Malam harinya tanpa di duga, Mira menawarinya pekerjaan menggantikannya bekerja di distro pakaian pria, tempatnya bekerja selama setahun belakang ini. Sebab ia ingin pergi menyusul Ibunya yang saat ini bekerja di pulau K.
Dan tentunya tanpa banyak pertimbangan Tari langsung menyetujui tawaran tersebut. Dan itu berarti besok gadis itu sudah bisa langsung bekerja. Karena tidak mungkin ia akan pergi merantau kembali dalam waktu dekat, yang pasti sebelum seratus hari sang Ayah Tari masih berada di rumah.
Dan disinilah Tari sekarang, setelah berkenalan dengan Boss pemilik distro ketiganya lanjut mengobrol di sela melayani pembeli.
" Jadi Mbak dulu sekolah di smp negeri 1 juga?" Pertanyaan dari Boss nya membuat Tari senang, ternyata mereka dulu satu sekolah dan Boss barunya Tari yang bernama Mbak Sari adalah kakak kelasnya dulu.
" Iya Mbak. Ternyata Mbak sudah menikah ya?" Tari bertanya karena melihat dua anak kecil yang sedang duduk di depan sambil bermain bersama.
" Iya itu putri dan putraku. Kamu sendiri bek/belum menikah?" Pertanyaan dari Sari memang tidak ada yang salah, hanya saja waktunya yang tidak tepat.
Dan Tari menjawab sekenanya saja, karena memang ia tidak berencana memberitahu tentang Ayahnya baru saja meninggal.
Setelah mengobrol ringan bertiga, tak lama Mbak Sari pun pamit karena hari semakin malam kasihan dengan kedua anaknya, dan sekarang Mira masih bekerja dengannya, minggu depan baru ia akan berangkat, dan rencananya akan pergi bersama kekasihnya.
" Emang kekasihmu orang mana Mir?" Tanya Tari di sela mereka mulai bersiap untuk menutup toko.
" Orang dekat rumah aja Mbak, besok mungkin dia kesini. Sebab tadi sedang mengirim pasir ke rumah pembeli." Sahut Mira senang saat membicarakan tentang kekasihnya.
" Oh supir truk toch? Tapi dia tahu kan status mu yang sebenarnya?" Tanyanya dengan hati hati takut sepupunya nanti tersinggung dengan pertanyaannya.
" Ya tahulah Mbak, semua keluarganya juga sudah tahu kok." Jawab Mira memberikan senyuman manisnya.
Tapi entah mengapa Tari merasa ada yang sedang di sembunyikan oleh sepupunya itu, entah tentang apa itu. Tapi ia tidak berani bertanya terlalu jauh karena bukan kapasitasnya walau status mereka bersaudara, usianya Mira pun di bawahnya sama dengan Adiknya Aya.
" Kamu mau kemana dulu Mir?" Tanya Aya yang secara bersamaan baru keluar juga dari toko sepatu tempatnya bekerja.
" Mau ke rumah teman dulu Mbak, mungkin nginep, kalian langsung pulang aja. " Ujarnya secara tidak langsung mengusir kedua saudaranya yang notabennya adalah Kakaknya.
" Pasti mau ke rumah Vina." Gumam Aya pelan saat sampai di depan Kakaknya.
Tari sendiri masih menatap kepergian Mira, dan tentunya ia mendengar ucapan Adiknya walaupun pelan.
" Emang Mira sering nginep di rumah temannya itu?" Tari sedikit curiga juga was was.
" Ya begitulah." Jawab Aya sedikit malas.
Pergaulan anak jaman sekarang memang lebih kritis dari jamannya dulu. Tari hanya takut si Mira kembali masuk ke dalam jurang yang sama yaitu pergaulan bebas seperti di masa lalu yang membuatnya harus menikah muda.
Ya benar sekali si Mira ini sebenarnya adalah seorang janda anak satu, anaknya laki laki tapi di bawa paksa oleh mantan suami beserta mantan mertuanya ke pulau di ujung timur sana.
Entah bagaimana ceritanya keponakannya itu bisa mau di ajak kesana, padahal sebelumnya bocah yang waktu itu baru menginjak usia empat tahun itu sangat lengket sekali dengan Mamanya Mira. Dan kini seorang anak di jauhkan dari Ibunya sendiri, wanita yang sudah susah payah melahirkannya ke dunia ini.
Jika mengingat keponakan tampannya itu Tari begitu sedih, antara kasihan melihat Adiknya terpisah dari putranya, juga marah sekali kepada Edy yang sangat tidak berperasaan memisahkan keduanya.
