Mie rebus

Fathi melirik tajam saat istri barunya meninggalkan dia bersama anaknya, tanpa berpamitan dengannya. Mau menegurnya rasanya aneh, nanti dikira dia peduli dengan Jihan bukankah dia sudah mengatakan tidak akan mengurus urusan mereka masing-masing, berarti jangan tunjukkan perhatiannya dong.

Jihan yang sudah merasakan perutnya lapar bergegas ke dapur, bukannya ke meja makan.

“Bik Murni masih ada stok mie rebus gak?” tanya Jihan sembari membuka salah satu kabinet dimana dulu Embun suka menyimpan berbagai makanan siap saji.

“Kayaknya masih ada Non,” jawab Bik Murni menunjuk ke arah dalam kabinet tersebut, langsung saja dengan kaki yang dijinjit diambilnya salah satu rasa untuk dimakan.

“Mau Bibi buatkan, Non?” tawar Bik Murni.

“Gak usah Bik, biar Jihan aja yang bikin sendiri,” jawab Jihan, dengan lincahnya dia membuka kulkas mencari sayur sawi, sayur kol, daun bawang, cabai rawit dan sebutir telur sebagai pelengkap makan mie rebusnya, tak terasa lidahnya sudah ngiler membayangkan begitu nikmatnya makan mie rebus yang pedas di malam yang dingin tersebut.

Sekitar tujuh menit Jihan selesai masak mie rebusnya, liurnya semakin ngeces melihat tampilan mie yang sudah matang tersebut. Dengan hati-hati mangkok mie yang bertatakan piring tersebut dia bawa keluar dari pintu samping menuju kolam renang, rasanya sangat mantap pastinya makan mie rebus di tepi kolam renang dengan ditemani angin malam.

“Mmm ... kayaknya enak banget ini,” gumam Jihan sembari menghirup wangi mie yang menguar dari hawa panas yang masih ngebul.

“Non, ini minumnya,” ucap Bik Murni yang menyusulnya mengantarkan segelas air putih.

“Makasih banyak Bik Murni,” jawab Jihan tersenyum, tangannya mulai sibuk memilin mie dan sesekali menyeruput kuah mienya.

“Sama-sama Non,” jawab Bik Murni, usai itu kembali ke dalam.

Jihan kembali menyeruput kuah mienya lalu baru makan mienya. “Sepertinya kurang pedes, ambil saos sambal dulu ah,” gumam Jihan sembari beranjak dari duduknya, lalu bergegas kembali ke dapur untuk mencari saos sambal.

Sehubungan Bik Murni tidak ada di dapur, dan Jihan juga sudah lama tidak ke rumah Fathi, agak kelimpungan mencari saos sambal tersebut, hingga dirinya pun tersentak saat ada bunyi benda yang jatuh.

“Waduh, apa tuh yang jatuh,” gumam Jihan langsung menegakkan tubuhnya, kemudian kakinya bergerak keluar ke tepi kolam berenang.

Membeliaklah netra Jihan melihat mangkok mie-nya sudah berada di lantai dalam keadaan yang tak terbentuk, kemudian netranya tergerak melihat ke sosok pria yang saat ini melangkah menuju pintu masuk yang berbeda.

“Apakah di sini Jihan tidak boleh makan!?” Entah ini sebuah pertanyaan atau pernyataan saat jihan berkata.

Pria itu tidak menolehkan wajahnya, sementara itu Jihan menatap nanar punggung pria itu dengan hati yang sangat berkecamuk.

“Katakan saja jika Jihan tidak boleh makan di sini! Atau menikmati apa pun yang tersedia di sini! Jihan akan sangat tahu diri, jadi Om Dokter tidak perlu membanting mangkok tersebut! Di luar sana masih banyak orang yang kelaparan, dan mangkok yang berisi mie ini sangat istimewa bagi mereka jika melihatnya!” pungkas Jihan. Gadis itu pun berjongkok dan mulai merapikan pecahan mangkok tersebut.

 Fathi yang masih berdiri hanya bisa mengepalkan tangannya dan tidak menyahuti perkataan Jihan. Tapi memang dialah pelaku yang menjatuhkan mie milik Jihan, entah apa alasannya.

Sesak sekali rasanya hati Jihan untuk hari ini, ternyata lumayan menekan batinnya padahal dia belum ada sehari menjadi istri mantan kakak iparnya, namun sudah bertubi-tubi permasalahan datang menyapa dirinya. Sebenci itukah mantan kakak iparnya pada dirinya atas dasar sangat mencintai kakaknya dan masih belum menerima suratan takdir yang sudah tergariskan untuk nasib Embun.

Jihan menarik napasnya dalam-dalam agar hatinya tak mendesak dirinya untuk menangis. “Sabar Jihan, kamu pasti kuat menghadapinya!” batin Jihan berusaha menguatkan.

“Baguslah kalau kamu menyadarinya!” jawab Fathi, dengan sekilas menolehkan wajahnya.

“Terima kasih, seharusnya sejak tadi Om Dokter memberitahukan dari awal jika Jihan tidak berhak makan makanan dari sini, dan seharusnya tadi Om Dokter juga tidak usah repot-repot menawarkan Jihan turut makan di sini!” sindir Jihan menatap tajam saat dia mendongakkan wajahnya.

Gadis itu pun berdiri dari jongkoknya dan kembali menuju dapur dengan pintu yang berbeda untuk mengambil sapu dan pengki. Fathi hanya bisa mendengkus kesal dan masuk kembali ke dalam rumahnya.

“Non mau ngapain?” tanya Bik Murni melihat Jihan sudah mengambil pengki dan sapu.

“Mau merapikan pecahan mangkok Bik.”

Bik Murni bergegas mengambil pengki dan sapu tersebut dari tangan Jihan. “Biar Bibi aja yang kerjakan,” pinta Bik Murni.

Akhirnya Jihan membiarkan Bik Murni yang merapikan, gadis itu menghela napas sembari mengusap perutnya yang masih terasa perih. Dari pada dia sakit maagnya kambuh, dia bergegas ke kamarnya mengambil dompetnya, lalu menghampir Bik Murni yang sedang merapikan pecahan mangkok.

“Bik, Jihan keluar sebentar ya,” pamit Jihan.

“Oh ... iya Non,” jawab Bik Murni tanpa bertanya hendak ke mana.

Jihan sengaja keluar dari halaman samping, tidak melalui pintu utama, dia sedang malas bertemu dengan pria yang menyebalkan itu. Dan masalah Ezra sudah ada papa dan baby sitternya, jadi menurutnya tidak masalah jika keluar sebentar demi mengisi perutnya yang sudah semakin perih.

Terpaksa dia harus berjalan kaki menuju keluar komplek perumahan elit tersebut, karena motor miliknya belum dia bawa ke rumah Fathi. Tapi menikmati jalan seorang diri di malam hari ternyata lumayan membuat hatinya sedikit nyaman.

Setibanya dia di luar komplek perumahan, Jihan langsung mencari warung tenda pecel ayam yang ada di jalan utama tersebut, seingat dia tidak jauh dari gerbang utama perumahan. Setelah ketemu Jihan langsung memesan nasi pecel ayam dan lele untuk dia makan di tempat.

“Akhirnya bisa isi perut juga,” gumam Jihan sendiri, ketika pesanannya sudah tersaji di hadapannya. Menghadapi mantan kakak ipar butuh energi yang banyak, dengan lahapnya Jihan menikmati makan malamnya dengan iringan musik yang dinyanyikan oleh pengamen jalanan.

Jika di luar rumah Jihan sedang menikmati makan malamnya, maka di rumah Fathi Ezra rewel dan mulai menangis. Ita si baby sitter mulai kewalahan, Fathi yang mendengar anaknya rewel ikut menanganinya, tapi sayangnya Ezra semakin menangis.

Sungguh sangat disayangkan, memang Fathi juga yang salah, terpuruk karena kehilangan istri tercinta, anak jadi sampai diabaikan. Selama enam bulan Ezra tidak diperhatikan, hanya sesekali saja bertemunya selebihnya diurus oleh Jihan dan Ibu Kaila. Alhasil Fathi tidak berhasil menenangi putranya sendiri.

“Panggil Jihan sekarang!” perintah Fathi sembari mengendong putra semata wayangnya.

“Baik Pak,” jawab Ita, wanita itu bergegas turun ke bawah untuk mencari istri baru majikannya.

“Bik Murni, Non Jihan ada di kamarnya gak?” tanya Ita saat berpapasan dengan Bik Murni.

“Non Jihan, tadi pamit keluar. Memangnya kenapa Ita?”

“Itu Bapak cariin, Ezra rewel lagi,” jawab Ita.

“Ya sudah kita ke atas lagi, Bibi coba bantu tenangin,” ajak Bik Murni. Mereka berdua pun ke lantai dua menuju kamar Ezra.

Tangisan Ezra masih terdengar kejer dalam gendongan Fathi. “Ke mana Jihannya?” tanya Fathi saat melihat kedua wanita itu masuk ke kamar Ezra.

“Maaf Pak, sejak tadi Non Jihan pamit keluar Pak,” jawab Bik Murni.

 “Pergi ke mana? Kenapa gak pamit sama saya dulu!” suara Fathi meninggi, wajahnya agak memerah menahan amarahnya. Bik Murni dan Ita jadi tergidik mendengar suara tinggi majikannya.

Bersambung ... ✍🏻

Terpopuler

Comments

Vera Wilda

Vera Wilda

Gimana sich kamu Fathi , makanya jangan sok gengsi segala kamu ….

2025-04-08

0

Lia Afriani

Lia Afriani

ngapain pamit , gk penting bgt

2025-01-23

1

Ruswa 123

Ruswa 123

seruu

2024-11-17

0

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
94 Info karya terbaru Mommy Ghina
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi
94
Info karya terbaru Mommy Ghina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!