Saran Kinan

Jihan hanya bisa mengulum senyum tipisnya melihat saudara Fathi tidak berhasil membujuk Ezra agar mau digendong oleh Kinan. Walau dia ikut membujuk Ezra agar mau dengan wanita dewasa itu, namun tetap saja kedua tangan mungil Ezra betah merangkul leher Jihan.

“Maaf ya Mbak Kinan, Ezra memang begini sama orang yang jarang dia temui,” ucap Jihan, merasa tidak enak hati.

Kinan membelai dengan lembut punggung batita tersebut. “Iya juga, memang kebanyakan anak-anak seusia Ezra agak susah didekati oleh orang yang baru dikenal ada juga yang sangat mudah. Oh iya Mbak banyak bawa makanan, cicip in yuk,” ajak Kinan sangat ramah.

Gadis itu sekilas melirik ke arah meja makan dan tak sengaja dia bersitatap dengan Fathi. “Terima kasih Mbak Kinan kebetulan saya sudah sarapan, kalau begitu saya permisi dulu,” pamit Jihan.

“Oh iya ... silakan,” jawab Kinan, dan menatap punggung Jihan sampai gadis itu menaiki anak tangga, kemudian dia kembali mendekati meja makan dan menjatuhkan bobotnya di kursi samping Fathi.

Kinan, saudara sepupu jauh dari pihak mamanya Fathi yang kebetulan tinggal di Jakarta dan salah satu dokter umum yang bertugas di rumah sakit keluarga Prawidja. Semenjak meninggalnya Embun, Kinan semakin gencar mendekati Fathi, dan keluarga besar Fathi serta rekan kerja belum tahu tentang pernikahan Fathi dengan Jihan karena Fathi meminta pada kedua orang tuanya untuk tidak mengundang keluarga besar mereka, karena menurut Fathi tidak perlu mereka tahu.

“Hari ini Mas Fathi ke rumah sakit?” tanya Kinan menatap teduh pria yang masih melahap masakannya.

“Iya, nanti jam 9 ada praktik, kenapa?” tanya Fathi tanpa menatap wanita yang ada di sampingnya itu.

“Nanti aku nebeng ya Mas, soalnya aku ke sini gak bawa mobil, tadi pakai taxi online,” pinta Kinan, sangat berharap bisa berangkat kerja bareng.

“Boleh, nanti setelah aku selesai sarapan baru kita berangkat,” jawab Fathi.

Wanita itu tersenyum manis, hatinya bersorak bergembira. “Makasih ya Mas sudah dibolehkan, oh iya ngomong-ngomong sampai kapan Jihan akan menginap di sini Mas?” mulai kepo Kinan dengan keberadaan mantan adik ipar Fathi.

Fathi mendongakkan wajahnya dan agak terlihat sedang berpikir. “Mungkin sampai Ezra mau lepas dari Jihan, dan bisa dekat sama baby sitternya,” jawab Fathi agak asal.

“Oh, semoga tidak lama tinggal di sini. Nanti Mas Fathi bisa terkena gosip sama tetangga kalau ada wanita lain tinggal di sini, ya walau dia mantan adik ipar sendiri. Dan gak mungkin juga’kan Mas Fathi memiliki hubungan sama mantan adik ipar sendiri,” ucap Kinan dengan santainya.

Pria itu hanya menarik sudut bibir,  tersenyum hambar pada saudaranya tersebut. Kebetulan sekali Bik Murni kembali datang dengan membawakan teh hangat untuk tamu majikannya.

“Silakan Mbak Kinan, ini minumnya,” ucap Bik Murni.

“Makasih ya Bik,” jawab Kinan, lalu wanita paruh baya itu mengundurkan diri, akan tetapi Kinan menahannya sejenak.

“Bik Murni tunggu sebentar,” pinta Kinan, lantas wanita paruh baya itu menghentikan langkah kakinya.

“Ada apa ya Mbak Kinan? Perlu sesuatu kah?” tanya Bik Murni, kembali mendekat.

Kinan sebelum berucap pada asisten rumah tangga Fathi, dia menyempatkan melirik pria tampan tersebut. “Begini loh Bik, sekarang'kan ada anaknya Mas Fathi nanti coba diusahakan untuk bantu mengurusinya biar Ezra tidak ketergantungan dengan tantenya, karena dia tidak mungkin tinggal selama di sini. Kita gak enak sama tetangga kalau ada wanita lain di sini,” tukas Kinan, memberitahukan dengan bijaknya.

Raut wajah Bik Murni mulai agak bingung dengan maksud kata Kinan. “Ini maksudnya bagaimana ya, apa Mbak Kinan tidak tahu kalau Non Jihan itu istrinya Pak Fathi. Atau jangan-jangan memang tidak tahu, aduh kok jadi ruwet begini,” batin Bik Murni ngoceh sendiri.

Terpaksa Bik Murni melirik majikannya dengan lirikan bingungnya itu, lalu kembali menatap Kinan. “Iya Mbak Kinan, nanti saya sama Ita turut bantu mengurus Ezra,” jawab Bik Murni mendadak agak kikuk.

“Makasih ya Bik Murni, kalau begitu silakan lanjutkan pekerjaannya,” balas Kinan, dan Bik Murni melangkah mundur kembali ke bagian belakang sembari mengaruk-ngaruk kepalanya yang tidak gatal.

Fathi menyudahi sarapannya, lama-lama dia tidak menyukai jika Kinan membahas Jihan. “Kinan, aku siap-siap dulu baru kita berangkat ke rumah sakit.”

“Iya Mas, aku tunggu di sini ya,” jawab Kinan begitu manis dan hangat, lalu Fathi pun beranjak menuju kamarnya.

Sementara itu di kamar Ezra, Jihan sedang membujuk keponakannya untuk mau ditinggal sebentar di rumah bersama pengasuhnya dan berusaha mengiming-imingi akan membelikan mainan agar bocah tampan itu untuk tidak menangis ketika ditinggalinya.

“Anak Tante gak boleh nangis ya, nanti Tante belikan mobil tayo ya, dede mau dibeliin berapa?” tanya Jihan.

“Angan atu ya Ante, Zra au ua obilnya,” jawab Ezra masih cadel bicaranya, sembari mengangkat semua tangannya ke atas kepala.

“Oh dede mau 2 mobil tayo-nya, tapi gak boleh nangis ya. Tante mau ambil motor dulu di rumah oma opa, di sini dede sama Mbak Ita ya,” pinta Jihan sembari mengusap lembut kepala keponakan gantengnya.

“Ya Ante,” jawab Ezra sambil manggut-manggut.

Setelah itu, Jihan memberitahukan beberapa hal kepada Ita mengenai berbagai hal jika Ezra menangis atau tantrum mencari dirinya, tapi berharap keponakannya tidak rewel selama dia pergi.

“Mbak Ita, saya titip Ezra ya. Dan tolong diingat pesan saya barusan ya. Saya perginya gak lama kok, tapi kalau ada sesuatu yang terjadi telepon saya saja ya,” pinta Jihan sebelum keluar dari kamar Ezra.

“Iya Non, saya akan ingat.”

Jihan mengecup pipi Ezra terlebih dahulu, lalu berpamitan dan bergegas ke kamarnya untuk mengambil tas dan ponselnya, kemudian dia bergegas keluar dari rumah Fathi, akan tetapi dia kembali berpapasan dengan Kinan yang kali ini sedang duduk menunggu Fathi di ruang tamu.

Kinan menatap gadis yang berpenampilan menggunakan kaos gombrong dipadu dengan celana jeans model boyfriend jeans.

“Jihan, Mbak boleh bicara sebentar?” tanya Kinan menunjukkan senyum hangatnya.

Langkah kaki Jihan yang belum sampai ke pintu terpaksa berhenti, lalu dia menolehkan wajahnya dan terlihat wanita dewasa itu menunjukkan sofa yang ada di hadapannya.

“Mau bicara apa ya Mbak, soalnya Jihan lagi diburu waktu?” tanya Jihan, terpaksa dia duduk.

Kinan agak mencondongkan tubuhnya, dan begitu anggun gerak tubuh Kinan ketimbang Jihan yang terlalu slewbew alias gak ngenah.

“Begini loh Jihan, Mbak hanya ingin kasih saran sama kamu. Pelan-pelan kamu harus membiasakan Ezra dekat dengan pengasuhnya atau Bik Murni, biar Ezra tidak ketergantungan dengan kamu. Lagi pula kamu menginap di sini dalam waktu lama di rumah Mas Fathi bisa menimbulkan fitnah dan gosip dengan tetangga di sini. Apalagi Mas Fathi itu duda, sedangkan kamu seorang gadis ... nanti Mas Fathi disangka kumpul kebo di sini, walau kamu mantan adik iparnya Mas Fathi, tapi alangkah baiknya tidak berlama-lama tinggal di sini,” tutur Kinan, sok bijaksana.

Bibir Jihan tersenyum simpul. “Terima kasih Mbak Kinan sudah mengingatkan Jihan untuk masalah Ezra, dengan senang hati Jihan pasti akan melakukan hal seperti yang disarankan oleh Mbak Kinan dan Jihan juga tahu diri tidak akan bisa lama-lama tinggal di sini,” jawab Jihan begitu tenang.

“Alhamdulillah kalau kamu bisa memahaminya, lagi pula dengan kehadiran kamu di sini nanti bisa bikin salah paham sama calon istri Mas Fathi.”

“Oh, ada ya calon istrinya Mas Fathi? “ tanya Jihan memasang telinganya lebar-lebar.

Wanita itu tersenyum hangat. “Ya, bisa sajakan Mas Fathi sudah punya calon istri kembali. Apalagi dia sosok yang sangat didambakan oleh para wanita.”

Mendengar kata Kinan bikin Jihan ingin muntah saat itu juga, andaikan bisa pikir Jihan.

“Dan Mbak harap kamu tidak ada niatan untuk menggoda atau cari perhatian sama Mas Fathi karena Mbak lihat kamu tidak cocok jika jadi istri Mas Fathi, minimal calon istrinya seorang dokter juga atau wanita yang sepadan dengan Mas Fathi,” jawab Kinan penuh percaya diri.

Lagi-lagi Jihan merasa mual. “Tenang saja Mbak Kinan, Om Dokter bukan tipe Jihan ... dia terlalu tua dan bukan tipe pria yang Jihan inginkan. Jihan di sini hanya karena Ezra dan tidak ada niatan untuk mencari perhatian atau menggoda Om Dokter. Jadi kalau memang Om Dokter sudah ada calon istrinya syukurlah, paling tidak nanti ada yang akan mengasuh Ezra. Kalau begitu Jihan permisi dulu, soalnya ada keperluan penting di luar,” jawab Jihan, dia pun beringsut, akan tetapi dirinya terkesiap melihat Fathi sudah berdiri di sampingnya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Bu ning Bengkel

Bu ning Bengkel

mereka kan sudah menikah masa ada gosip sih .....lanjut.......

2024-04-17

2

A Yes

A Yes

ini lah penyebab munculnya salah paham, namanya pernikahan itu wajarnya diberitakan/disebarkan spy tdk timbul fitnah dan hal2 yg tdk diinginkan

2024-04-28

0

Ana

Ana

belum tau aja kinan, kalau tau patah hati💔

2024-04-30

0

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!