Hutang budi atau balas budi?

Sekarang tinggallah mereka berdua di kamar Embun, Fathi dan Jihan sama-sama beradu pandang dengan sorot yang begitu tajam.

“Om Dokter mau ngomong apa? Sudah jelas Jihan gak mau menikah dengan Om, dengan alasan apa pun. Masalah Ezra Jihan bisa tetap menyayanginya!” tukas Jihan, dengan keberanian power full.

Fathi berdecap. “Disangkanya aku mau menikahi bocah manja dan ingusan seperti kamu, bocah yang telah menghilangkan nyawa istriku itu!” sentak Fathi.

“Nah, itu tahu lalu kenapa Om Dokter bilang bersedia menikahi Jihan, kalau begitu kita kasih tahu papa sama mama sekarang juga,” jawab Jihan, lalu tubuhnya bergerak menuju pintu kamar, namun pergelangan tangannya dicekal oleh Fathi dan sangat erat.

“Eeeh ... OM!” seru Jihan sembari menyentakkan tangan kakak iparnya, tapi semakin kuat mencengkeramnya.

“Tidak semudah itu kamu bilang sama papa dan mama!” sentak Fathi, sudut bibirnya menyeringai tipis. Sedangkan Jihan mendengus sebal dengan pria tersebut.

“Lalu!” Jihan kembali memberanikan diri menatap pria dewasa itu.

“Kamu harus bertanggungjawab atas semua kelakuan kamu yang telah menghilangkan nyawa istriku. Kita akan menikah, tapi bukan menjadi suami istri yang sesungguhnya! Aku akan menikahimu sekedar menjadi ibu sambung Ezra, hanya itu saja! Dan jangan berharap aku mencintai kamu atau menganggap kamu sebagai istriku sepenuhnya!” sentak Fathi, tatapan menghunus tajam hingga mampu merasuki relung hati Jihan.

Jihan sama sekali tidak menginginkan pernikahan yang seperti ini, impiannya menikah karena saling mencintai dan mengasihi, dan saling ingin memiliki serta memiliki mimpi yang sama untuk membangun mahligai rumah tangga yang SAMAWA.

“Om Fathi sangat jahat! Selalu saja tidak menerima takdir atas kematian Kak Embun, dan hanya karena saat itu Kak Embun ingin menjemputku lalu di jalan mengalami kecelakaan lantas aku yang disalahkan! Aku juga kehilangan Kak Embun sebagai Kakak, bukan Om saja yang kehilangan Kak Embun seorang!” jawab Jihan lantang dengan rasa yang amat menyesakkan di hatinya, ingin rasanya menangis tapi air matanya sudah habis, yang ada kini netranya hanya berembun.

Pria itu menyeringai tipis dan menatap sinis pada gadis muda itu, dibalik permintaan kedua orang dan mertuanya barusan, muncullah ide untuk membalaskan rasa sakit atas kehilangan istrinya, dan terbit ingin membalas rasa sakitnya itu pada adik istrinya tersebut. Pria itu sangat mencintai Embun dan memang masih belum menerima kehilangan wanita yang sudah hampir 9 tahun menemaninya dalam suka dan duka. Apalagi sekarang ada anak di antara mereka berdua.

Jika dia merasakan kesedihan yang berlarut-larut karena kehilangan belahan jiwanya, maka Fathi juga menginginkan adik iparnya merasakan hal yang sama dengan menikah dengannya, dia akan memastikan tidak ada kebahagiaan buat Jihan, maka dari itu dia langsung mengiyakan.

“Besok kita akan menikah! Tidak ada penolakan dan tidak boleh lari dari pernikahan! Jika berani kabur, maka terima resikomu!” ancam Fathi tidak main-main, lalu pria itu melepaskan cengkeramannya, kemudian dia bergerak menuju pintu dan membantingnya dengan kencang, sampai Jihan berjengit kaget.

Jihan menatap nanar daun pintu tersebut, sudut bibirnya menyungging tipis, ingin sekali dia tertawa tapi seakan ada yang melarangnya, pada akhirnya dia menatap foto Embun dan Fathi yang terpajang di dinding kamar kakaknya.

Gadis itu tersenyum miris. “Haruskah Jihan menikah dengan suamimu Kakak?” Jihan menarik napasnya dalam-dalam. “Kenapa suami kakak selalu menyalahkan Jihan! Dan Kenapa Kakak harus meninggal ... huh! Kenapa Kak?” Pertanyaan itu terlontarkan begitu saja, walau tahu potret tersebut pasti tidak akan bisa memberikan sebuah jawaban untuknya.

Jihan menengadahkan kepalanya ke langit-langit, agar buliran bening yang semakin mendesak ingin keluar tidak sampai terjatuh membasahi pipinya. Kini, pada siapa dia harus mengadu dengan permasalahan baru yang mendadak datang menghampirinya. Menikah dengan kakak iparnya! Lelucon sekali hidupnya. Sudah menentang rencana pernikahan secara langsung ternyata tidak ada yang mau mendukung dirinya.

Jihan menjatuhkan bobotnya di tepi ranjang, dengan sekali tarik napas dia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, rasa lelah tanpa alasan mendadak hadir di hatinya.

“Jihan ...,” ada suara yang memanggilnya di saat pintu kamar baru saja terketuk.

Jihan menegakkan kepalanya, menatap malas daun pintu yang sudah terlihat terbuka. “Ya Bu,” sahut Jihan malas. Lantas, wanita paruh baya itu masuk ke dalam, menghampiri putri bungsunya dan duduk di sampingnya.

“Pasti kamu sangat terkejut,” ucap Bu Kaila membuka suara.

“Ya ... Jihan sangat terkejut,” jawab Jihan apa adanya.

“Maafkan Ibu dan Ayah jika tidak mendiskusikan ini padamu terlebih dahulu, kami melakukan ini juga demi masa depan kamu dan anak kakak kamu, Jihan. Selama ini Ibu selalu mimpi kakak kamu dan selalu meminta kamu untuk menjaga anaknya, maka dari itu Ibu diskusikan pada ayah. Coba kamu pikirkan jika Fathi menikah dengan wanita lain, pasti Embun akan sangat bersedih karena anaknya diasuh dengan wanita lain yang belum tentu menyayanginya dengan tulus,” imbuh Bu Kaila.

Jihan sejak kakaknya hamil sampai melahirkan selalu menemani Embun, dan ketika Ezra lahir Jihan luar biasa bahagia dan turut andil merawat Ezra, walau Fathi menyediakan baby sitter untuk membantu istrinya mengurus anak mereka.

“Ya, tapi Bu tidak mesti  menikah dengan kakak ipar juga dong. Kenapa gak Ezra jadikan anak angkat saja sama Jihan, jadi Jihan saja yang mengurus Ezra, papanya gak usah ikut-ikutan,” timpal Jihan agak kecewa.

Bu Kaila mengusap lembut lengan Jihan. “Tidak semudah itu membesarkan anak seorang diri,  anak itu butuh kasih sayang kedua orang tuanya, dan juga butuh biaya untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan kamu baru lulus sekolah, belum memiliki pekerjaan tetap. Dan sebenarnya kita juga sudah banyak berhutang budi dengan keluarga Fathi, kamu masih ingat'kan saat Ibu kena serangan jantung, keluarganya membantu mengurus semua biaya operasi, biaya rumah sakit sampai Ibu sehat di rumah sakit mereka. Jadi Ibu sangat memohon padamu kabulkanlah permintaan kami sebagai orang tua,” pinta Bu Kaila dengan lembutnya.

Jihan menghela napas panjang, lalu menundukkan kepalanya dan kembali memikirkan ucapan ibunya, sekarang meminta dengan dalih balas budi pada keluarga Fathi. Memang benar beberapa tahun yang lalu ibunya kena serangan jantung dan butuh biaya yang sangat besar saat dokter jantung merujuk untuk segera ditindak operasi, dan syukurnya keluarga Fathi yang menanggung semua biaya yang menghabiskan ratusan juta. Sementara ayahnya Jihan hanyalah aparatur sipil golongan empat, jika pinjam uang ke koperasi kantor tidak akan bisa sampai ratusan juta rupiah dalam waktu cepat.

Jihan menatap dalam wajah sendu ibunya dengan menarik napasnya dalam-dalam, sementara orang yamg berada di bawah sudah terlihat sibuk menghubungi event organizer untuk menyiapkan acara akad nikah yang akan diselenggarakan esok hari di kediaman orang tua Jihan.

“Tak akan aku biarkan hidupmu bahagia, Jihan!” gumam Fathi sendiri sembari menatap sinis bingkai foto keluarga mertuanya tersebut.

Bersambung ... ✍🏻

Terpopuler

Comments

Lena Sari

Lena Sari

awas ya Fathi jngan Sampek kau jatuh cinta sama Jihan yaaa

2024-11-14

0

Nurjana Bakir

Nurjana Bakir

nanti bucin juga/Silent/

2025-01-23

0

Ila Lee

Ila Lee

jgn fathi benci nanti jatuh cinta sama Jihan ya selalunya begitu

2024-12-14

1

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
94 Info karya terbaru Mommy Ghina
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi
94
Info karya terbaru Mommy Ghina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!