Pergi tanpa pamit

Terlalu tua dan bukan tipenya, kata-kata Jihan yang sempat Fathi dengar saat menghampiri ruang tamu, bibirnya pun menyunggingkan senyum miringnya dan reflek wajahnya terlihat emosi

“Eh ... Mas Fathi sudah siap,” ucap Kinan langsung beringsut dari duduknya.

Jihan memalingkan wajahnya saat tak sengaja bersitatap dengan suaminya itu. “Ya ... aku sudah siap,” jawab Fathi datar, dan masih menatap Jihan yang ada di sampingnya.

“Ayo Mas Fathi, kalau begitu kita berangkat, takut nanti terlambat,” ajak Kinan sembari mengambil tas kerjanya dan tangannya terulur ingin menggenggam tangan Fathi, tapi sebelum itu terjadi Jihan melewati mereka berdua.

“Duluan semuanya,” ucap Jihan sambil lalu, lebih dahulu keluar dari rumah Fathi, dan lagi-lagi tidak berpamitan dengan suaminya.

“Jihan, kamu mau ke mana?” tanya Fathi melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya, Jihan pura tidak mendengar dan terus saja melangkah.

“Mungkin Jihan ada keperluan di luar Mas, sebaiknya biarkan saja ... namanya juga anak muda pasti ingin bertemu sama teman-teman tongkrongannya atau mau ketemu pacarnya, kayak Mas Fathi gak pernah muda saja,” ucap Kinan sembari menahan lengan saudaranya agar tidak mengejar Jihan yang sepertinya sudah menghilang dari pandangan.

"Pacar!" gumam Fathi, agak kurang senang mendengarnya.

Fathi menolehkan wajahnya, lalu menatap lengannya yang dicekal oleh Kinan. “Ups sorry Mas,” ucap Kinan, dia melepaskan tangannya usai melihat wajah Fathi terlihat tidak senang disentuh olehnya.

“Kita berangkat sekarang, Mas,” lanjut kata Kinan berusaha tersenyum, lalu bergerak jalan terlebih dahulu menuju mobil Fathi yang ada di garasi, sementara Pak Dani si tukang kebun sekaligus penjaga keamanan rumah membukakan pagar tinggi rumah Fathi.

Fathi kembali melangkahkan kakinya menuju mobilnya, tapi raut wajahnya semakin terlihat garang usai Jihan pergi begitu saja tanpa berpamitan.

“Pergi kemana lagi dia sekarang! Apa masih kurang jelas apa yang aku katakan semalam! Memangnya ini rumah dia yang gampang pergi dan pulang! Dan apa ... Pacar!” batin Fathi begitu kesal.

“Bik Murni!” panggil Fathi agak berteriak sebelum dirinya masuk ke dalam mobil. Kebetulan sekali Bik Murni baru saja keluar dari pintu samping dengan membawa kantong sampah.

“Bik Murni!” sekali lagi Fathi agak berteriak.

“Iya Pak,” sahut Bik Murni tergopoh-gopoh menghampiri majikannya.

“Bik Murni tahu ke mana Jihan pergi?” tanya Fathi.

“Memangnya Non Jihan tidak berpamitan sama Bapak?” Malah balik bertanya Bik Murni.

Pria dewasa itu berdecak kesal. “Kalau dia pamitan sama saya, saya gak bakal bertanya sama Bik Murni!” kesal Fathi.

Bik Murni jadi tidak enak hati. “Tadi yang saya tahu dari Ita, Non Jihan mau pulang ke rumahnya sebentar, ada yang mau di ambil,” jawab Bik Murni.

“Pulang ke rumah,” gumam Fathi sendiri, keningnya mengerut. “Mau apa dia pulang ke rumah?" gumamnya.

“Mas Fathi, ayo ini waktu terus berjalan nih,” panggil Kinan yang sudah ada di sisi mobil menunggu pria itu membuka kunci otomatis mobil agar dia bisa masuk.

Pria itu menghela napas panjangnya saat melirik Kinan. “Bik Murni kalau nanti Ezra rewel tolong kasih kabar ke saya,” pinta Fathi sebelum masuk ke dalam mobilnya.

“Baik Pak,” jawab Bik Murni patuh.

Fathi dan Kinan sama-sama masuk ke dalam mobil, dan pria itu pun melajukan mobilnya keluar dari garasi rumahnya, lalu melesat menuju rumah sakit keluarganya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya, sekitar 30 menit menempuh perjalanan sudah sampai. Fathi memang sengaja membangun rumah dekat dengan rumah sakit, jadi jika ada panggilan darurat lekas cepat datang.

Selama perjalanan menuju rumah sakit, Kinan selalu mengajak pria itu berbicara namun sayangnya pria itu lebih banyak menjawab ya atau tidak selebihnya diam, karena isi kepalanya saat ini tertuju pada Jihan yang katanya pulang ke rumah. Apa yang mau diambilnya? Atau dia pulang dan tidak akan kembali ke rumahnya lagi setelah kejadian semalam, atau dia mau mengadu pada kedua orang tuanya tentang kelakuannya! Atau mau ketemu sama pacarnya!

"Argh!" batin Fathi berteriak.

Pria itu mengeratkan stir kemudi, seolah-olah melampiaskan emosinya karena Jihan.

Sementara itu Jihan yang sedang menuju rumahnya, bikin janji dengan Syifa sahabatnya untuk ketemuan di rumahnya, kebetulan rumahnya sangat dekat.

“Assalamualaikum,” sapa Jihan saat sudah tiba di rumahnya.

“Wa’alaikumsalam,” balas Bu Kaila yang kebetulan sedang menyiram tanamannya di halaman.

“Loh Jihan, kamu datang sama siapa, Nak?” tanya Bu Kaila sembari melihat ke arah belakang putrinya.

“Biasa Bu diantar sama sopir ganteng berhelm hijau,” jawab Jihan sembari mencium punggung tangan ibunya dengan takzim.

“Hem, memangnya gak diantar sama Fathi terus cucu Ibu sama siapa?” cecar Bu Kaila, sembari menyudahi acara siram menyiramnya.

Jihan mendesah dan menjatuhkan bobotnya di atas kursi yang ada di teras rumahnya.

“Ezra sama pengasuh dan Bik Murni Bu, lagian Jihan ke sini hanya mau ambil motor Jihan,” jawab Jihan.

Bu Kaila ikutan duduk di salah kursi yang lain, lalu dengan tatapan menyelidiknya memandang putri bungsunya, tampak raut wajah Jihan tidak terlihat bahagia.

“Kamu, baik-baik saja'kan, Nak?” tanya Bu Kaila.

“Seperti yang Ibu lihat saat ini, apakah terlihat baik-baik saja? Demi Ezra dan balas budi Ibu dan Ayah, Jihan harus menjalankan rumah tangga yang tak ada rasa apapun,” jawab Jihan dengan tenangnya.

Bu Kaila tersenyum hambar dan sedikit tersindir atas perkataan putri bungsunya itu. “Ibu doakan semoga rumah tangga kamu dengan Fathi bisa harmonis dan bahagia seperti Fathi dengan Embun.”

Ingin sekali Jihan tertawa mendengarnya. “Jangan bandingkan Jihan sama Kak Embun, karena kami dua orang yang berbeda Bu. Tolong Ibu doakan saja Jihan bisa melewati semuanya hingga sampai Jihan sudah tak sanggup menjalankan rumah tangga dengan suaminya Kak Embun.”

Bu Kaila mengatup bibirnya, perkataan Jihan barusan seakan ada rasa yang luar biasa menyesal, tapi lagi-lagi gadis itu terjebak atas keinginan kedua keluarga.

Sebelum Bu Kaila melanjutkan berbicara, datanglah Syifa dan Jihan langsung berpamitan pada ibunya untuk mengambil kunci motornya di kamar serta beberapa dokumen sekolahnya.

“Gimana nih kabar malam pertamanya?” tanya Syifa, dia duduk di tepi ranjang milik Jihan sambil melihat Jihan yang sibuk mengemas barangnya.

Gadis itu berdecak kesal. “Gak usah bikin gue kesal deh, kayak lo gak tahu jalan ceritanya aja. Jangan sampai deh ada kisahnya malam pertama sama suami Kak Embun, bikin gue merinding,” sahut Jihan.

“Iya juga ya, ngapain juga gue tanya masalah MP. Ya kali aja kakak ipar lo tergoda sama badan lo yang seksi.”

“Terus gue jadi tempat pelampiasan hasratnya, begitu! Oh, tidak bisa! Tubuh gue buat suami gue yang sesungguhnya. Suami yang sangat mencintai gue, bukan suami yang tidak menganggap istrinya,” celetuk Jihan.

“Maksud lo gimana?” Syifa kurang paham, lantas Jihan ikutan duduk di atas ranjang.

“Gue mau cerita sama lo, tapi tolong jangan sampai cerita ke siapa pun termasuk ibu dan ayahku,” pinta Jihan serius.

“Oke, gue bakal keep secret,” jawab Syifa, tapi memang Syifa orangnya amanah dan mulutnya tidak emberan. Jihan pun menceritakan semuanya, dan sudah tentu Syifa tercengang. Tanpa terasa sekitar dua jam mereka berdua ngobrol di kamar dan selama dua jam itu ponselnya berdering berulang kali, namun sayangnya Jihan tidak mendengarnya karena tas kecil Jihan ada di bawah.

“Ke mana dia! Di telepon berulang kali belum juga di angkat! Maunya apa dia!” geram Fathi agak murka melihat ponselnya, ingin sekali rasanya dia melemparkan ponselnya miliknya, tapi keburu asistennya masuk ke dalam ruangannya.

Bersambung ... ✍🏻

Terpopuler

Comments

rae

rae

om dok nya kesulut sumbu nya jihan neh /Facepalm/

2025-02-20

1

ayli

ayli

👍👍👍🤩

2024-09-16

1

Sandisalbiah

Sandisalbiah

hadeh.. lama² strok juga tuh dokter kerjaanya ngamok, ngereog..

2024-06-28

1

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
94 Info karya terbaru Mommy Ghina
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi
94
Info karya terbaru Mommy Ghina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!