Mau berapa lama memeluk Jihan?

Fathi masih setia menatap tajam pada istri barunya, termasuk Jihan yang membalas tatapan suaminya dengan sorot yang tajam pula. Tengkuk Jihan masih dipegang oleh Fathi, jika orang luar melihat adegan saat ini seperti Fathi ingin mencium Jihan, namun itu tak akan terjadi.

Dalam beberapa menit di antara mereka berdua tidak ada yang mau mengalah untuk memaling pandangan, deru napas mereka saja saling berpacu dengan cepatnya seakan sedang menahan emosi yang menyergap di hati mereka masing-masing. Namun, tak selang berapa lama tangisan Ezra begitu kencang di luar ruang kerja Fathi, kemudian terdengarlah suara ketukan pintu.

“Mau sampai berapa lama Om Dokter mencekal tengkuk Jihan ini? Atau jangan-jangan sudah mulai tertarik melihat wajah Jihan yang cantik ini?” tanya Jihan dengan tenangnya.

Pria itu mencebik lalu mengembuskan napasnya dengan kasar. “Kamu bilang aku mulai tertarik dengan wajahmu! Jangan berharap Jihan, wajah kakakmu yang paling cantik dan membuat aku jatuh cinta hingga sekarang!”

“Oh baguslah kalau begitu, jangan sampai Om Dokter jatuh cinta sama Jihan, nanti jadi sakit hati,” jawab Jihan santai, tapi tubuhnya tiba-tiba dihentakan oleh Fathi hingga membentur tubuh suaminya, gadis itu luar biasa terkesiap, wajahnya pun kembali mendongak menatap suaminya. Sementara suara tangisan Ezra semakin nyaring di luar sana, sekaligus suara orang memanggil.

“Katanya tidak sudi menyentuh tubuh Jihan. Tapi lihatlah kenapa Om Dokter memeluk Jihan? Apa sejak tadi telinga Jihan salah dengar?”

Wajah Fathi mengeram mendengar kata Jihan barusan, tapi dibalik sorot matanya yang tajam ada saliva yang susah ditelan oleh tenggorokan Fathi di saat dia menatap iris mata Jihan yang berwarna hazelnut, ditambah bulu mata yang panjang dan lentik. Baru kali ini Fathi melihat jelas sorot mata yang indah tersebut. Hey kemana saja selama sembilan tahun berumah tangga dengan Embun! Itu tandanya Fathi tidak pernah main hati.

“Permisi Pak, ada Non Jihan, kah?” suara orang bertanya terdengar jelas dibalik pintu ruang kerja.

“Ya, Mbak tunggu sebentar!” jawab Jihan agak berteriak, sembari menatap pintu lalu kembali menatap Fathi.

“Mau berapa lama memeluk Jihan? Apa Om Dokter tidak dengar anaknya menangis kencang seperti itu?”

Fathi sejak tadi mendengar jelas anaknya menangis kencang, tapi merasa urusannya belum selesai dengan Jihan maka dia biarkan saja.

“Dasar papa yang egois! yang hanya mementingkan urusannya! Apa tidak dengar tangisan Ezra begitu kencangnya!” seru Jihan meninggikan suaranya dan dengan terpaksa Fathi melepaskan Jihan. Bergegaslah Jihan keluar dari kungkungan Fathi dengan membawa segenap rasa kecewa dan kesalnya.

“Urusan kita belum selesai Jihan!” ucap Fathi agak meninggi suaranya. Jihan yang baru saja mengampai handle pintu, berhenti sejenak lalu menatap daun pintu tersebut.

“Ya urusan kita tidak akan pernah selesai, kecuali kita bercerai. Jihan tunggu di saat Om Dokter menceraikan Jihan!” jawab Jihan dengan lantangnya, lalu meraih handle pintu tersebut.

“Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikanmu, Jihan!” balas Fathi.

Jihan hanya menyunggingkan senyum miringnya lalu bergerak membuka pintu, dan keluar tanpa menoleh wajahnya ke belakang.

“Shit!” umpat Fathi kesal sendiri setelah berbicara dengan Jihan.

Jihan yang sudah keluar dari ruang kerja, langsung meraih tubuh keponakannya yang sejak tadi menangis.

“Habis bangun langsung cari Non, eh lama-lama Ezra nangis, sudah saya coba tenangi gak bisa juga,” lapor Ita si baby sitter.

“Cup ... cup anak Tante kok nangis. Dede mau cucu?” tanya Jihan sembari mengusap air mata yang ada di pipi bocah ganteng tersebut.

“Cu-cu ante,” jawab Ezra masih dalam keadaan sesegukan.

“Minta cucu aja sampai cari Tante, ya udah Tante bikinin cucu ya, jangan nangis lagi ya Sayang,” pinta Jihan dengan lembutnya, dikecuplah pipi tembem Ezra berulang kali hingga tangisan Ezra berubah menjadi tawaan yang renyah. Dan diam-diam dibalik pintu ada yang mengintip, sesekali pria itu menarik napas panjang.

Kasih sayang Jihan pada Ezra memang seperti seorang ibu kandung, yang datang begitu saja sejak Ezra dilahirkan. Di awali Jihan yang suka dengan anak kecil, maka naluri keibuannya keluar begitu saja tanpa harus berpura-pura.

Inilah mengapa kedua orang tua Jihan dan Fathi menginginkan mereka menikah karena demi tumbuh kembang Ezra, walau buat mereka berdua pernikahan ini sangatlah menyakitkan, terutama Jihan. Sanggupkah Jihan bertahan dalam pernikahannya? Atau justru Fathi yang tak mampu bertahan?

Malam pun tiba ...

Bik Murni dibantu Ita sedang menyajikan makan malam untuk majikannya, sementara Jihan sedang bersama Ezra di ruang keluarga menikmati channel coco melon di televisi. Pria itu keluar dari ruang kerjanya dengan raut wajahnya yang masam menuju meja makan. Dan Bik Murni bergegas menyiapkan makan malam buat majikannya tersebut seperti biasa. Sebenarnya Bik Murni kali ini agak segan untuk melayani Fathi di meja makan mengingat Jihan sudah jadi istri majikannya, tapi melihat Jihan tidak turut ke meja makan akhirnya memilih melakukan seperti hari-hari sebelumnya.

Entah sengaja atau tidaknya, Fathi memilih kursi yang menghadap ke ruang keluarga, jadi bisa melihat interaksi Jihan yang bersama anaknya.

Di atas meja sudah tersedia piring yang kosong, sepertinya Bik Murni sudah siapkan untuk Jihan.

“Suruh dia makan, Bik,” pinta Fathi dengan ekspresi datarnya.

“Dia siapa ya Pak?” tanya Bik Murni yang merasa ambigu dengan permintaan majikannya. Fathi hanya mengerakkan dagunya ke arah ruang keluarga dan Bik Murni langsung paham.

“Baik Pak.” Bik Murni bergegas menghampiri Jihan.

“Non Jihan, diminta Bapak untuk makan malam,” ucap Bik Murni.

Jihan mendongakkan wajahnya, lalu menolehkan wajahnya ke belakang bahu. “Makasih Bik, suruh saja Bapaknya makan duluan, lagian mana etis baby sitter makan bareng sama majikannya,” jawab Jihan sembari tersenyum tipis, lalu kembali bermain dengan Ezra. Perut Jihan memang lapar tapi dia enggan makan satu meja dengan suaminya, lagi pula bukankah suaminya mengatakan jika posisi dia bukanlah istri di rumah suaminya melainkan sebagai baby sitter.

Bik Murni agak terkejut dengan jawaban Jihan, apa mau dikata wanita paruh baya itu, akan tetapi tetap menyampaikan pesan dari Jihan.

“Maaf Pak, kata Non Jihan ... dia akan makan nanti. Bapak duluan saja,” lapor Bik Murni saat kembali mendekati meja makan, mau sebut kata baby sitternya seperti kata Jihan tidak jadi.

Fathi tidak berkata lagi dan kini fokus dengan menikmati santapan makan malamnya dengan hati yang kesal. Pikir dia masih untung berbaik hati mengajak istrinya makan malam bersama, tapi rupanya ditolak secara halus.

“Ck ...!” berdecak kesallah Fathi tanpa sebab.

Sekitar setengah jam kemudian Fathi sudah menyelesaikan makan malamnya, lalu dia bergerak ke ruang keluarga dan duduk di samping Ezra yang tampak sibuk dengan cemilan biskuitnya sembari nonton televisi, melihat kehadiran Fathi gadis itu pun beranjak dari duduknya.

“Ezra sama papa ya, Tante mau ke belakang, dan gak boleh nangis ya,” pinta Jihan, dan bocah kecil itu hanya mengangguk paham lalu bola mata kecilnya menatap papanya yang saat itu bertampak garang. Kenapa Om Dokter mau marah lagi sama Jihan?

Bersambung ... ✍🏻

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

dasar jihan. tapi mantap sikap mu tegas. jangan mudah di yindas. buat fatih yg menjikat ludahnya sendiri

2024-11-13

2

Sandisalbiah

Sandisalbiah

untung Johan tipe cewek yg tahan banting nih.. gak mudah juga di intimidasi.. walau hatinya tetep berontak dan sakit, setidaknya dia masih bisa melawan demi menjaga harga dirinya juga kewarasanya

2024-06-28

3

Badai Z

Badai Z

lawan terus jihan bikin si om kezel nnti jadi bucin ama km

2024-06-24

1

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
94 Info karya terbaru Mommy Ghina
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi
94
Info karya terbaru Mommy Ghina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!