Dimanakah cinta yang dulu menggebu di antara mereka berdua, hingga perpisahan membuat buah hati mereka menjadi korbannya. Namun Tari juga tidak bisa berbuat apapun, sebab bukan wewenangnya. Sementara Ibu Mira sendiri yang tidak lain Tantenya, Adik dari Ibu Ambar juga tidak mempermasalahkan atau tidak tahu harus berbuat apa.
Karena Edy ini adalah anak orang berada di bandingkan dengan keluarga Tari sendiri yang kehidupannya berkecukupan.
Dan Edy ini juga tidak pernah bekerja, pengangguran sejati, kerjaan hanya minta duit ke Ibunya, sebab Ayahnya Edy adalah pemilik salah satu kapal pesiar yang tentunya cukup terkenal di negara +62 ini.
Tapi jika di lihat sekilas Mira masih terlihat seperti gadis perawan, karena tubuhnya pun terawat juga tidak terlihat habis melahirkan seorang putra.
" Allahu ya karim! Mbak cepetan dikit dong, kamu nggak nyium bau apa ini?" Teriak Aya saat keduanya baru saja melewati tpu umum.
" Kenapa? Takut?" Tari justru menggoda Adiknya, ia menganggap biasa saja. Namun tak ayal ia pun menarik gas motornya supaya cepat sampai, karena bagaimana pun ia lebih takut dari sang Adik.
Terdengar suara lirih Aya yang terus beristighfar entah sedang melihat makhluk apa saat ini, sebab ia sendiri terlalu fokus menyetir motor. Sebenar Tari ini kurang bisa melihat dengan jelas jika pada malam hari, tapi mau bagaimana lagi.
Saat motor akan lurus, terdengar Aya kembali berteriak kencang, " Belok belok jangan lurus Mbak."
" Kenapa sih kamu ini!" Ucapnya protes tapi tetap saja Tari membelokkan motornya mengikuti kemauan sang Adik.
Tari sebenarnya heran ingin bertanya, tapi ia urungkan biar nanti saja saat sudah sampai di rumah bagitu pikirnya.
Tak berapa lama mereka pun sampai juga di rumah, Aya sudah bersungut sungut saat baru saja turun dari motor sembari mencuci kaki di depan kamar mandi. Lalu keduanya pun segera masuk rumah, dan langsung di sambut oleh sang Ibu yang memang sejak tadi menunggu kepulangan kedua putrinya.
" Sebelum tidur kalian makan dulu, itu lauknya Ibu simpan di lemari kayu, takut di makan Cipo" Seru Ambar sebelum masuk ke kamarnya sendiri yang berada di belakang dekat dapur.
Cipo ini bukan orang ya guys, Cipo adalah kucing besar yang saat ini tengah bunting untuk yang pertama kalinya, dan Ayah Tari lah yang menemukannya di pinggir hutan sewaktu masih berukuran sangat kecil. Tanpa banyak kata Ayahnya itu segera membawanya pulang dan di beri nama Cipo, entah apa artinya.
" Kami tadi sudah makan Bu, kami langsung istirahat saja ya. " Seru Tari mewakili Adiknya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar.
Jika Tari tidur sendiri di kamar depan, Aya tidur sekamar dengan Bulan di kamar belakang, jadi kamar tengah kamar yang tidak lain kamarnya Bulan kosong, karena pemiliknya tidak berani tidur sendirian.
Sambil rebahan Tari membuka salah satu akun sosmednya yang ternyata ada sebuah notif yang memperlihatkan seseorang tengah menandainya di sebuah status.
Karena penasaran gadis itu pun segera membukanya, dan ternyata itu adalah status ungkapan seseorang yang mengatakan mengirim doa untuk Almarhum Ayah Nurhadi.
Orang itu tidak lain adalah Rama kekasihnya Bulan Adiknya sendiri, ternyata bukan hanya ia seorang yang di tandai, Aya dan Bulan, Diandra dan Mira pun ikut di tandai juga.
Baru Tari akan mengetik kata Aamiin di kolom komentar untuk doa yang di panjatkan oleh Rama untuk sang Ayah. Ia di kejutkan oleh panggilan masuk dari seseorang yang tengah menghubunginya saat ini.
Namun tak ayal belum sempat Tari merespon panggilan tersebut, sang Adik Aya lebih dulu masuk ke dalam kamarnya.
" Mbak tadi itu kita di ikuti Mbak kunti loh, dan sepertinya masih ada di depan rumah." Bisiknya membuat tubuh Tari menegang sempurna.
Ini mah tamu tak di undang namanya.. hii
.tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments