Pagi ini dikediaman Bagaskara....
Yuri tengah sarapan dengan kedua orang tuanya dimeja makan. Sejak semalam Yuri tidak bisa tidur karena terus memikirkan tentang Vero dan apa yang pria itu katakan padanya saat diacara reuni.
Entah kenapa Yuri ingin bertemu kembali dengan Vero dan ingin menanyakan maksud ucapannya semalam.
"Pa, hari ini aku boleh pinjam Jessica sebentar gak?" tanya Yuri pada Bagas, papanya.
Jessica memang sudah satu tahun ini bekerja di perusahaan Alpha group dan menjadi sekertaris papa Yuri. Tentu saja Yuri yang merekomendasikan sahabatnya itu untuk bekerja diperusahaan papanya.
"Untuk apa sayang?" tanya Bagas.
"Aku ada urusan pa sama Jessica dan Fani, boleh ya pa? Please...." rengek Yuri.
Bagas menganggukkan kepalanya, "Baiklah, setelah jam makan siang dia milik kamu."
"Terimakasih papaku, sayang."
Sonia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah putri semata wayangnya itu. Sejak dulu Bagas memang selalu memanjakan Yuri dan menuruti semua kemauan gadis itu.
Bahkan saat Yuri memutuskan untuk mendirikan butik sendiri dan tidak mau bekerja diperusahaan, Bagas sangat mendukung keputusan putrinya itu. Dia tidak ingin memaksakan Yuri untuk bergabung di perusahaan, walaupun nantinya pasti Yuri yang akan menggantikan posisinya saat dia sudah tidak sanggup untuk memimpin lagi.
Namun untuk sekarang, Bagas ingin Yuri untuk mewujudkan mimpinya terlebih dahulu.
"Pa, ma, aku berangkat ke butik dulu ya?" Yuri segera bangun dan mencium pipi kedua orang tuanya secara bergantian.
"Agam tidak menjemput kamu, sayang?" tanya Sonia karena biasanya memang Agam yang akan meluangkan waktu untuk mengantar jemput Yuri.
"Tidak ma, hari ini kak Agam pergi keluar kota, jadi dia tidak bisa mengantarkan aku. Tidak apa-apa, aku bawa mobil sendiri saja" jawab Yuri.
"Baiklah, kalau begitu hati-hati ya, sayang."
Kemudian Yuri segera meninggalkan ruang makan dan segera menaiki mobilnya. Dia pergi menuju butik miliknya, jarak dari rumah ke butik memakan waktu sekitar 30 menit.
"Nona, ini ada bingkisan untuk nona." Karin memberikan kotak berukuran kecil pada Yuri.
Karin adalah pegawai sekaligus asisten Yuri dibutik. Yuri bahkan sudah mempercayakan butik pada Karin saat dirinya tidak ada.
"Apa ini?" Yuri membolak-balik kotak kecil yang sudah dibungkus kado itu.
"Saya menemukan itu didepan pintu saat saya baru datang tadi nona." jawab Karin.
"Baiklah, kamu boleh kembali bekerja." Yuri segera masuk kedalam ruangan kerjanya, dia menaruh kotak kecil itu diatas meja, sementara dirinya duduk dikursi sofa.
Yuri merasa heran karena tidak biasanya ada yang mengirimkan hadiah untuknya. Jika itu Agam, dia pasti akan memberikannya secara langsung. Atau mungkin saja Agam yang mengirimkan hadiah itu sebelum dia pergi keluar kota tadi.
Yuri memandangi kotak itu, lalu dia membuka bungkus kado yang membungkus kotak itu. Kemudian Yuri segera membuka kotak itu saat bungkus kadonya sudah terlepas.
"Surat??"
Ternyata didalamnya berisi sebuah kertas putih yang dilipat jadi empat, Yuri segera mengambilnya dan membukanya.
"JAUHI VERO!!!"
Sebuah tulisan yang ditulis dengan huruf balok dan ditulis dengan menggunakan noda darah.
"Aaaaaaaa....!!!" Yuri melemparkan kertas itu hingga jatuh kelantai, lalu dia segera bangun dari duduknya.
Karin yang mendengar suara teriakan Yuri dari luar segera masuk keruangan kerja Yuri.
"Nona ada apa?" tanya Karin.
Namun Yuri tidak menjawab, dia nampak ketakutan dan seluruh tubuhnya bergetar hebat. Baru semalam dia bertemu dengan Vero kembali, tapi dia sudah mendapatkan teror seperti ini.
Karin mengambil kertas yang dijatuhkan Yuri dilantai. Dia menutup mulutnya dengan tangannya saat membaca tulisan didalam kertas itu.
"JAUHI VERO!!!"
"N-nona, a-aku akan membuang kertas ini." ucap Karin, lalu dia mengambil kotak dan kertas kado diatas meja dan ingin membuangnya keluar.
"Tunggu...."
Dengan tangan masih bergetar dan wajah yang mulai memucat, Yuri mengambil kembali kertas ditangan Karin.
"A-aku akan mengambil ini, kamu bisa keluar sekarang." ucap Yuri.
"Baik nona." jawab Karin.
Kemudian Karin segera keluar dan meninggalkan Yuri sendirian diruangannya. Yuri melihat tulisan di kertas itu lagi. Dia tidak tau siapa yang melakukan hal iseng seperti ini padanya. Mungkinkah Vero yang melakukannya? Tapi untuk apa?
Yuri segera mengambil ponselnya didalam tas, dia mengirimkan pesan pada Fani.
[ Fani, tolong cari tau dimana alat Vero tinggal. Semalam dia pasti menulis alamatnya dibuku hadir. ]
[ Kenapa Ra? Kenapa tiba-tiba minta alamat Vero? Apa benar semalam dia minta balikan? ]
[ Sudah jangan banyak tanya! Cepat kirim saja alamatnya. ]
Yuri melihat kertas ditangannya sekali lagi, bisa saja ini memang ulah Vero yang ingin menarik perhatiannya kembali. Dia harus segera menemui pria itu dan memintanya untuk tidak mengganggunya, apalagi sekarang Yuri sudah memiliki Agam.
...💖💖💖💖💖...
Yuri mendatangi sebuah apartemen, menurut penjelasan Fani tadi ditelefon, ini adalah apartemen yang ditempati oleh Vero sekarang. Fani mendapatkan alamat itu dari teman SMA mereka yang mengetuai acara reuni semalam.
Yuri menekan bel pintu, dia nampak gelisah berdiri didepan pintu, menunggu pintu itu dibuka oleh seseorang. Dalam hatinya Yuri berjanji jika ini adalah terakhir kalinya dia menemui Vero, karena minggu depan dia dan Agam akan bertunangan. Dia tidak ingin mengkhianati Agam, pria itu terlalu baik untuk dikhianati.
Walaupun hati Yuri belum sepenuhnya mencintai Agam, namun dia adalah tipe wanita yang setia dan tidak akan mungkin berselingkuh. Dia hanya akan menjaga dirinya untuk satu pria dan pria itu adalah Agam, pria yang akan menjadi suaminya kelak.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, nampak Vero sudah berdiri dengan menggunakan kemeja putih yang kancingnya terbuka semua hingga menampakkan dada bidang milik pria itu. Yuri menjadi menelan salivanya melihat pemandangan dihadapannya itu. Tubuh Vero begitu atletis dan berotot, bahkan Yuri sampai tidak berkedip memandangnya.
"Apa yang kamu lihat?" tanya Vero yang membuat Yuri gelagapan.
"Ti-tidak ada, aku hanya ingin bicara hal penting dengan kamu." jawab Yuri dengan gugup.
Vero menganggukkan kepalanya, kemudian dia berjalan masuk kedalam apartemennya dengan diikuti Yuri dibelakangnya. Vero mengambil gelas diatas nampan, lalu dia menuangkan air putih kedalam gelas dan meminumnya.
Yuri memperhatikan Vero yang sedang minum, jakun pria itu nampak naik turun, membuat Yuri menjadi menelan salivanya. Betapa tampannya pria yang sedang berdiri dihadapannya itu.
Jujur saja, perasaan Yuri pada Vero masih sama dan belum berubah. Dulu dia hanya merasa lelah saja karena setelah bertahun-tahun mencari Vero dan tidak mendapatkan sedikitpun jejak pria itu, hingga Yuri putus asa dan akhirnya menerima cinta Agam yang selalu setia menunggunya.
"Ada apa datang mencariku?" tanya Vero, dia menaruh kembali gelas ditangannya diatas meja, lalu dia menatap Yuri.
Yuri mengedip-ngedipkan matanya, dia tidak ingin ketahuan jika dirinya baru saja memperhatikan Vero. Kemudian Yuri berjalan kearah Vero dan mengeluarkan kertas yang dia terima tadi pagi pada Vero.
"Apa maksud semua ini? Aku tau pasti kamu yang melakukannya bukan?" ucap Yuri.
Vero melihat isi tulisan dikertas itu, namun dia tidak tau menahu soal kertas yang diberikan oleh Yuri itu.
Kemudian Yuri melanjutkan kata-katanya, "Kamu tidak perlu melakukan hal-hal semacam ini untuk menarik perhatian aku. Percuma, aku tidak akan mau balikan sama kamu lagi. Aku sudah memiliki seseorang yang mencintai aku."
Vero tersenyum mendengar ucapan Yuri, kemudian dia mendekatkan wajahnya pada wajah Yuri.
"Semalam aku hanya memperingatkan kamu, bukan berarti aku ingin balikan sama kamu. Lagipula masih banyak wanita yang lebih cantik dari kamu." Vero menaruh kembali kertas ditangannya ditangan Yuri, kemudian dia berjalan pergi memunggungi Yuri.
Vero menghentikan langkahnya saat dia sudah berada didepan pintu kamarnya, dia menoleh kearah Yuri kembali, wanita itu masih berdiri mematung ditempatnya.
"Aku mau mandi, apa kamu mau menunggu aku disana atau mau ikut mandi bareng?"
Yuri membulatkan matanya mendengar ucapan Vero. Bisa-bisanya pria itu menawarkan hal seperti itu padanya. Dengan kesal Yuri segera pergi meninggalkan tempat itu tanpa menjawab ucapan Vero, dia berjalan keluar dari ruangan apartemen Vero.
Vero tersenyum memandangi kepergian Yuri, tiba-tiba senyumnya memudar saat mengingat tulisan dikertas yang ditunjukkan oleh Yuri tadi. Vero teringat saat dulu masih duduk dibangku SMA, dia pernah mendapatkan sebuah surat yang isinya sebuah ancaman.
'Jika kamu masih berhubungan dengan Yuri, maka aku akan membuat Yuri celaka.'
Itu adalah kata-kata yang tertulis disurat yang Vero terima dulu. Vero tidak bisa menebak siapa pelakunya, tapi yang pasti orang itu mengenal dirinya dan Yuri sejak duduk dibangku SMA. Dan mungkin orang itu adalah orang yang sama yang mengirimkan surat pada Yuri tadi.
Sementara itu Yuri sudah sampai dilantai bawah, dia segera naik kedalam mobilnya dan melajukannya pergi meninggalkan area apartemen itu. Yuri bahkan tidak sadar jika sejak dirinya sampai disana ada sepasang mata yang terus memperhatikannya.
"Dasar tidak tau malu! Bisa-bisanya dia bicara seperti itu padaku. Kali ini aku tidak akan tergoda dengan ketampanannya. Kak Agam tidak kalah tampannya dari Vero. Ingat Yuri, kamu hanya milik Agam. Kamu tidak boleh tergoda oleh Vero lagi."
Yuri terus berbicara sendiri selama didalam mobil, kali ini dia benar-benar harus bisa membentengi hatinya dari pesona seorang Vero.
...💖💖💖💖💖...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️
siapa sih yg hantar surat berdarah itu, hurmm penasaran. apa karna itu juga vero terpaksa tinggalin yuri yaa.
2024-07-21
1
mama Al
curiga sama Jessica
2024-04-24
1
Selviana
Yuri pilih dua-duanya saja karena sama ganteng
2024-02-21
1