" Silahkan di nikmati hidangannya." Ujar Tari setelah menyusun semua makanan di atas meja, setelahnya gadis itu pun undur diri kembali ke tempat duduknya tepat di depan Mbak Ruby si kasir sembari menunggu tamu yang akan datang kembali.
" Gimana Mbak, betah kan?" Tanya Ruby setelah mengeprint nota tamu yang makanannya baru saja di antar.
" Ya betah betah saja sih Mbak. Dulu mah lebih ramai lagi Mbak dari ini, jangankan hanya sekedar duduk seperti ini, minum pun sambil berdiri lalu lanjut lagi bekerja." Jawabnya tersenyum seraya menerawang masa lalunya bekerja disini dulu.
" Iya kata si Boss, disini dulu ramai, mungkin karena belum ada cabangnya kali ya. Jadinya semua pelanggan kesini semua, apalagi lomba mancingnya juga selalu di adain disini. Dulu aku pernah kesini, tapi hanya sekedar makan saja sama mantan suamiku dulu." Wanita yang ada di depannya itu ternyata adalah seorang janda anak satu.
Tari sedikit iba melihat kehidupan Mbak Ruby yang ternyata cukup sulit, ia harus berjuang sendiri demi anak. Sedangkan mantan suaminya entah kemana, mungkin saja tidak mau lagi mengurus anaknya, apalagi jika sudah kembali menikah. Kasihan, anak lah yang jadi korbannya.
" Disini, siapa yang masih Mbak Tari kenal?" Tanya Ruby sedikit penasaran.
" Hanya Mas Toni sih yang aku kenal. Sepertinya yang lainnya baru." Balas Tari seketika turun dari kursi panjang saat melihat ada sebuah mobil masuk ke halaman Resto, sepertinya tamu yang akan makan.
" Ya memang Mas Toni karyawan yang paling lama, berarti Mbak kenal juga dong sama istrinya Mas Toni, Mbak Tini." Rupanya Ruby masih mengajaknya berkongke.
" Hah! Jadi Mbak Tini jadi nikah sama Mas Toni ya? Kirain cuma pacaran aja. Ya Alhamdulillah namanya jodoh kita tidak tahu kan Mbak." Tari mulai menarik dua buku menu di atas etalase beserta papan kecil untuk mencatat pesanan yang sudah berisi kertas kosong yang sudah di jepit atasnya.
Rombongan para tamu pun baru turun dari mobil. Gadis itu juga sudah berdiri di depan untuk menyambut para tamu." Ya sudah kamu layani dulu tamunya, nanti di sambung lagi." Titah si janda Ruby saat baru menyadari kedatangan tamu, sebab duduknya tadi membelakangi pintu masuk.
Tari pun menjawab tanpa bersuara bertepatan dengan para tamu yang baru masuk dari pintu utama. " Selamat datang, untuk berapa tamu Pak?" Tanyanya dengan sopan dan juga ramah.
" Untuk empat orang saja Mbak, tapi kami boleh duduk disana?" Tunjuk sang tamu pria ke arah gazebo paling ujung tepatnya yang berada di depan kandang ayam.
" Baik Pak, silahkan saya antar." Tari pun berjalan lebih dulu ke arah gazebo, terlihat di kandang depan ada empat ekor ayam yang mempunyai bulu warna warni juga ekor yang lumayan panjang.
" Wah ada ayamnya juga ternyata, ini ayam apa Mbak?" Tanya salah seorang tamu wanita saat melewati kandang tersebut.
" Ayam pheasant Bu dari mancanegara." Jawabnya dengan sopan sembari menunggu tamunya dengan sabar dan tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya yang tentunya berwarna putih bersih, seperti iklan pasta gigi close sip.
Namun sebelumnya Tari menjulurkan lidahnya sejenak di deretan gigi paling depan, takutnya jika ada biji cabe yang tertinggal sebab tadi ia sarapan dengan sambel terong, bisa malu dia dengan para tamu.
" Oalah, kok ya jauh jauh kamu jalan jalannya Yam." Celetuk si tamu yang lain, yang kali ini Ibu Ibu berjilbab kuning, serasi dengan baju yang beliau pakai saat ini.
" Bukan ayamnya yang jalan jalan Bu, tapi Orang yang membelinya. Bisa heboh dunia maya jika Ayam bisa pergi naik pesawat sendiri. Wkwk.." Timpal si Bapak berbadan gempal yang kini memilih duduk di gazebo lebih dulu dari yang lain.
Tari hanya bisa tersenyum mendengarkan saja. " Ayo kalian kesini mau makan, apa cuma mau lihat ayam orang!" Teriak si Bapak tadi yang terlihat sudah kelaparan.
Biasa orang kalau sudah sangat lapar pasti bawaannya ingin makan orang, tidak memandang entah itu teman sendiri atau bukan.
Beberapa saat kemudian, Tari pun keluar dari gazebo setelah melewati drama kecil juga mencatat semua pesanan para tamu. " Huft, harus extra sabar Tari, ayo semangat demi masa depan." Monolognya menyemangati diri sendiri.
" Siapa masa depannya Mbak Tari? Sudah dapat belum?" Celetuk seorang pria yang tiba tiba saja nongol dari arah samping, membuat Tari terkejut setengah mati.
" Ya Allah Mas, kamu ini kok ya ngagetin aku toh! Ya Allah untung jantungku nggak kenapa kenapa, coba kalau lepas tak suruh tanggung jawab kamu!" Omelnya mengurut dadanya sendiri sembari menatap pada si pria yang ternyata adalah Leo, si cowok cantik.
Sumpah demi apapun, Tari rasanya ingin mencekik pria tampan itu sampai pingsan, tapi kok ya kasihan. Untung cakep, kalau tidak sudah di jadikan santapan ikan ikan di kolam. Tapi kalau ikannya doyan sih, kalau nggak doyan di lempar aja ke danau.
" Tapi jantungmu baik baik saja kan Mbak? Kalau pun tidak, aku pasti akan tanggung jawab kok. Ayo." Ajaknya sembari berjalan ke depan.
" Tunggu! Ayo kemana maksudnya?" Tari tentu saja bingung dengan cocan ( Cowok cantik) tersebut, main ayo ayo aja.
" Ya mau buat minuman lah, mana kertas orderannya?" Sebelah tangannya sudah ia sodorkan ke arah Tari dengan senyum menyeringai.
" Oh, iya ini." Tari pun segera memberikan kertas kecil tersebut kepada si cocan, setelah ia sudah ngeh.
" Kenapa? Kamu tadi pasti berharap aku ajakin ke KUA kan, hayo ngaku?" Ledeknya yang secara terang terangan menggodanya.
" Idih ngarep!" Tari pun melengos lalu berjalan masuk ke arah dapur. Sedangkan si Cocan senyum senyum sendiri layaknya odgj baru.
Tari ini sebenarnya adalah tipe cewek yang mudah baperan. Tapi setelah melihat langsung jika cowok cantik itu sedikit narsis juga lebay, rasa kagumnya luntur seketika.
" Orderan.." Teriaknya sembari menempelkan kertas kecil itu di dinding." Mas Gurame bakar madunya dua, Ayam kremesnya satu, Nila asam manisnya satu, nasi satu bakul ya." Imbuhnya.
Setelah mencatat berat ikan ikan tak berdosa yang akan menjadi tumbal kekayaan Resto, gadis itu pun berjalan menuju kasir.
" Wah ada tamu lagi rupanya" Gumamnya seraya menatap ke arah gazebo yang lebih besar yang engah di layani oleh Robby di cowok imut.
Tari sebenernya berniat akan menyusul Robby untuk membantu, sebab melihat rombongan yang jumlahnya cukup banyak pasti membuat pria itu sedikit kuwalahan. Tapi niatnya harus ia urungkan sebab ada memanggilnya dari arah depan.
" Mbak itu ada tamu yang nyariin Mbak." Seru seorang pria yang entah baru Tari lihat hari ini, tapi siapa tamunya yang tiba tiba datang mencarinya, dan yang lebih aneh lagi, pria di depannya ini kan tidak mengenalnya, terus kok ada tamu yang mencari orang tidak tahu namanya.
" Siapa ya? Kok masnya bisa tahu jika tamu itu mencariku?" Tanyanya yang semakin bingung.
.tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments