Hari pernikahan

Keesokan hari, di kediaman orang tua Jihan.

Ada uang Neng sayang, tapi untuk hari ini ada uang maka rumah Jihan sudah di sulap dengan cantik untuk acara akad nikah Jihan dan Fathi nanti siang.

Tidak begitu banyak yang diundang oleh orang tua Jihan, hanya tetangga dekat rumah, RT, RW lalu beberapa saudara yang kediamannya masih di wilayah Jakarta. Sedangkan Jihan hanya mengundang sohib dekatnya  bernama Syifa, yang sekarang sedang menemani Jihan yang lagi di make-over.

“Mbak, tolong jangan dibuat wajah Jihan sangat cantik ya, soalnya percuma saja terlihat cantik, pengantin prianya rada butek matanya,” celoteh Jihan pada MUA yang dikirim oleh mertua kakaknya yang beberapa jam lagi bakal jadi mertuanya.

Si MUA jadi tercenung mendengar pemintaan calon penganti, dimana-mana penganti wanita pasti pengen terlihat cantik di depan pangerannya tapi ini malah gak kepengen, tapi pada dasarnya Jihan sudah memiliki paras yang ayu dan cantik, dipoles tipis aja udah kinclong wajahnya kayak porselen.

“Ji, lo gak ada niatan mau kabur gitu. Mumpung belum mulai akad nikahnya?” tanya Syifa yang sejak tadi duduk dekat Jihan.

“Tadinya gue udah niat tuh kabur loncat dari balkon, tapi dipikir-pikir gue takut emak gue kena serangan jantung lagi, bisa berabeh nantinya, yang ada nanti malah bendera kuning berkibar di depan rumah ... duh amit-amit jabang bayi,” jawab Jihan dengan bahunya yang melorot.

“Iya juga ya, nasib lo jadi malang begini. Mane baru lulus sekolah, tapi lo jadi lanjut kuliahkan?”

“Wah harus itu, sudah perjanjian di atas kain putih dan kain merah sama calon mertua, kalau Jihan harus tetap lanjut kuliah, gak pakai alasan apa pun. Kalau enggak Jihan tolak lagi jadi istrinya tuh dokter galak,” jawab Jihan agak menggebu-ngebu.

Pasrah menerima lamaran dari orang tua Fathi untuk putranya, bukan berarti memasrah keseluruhan hidupnya pada pria itu. Jihan bisa membaca maksud dari ucapan iya dari mulut Fathi, dan pasti ada maksud-maksud tertentu selain menjadikan dia sebagai ibu sambung untuk keponakannya sendiri. Kalau urusan cinta di antara mereka itu amatlah sangat jauh, kalau sejak dulu salah satu ada yang sudah suka berarti sejak dulu sudah main hati dong.

Dua jam kemudian ...

“Saya nikahkan engkau dan kawinkan engkau dengan putri saya Jihan Aisha dengan mas kawin seperangkat alat sholat, dan uang sebesar 50 juta dibayar tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Jihan Aisha binti Iqbal Pramono dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Dengan sekali tarikan napas Fathi mengucapkan ijab kabul.

“Bagaimana SAH?” tanya penghulu kepada semua yang hadir.

“SAH!”

“SAH!”

Jihan yang masih berada di kamarnya yang ada di lantai atas mendengar jelas kata SAH tersebut, berkaca-kacalah netra Jihan statusnya dalam sekejap berubah menjadi seorang istri dokter bukan single lagi. Gadis itu pun menyunggingkan senyum getirnya, bukan senyuman kebahagiaan.

Syifa menangkup tangan Jihan, mau mengucapkan selamat menempuh hidup baru pada sahabatnya rasanya tidak enak, karena tahu sahabatnya sangat terpaksa menerima pernikahan dadakan tersebut. “Ji, apa pun yang nanti terjadi dalam pernikahan lo, ingat ada gue tempat lo curhat,” ucap Syifa.

Jihan hanya mengangguk saja, dan bersamaan itu Ibu Kaila dan Mama Erina datang ke kamarnya untuk menjemput dirinya. Mama Erina tersenyum pada istri barunya Fathi. “Masya Allah cantik sekali istrinya Fathi,” puji Mama Erina begitu senang melihatnya.

“Makasih Mah,” jawab Jihan datar, lalu bangkit dari duduknya karena akan digiring menemui suaminya. Dengan tubuhnya dibalut kebaya berwarna putih gading kombinasi kain jarik sebagai bawahannya, lalu tatanan sanggul modern dihiasi juntaian bunga melati, terkesan sederhana tapi justru wajah Jihan semakin cantik, harapan Jihan untuk tidak terlihat cantik justru membuat orang tercenung melihatnya.

Namun, etts tunggu dulu jangan harap Fathi terpesona melihat kedatangan istri barunya, melirik saja pun tidak, menyambutnya dengan senyumannya juga tidak. Tapi no problemlah buat Jihan, gak mau ambil pusing.

Acara selanjutnya setibanya Jihan datang, gadis itu duduk bersama-sama dengan Fathi, Pak Penghulu meminta mereka berdua menandatangani kelengkapan surat-surat untuk mendapatkan buku nikah. Setelah itu mereka berdua menyelesaikan acara berikutnya, Fathi dan Jihan sama-sama terpaksa menerbitkan senyuman penuh kepalsuan kepada tamu yang turut menyaksikan hingga acara akad nikah selesai.

Sekitar jam 3 siang menjelang sore, akhirnya Jihan bernapas lega, acara sederhana tersebut sudah selesai dan ingin rasanya dia merebahkan dirinya di atas ranjangnya.

“Sore ini juga kita pulang ke rumah,” ucap Fathi agak memiringkan tubuhnya saat duduk dekat Jihan di tempat yang menjadi saksi mereka menikah.

“HAH! Pulang! Sekarang! Gak salah dengar!” celetuk Jihan, nalarnya lagi gak kepikiran ke sana. Masa iya baru nikah langsung dibawa pulang.

“Gak usah banyak cincong! Patuhi perintahku!” tegas Fathi

Bibir Jihan agak mencebik, “Kok bisa ya Kak Embun jatuh cinta ama nih Dokter, jangan-jangan waktu itu Kak Embun dipelet sama nih Dokter,” gerutu Jihan, bicaranya sih pelan tapi tetap saja terdengar di telinga suaminya, sampai-sampai netra Fathi melotot pada Jihan.

“Issh,” desis Jihan, tergidiklah kedua bahunya, lalu dia beringsut dari duduknya dan Ezra yang saat ini digendong oleh baby sitternya langsung merentangkan kedua tangannya seakan minta diambil oleh jihan.

Kain jarik yang dikenakan oleh Jihan agak dia naikkan ke atas sampai kedua betisnya mulusnya  terlihat, maklumlah dia bukan putri Solo yang bisa melangkahkan kakinya dengan anggun, dengan cara seperti itu dia bisa melangkah dengan lebar dan tak perlu belaga kemayu. Fathi yang melihatnya hanya bisa menarik napas kecewa.

“Ulu ... ulu anak Tante minta gendong ya,” sambut Jihan langsung ambil alih Ezra dan membawanya ke kamarnya di atas.

...----------------...

Rumah Fathi

Penuh drama sekali sore ini, kedua orang tua Jihan dan Fathi lumayan terkejut melihat Fathi langsung mengajak Jihan dan Ezra pulang ke rumah, dengan begitu banyak alasan dari Fathi yang akhirnya membuat kedua orang tua mereka menyetujuinya.

Ya, pulang ke rumah Fathi dan Embun. Rumah mewah yang cukup luas di salah satu komplek perumahan elit di tengah kota Jakarta. Jihan dulu juga sering menginap di sana ketika Embun masih hidup, jadi sudah tidak terlalu wah.

Potret kebahagiaan Fathi bersama Embun masih terpampang nyata di setiap sudut ruangan, Jihan hanya bisa tersenyum hambar. Dua Asisten rumah tangga Fathi langsung menyambut kedatangan mereka, Ezra yang masih digendong oleh Jihan tampak terlelap, diberikannya pada baby sitternya untuk dipindahkan ke kamarnya yang ada di sebelah kamar Fathi dan Embun.

“Kamar kamu di bawah, sudah tahu, kan?” tanya Fathi sebelum dia naik ke lantai dua.

“Oke udah tahu kok,” jawab Jihan datar, hatinya sangat lega ternyata dia akan tidur di kamar yang biasa dia tempati ketika menginap di sini. Gadis itu juga gak akan mau sekamar dengan suami bekas kakaknya.

“Rapikan barangmu, setelah itu temui aku di ruang kerja!” perintah Fathi, cara bicaranya seakan Jihan anak buahnya.

Jihan melirik koper kecil yang dia bawa dari rumahnya, tidak banyak baju yang dia bawa, pikirnya juga nanti sesekali dia akan menginap di rumah orang tuanya.

 Bersambung ... ✍🏻

 

Terpopuler

Comments

rae

rae

semangat jihan ,,,,jangan mau tertindas sm pak dok ya,,,buat dia kesal aja dgn segala tingkah manja mu /Chuckle//Proud/

2025-02-19

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

simalakama ya Ji.. tp kamunya harus kuat dan buat Fathi menyesali semua fikiran menyimpangnya selama ini terhadapmu.. anggap aja lagi ngurus org depresi Ji..

2024-06-28

2

Desi Puspitasari

Desi Puspitasari

aduh jgn galak" bang tar jatuh cintrong😂

2024-06-24

0

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
94 Info karya terbaru Mommy Ghina
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi
94
Info karya terbaru Mommy Ghina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!