bahas semenjak kematian Ayahnya. " Ya Allah Bu, Tari benar benar belum siap, kuburan Bapak juga masih basah lho Bu. Setidaknya biarkan Tari bekerja dulu lah." Tolaknya mentah mentah.
Tari benar benar jengah dengan sikap Ibunya, dulu sewaktu Ayahnya masih hidup, boro boro menjodohkan. Setiap Tari menjalin kasih dengan seorang pria, tidak ada satupun yang di restui. Dengan banyaknya alasan yang bermacam macam.
Lalu ini belum kenal orangnya bagaimana, bagaimana keluarganya. Hanya tahu dari tetangganya saja, sudah langsung percaya begitu saja. Tari semakin heran sekali.
" Ya sudah kamu istirahat gih, Ibu hanya ingin menyampaikan itu saja, dan Ibu juga sudah kasih nomor kamu sama cowok itu, besok kalau di ajak kenalan tolong di balas ya, Ibu tutup dulu, Assalamualaikum." Ujar si Ibu sebelum memutuskan sambungan telepon, bahkan sebelum Tari sempat menjawab salamnya.
Tari langsung terduduk lemas di ranjang yang berukuran kecil. Ia bahkan melupakan temannya yang entah sekarang ada dimana, saking fokusnya bertelepon ria, sehingga membuatnya tidak sadar jika temannya sudah keluar dari kamar sepuluh menit yang lalu.
" Ya Allah kenapa begini amat ya hidupku?" Rintihnya seorang diri, tanpa sadar dua bulir kristal meluncur cepat membasahi wajah cantiknya.
Belum juga reda rasa kesal, sedih, merananya. Gawainya kembali berteriak memintanya untuk di jawab. Tertampang lah nama kekasihnya Dion di depan layar sana.
" Ini juga! Ngapain sih semuanya terus menggangguku."
.tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments