Lakukanlah sampai puas

Pria mana pun jika sudah menikah dengan wanita walau tidak dicintainya, kalau sudah mendengar istrinya menyebut pria lain atau menyebut tubuhnya untuk pria lain, pastilah akan marah dan meradang, rasa bencinya bisa saja memuncak dan akhirnya akal sehatnya sudah tidak bekerja, tak peduli sehebat apa pria itu di luar sana. Karena harga dirinya terasa diinjak-injak oleh istrinya.

Saat ini yang jelas jiwa dan raganya sudah dikuasai oleh gejolak emosi yang bercampur dengan rasa bencinya yang sejak awal telah menguasai relung hatinya. Apalagi wanita yang dia hadapi itu cantik bukan wanita yang memiliki paras yang tidak enak dipandang, ya semakin meradang lah.

Peraturan yang dibuatnya dan segala ucapan yang selalu dia lontarkan, malam ini ditebas semuanya. Tubuh pria itu semenjak mengungkung tubuh istrinya yang tidak dianggapnya sepertinya tidak seirama dengan hatinya yang selama ini terpatri hanya untuk Embun seorang, namun rupanya tubuhnya mengkhianati.

Baru kali ini selama enam bulan menduda dan sering bertemu dengan wanita, tubuhnya tak kuasa menahan gejolak yang selama ini belum dia rasakan, tapi ini melebihi segala rasa saat bersama embun.

Wangi tubuhnya Jihan begitu menguar dan menggelitik di indra penciuman Fathi, dan membuat ingin dekat dengan tubuh Jihan, ditambah lagi dengan bola mata indah Jihan yang sangat memesona jika semakin dekat di pandangnya. Apakah ini tandanya dia sudah mendustakan Embun yang selama ini hanya menjadi wanita satu-satunya di dalam hatinya.

Namun, yang jelas kini dia mereguk manisnya madu dari bibir Jihan, dan memaksa menerobos ke dalam rongga mulut Jihan untuk menyesapnya dengan rakus.

“Ah ... kenapa rasanya,” batin Fathi tercengang, terasa memabukkan, dan semakin dirinya menuntut membelit lidahnya dengan rakus dalam rongga mulut Jihan.

“AKH!” teriak Fathi, saat terpaksa melepaskan pagutannya karena bibirnya digigit kencang oleh Jihan.

PLAK!

Baru saja Fathi mengusap bibirnya yang berdarah, kini bergantian pipi sebelah kanannya ditampar dengan kencang hingga wajahnya berpaling ke belakang, tapi secepat kilat Fathi kembali lagi menatap istrinya.

“Berani sekali kamu menamparku, Jihan!” sentak Fathi, semakin murka.

“Brengsek!” seru Jihan, turut terlihat murka. Memangnya gadis itu suka dicium oleh Fathi, walau dia pria yang halal baginya dan halal pula untuk menjamah tubuhnya. Tapi perlu diingat juga sudah seberapa banyak pria itu menyakiti hatinya sejak sebelum ijab kabul, jika dirinya hanya sekedar menjadi ibu sambung Ezra bukan untuk menjadi istrinya.

“Jihan bukan tempat pela—.” Jihan tidak bisa lagi melanjutkan ucapannya, bibirnya kembali dicium oleh Fathi dengan rakusnya, darah yang masih keluar dari bibir Fathi bisa dia rasakan amisnya dalam salivanya. Kemudian mulailah tubuh Jihan menggeliat di bawah kungkungan suaminya, memberontak agar terlepas dari jeratan nafsu Fathi. Namun, sayangnya Jihan tidak paham jika tubuhnya yang menggeliat justru menaikkan gairah pada tubuh Fathi.

“Lepaskan Jihan!” jerit Jihan saat Fathi melepaskan pagutannya.

“Kamu harus menerima hukuman mu!” balas Fathi, suaranya terdengar berat dan parau, netranya pun sudah penuh dengan api asmara yang sangat memabukkan.

“Lepaskan Jihan, Jihan bukan Kak Embun ... Jihan bukan tempat pelampian!” teriak Jihan tak peduli jika teriakannya terdengar oleh Bik Murni dan Ita.

Wajah Fathi kini berada di ceruk Jihan, lidahnya mencicipi kulit putih istrinya sesekali disesapnya dan sedikit menggigitnya dengan lembut.

 Jihan yang baru pertama kali menerima sentuhan yang penuh sensasi itu berusaha menahan untuk tidak larut dengan rasa yang menggelitik tersebut, dengan sekuat tenaganya kedua tangannya memukul tubuh Fathi sekenanya, semakin jadilah amarah suaminya. Lantas, kedua tangannya langsung dicekal oleh Fathi dan ditahan di atas kepala Jihan dengan satu tangannya.

“BRENGSEK!” maki Jihan pas di muka Fathi, pria itu hanya tersenyum jahat, lalu salah satu tangannya membuka kancing kemeja piyama Jihan dengan kasarnya.

Deru napas Jihan sudah naik turun, hatinya sangat sesak melihat suaminya yang kini menjamah dirinya secara paksa. Bolehkah Jihan menangis saat ini? Netra gadis itu sejak tadi sudah berkaca-kaca, dan sejak tadi tubuhnya juga sudah kalah dengan tenaga yang dimiliki Fathi, walau dia jago taekondow, tetap saja jika dalam keadaan ini dia kalah dan tak berdaya.

Akhirnya buliran bening lolos juga dari ujung ekor netranya, bersamaan dengan bibir Fathi menyelusuri dadanya, sesapan pria itu sangat sangat bisa dirasakan oleh Jihan.

Tubuh Jihan berhenti menggeliat, netra Jihan yang basah menatap langit-langit kamar pria tersebut.

“Lakukanlah apa yang ingin Om Dokter inginkan jika itu membuat hati Om puas, tapi setelah ini izinkan Jihan untuk mati,” ucap Jihan pelan dengan deraian air mata.

DEG!

Fathi menarik wajahnya dari dada Jihan, lalu menatap wajah Jihan yang saat ini netranya sudah basah, dan sudah memucat wajahnya.

“Kenapa berhenti Om Dokter, lakukanlah sampai puas. Setelah ini izinkan Jihan mati dan mengakhiri kebencian Om pada Jihan. Ayo ... jadikanlah Jihan tempat pelampiasan sampai puas, dan lupakan rasa cinta Om Dokter yang hanya untuk Kak Embun,” pinta Jihan, dia tersenyum tipis.

Entah kenapa ucapan Jihan membuat hati Fathi ngilu, dan menyadarkan apa yang terjadi padanya saat ini. Lantas tangannya yang mencekal kedua tangan Jihan terurai, lalu dia bergerak menarik dirinya dari atas tubuh Jihan.

Jihan semakin tersenyum pada suaminya dengan hatinya yang terluka. Fathi termangu lalu menarik dirinya dari atas tubuh Jihan, kemudian duduk di tepi ranjang sembari menyadari dirinya yang sudah menyentuh tubuh Jihan secara paksa. Sementara itu Jihan pun bergerak membelakangi tubuh suaminya dengan rasa kesakitannya yang luar biasa.Sejenak keheningan menguasai mereka berdua, lalu tak lama ...

PRANG!

Fathi menolehkan wajahnya ke belakang bahunya, netranya langsung terbelalak.

“JIHAN!” teriak Fathi histeris.

Bersambung ... ✍🏻

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

nyesek....

2025-04-12

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

giliran dimana hatimu menjerit meneruskan nama Johan, hatimu yg mengemis mendambakan cinta Johan dan sayangnya saat rasa itu datang, hati Johan sudah benar² mati utk mu.. hati Johan tak bisa lagi mentoleransi akan dirimu dan saat itu datang maka Fathi.. kau hanya akan menangis meratapi dan menyesali semua kebodohanmu selama ini yg telah dgn sengaja dan dlm kondisi sadar kau bertubi² menyakiti fisik dan psikis Jihan..

2024-06-28

2

Yantimufid

Yantimufid

ikut nyesek jihan😭

2024-06-10

1

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
94 Info karya terbaru Mommy Ghina
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi
94
Info karya terbaru Mommy Ghina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!