Bertengkar kembali

Jihan terlihat santai di dalam toilet, menuntaskan buang hajatnya, setelah itu dia merapikan pakaiannya, begitu pula dengan wajahnya, setelah melihat wajahnya agak sedikit pucat di pantulan cerminnya gadis itu kembali memoleskan liptint di bibirnya biar jadi terlihat segar.

“Nah sekarang jadi gak pucat lagi,” gumamnya sendiri. Di rasa sudah terlihat rapi penampilannya, barulah Jihan keluar dari toilet.

Namun, apa yang terjadi ...

“Akh!” pekik Jihan saking terkejutnya, tangannya sudah dicengkeram dan ditarik kencang oleh Fathi yang sejak tadi menunggunya di depan toilet wanita.

Tubuh gadis itu terhuyung-huyung bagai kapal sedang terkena ombak tinggi, langkah kakinya bergerak paksa mengikuti langkah besar pria itu yang membawanya secara paksa keluar dari resto.

“Om Dokter!” seru Jihan tak suka dirinya dipaksa mengikuti langkah pria itu yang semakin mendekati mobil milik Fathi, dan memaksakan tubuhnya untuk masuk ke dalam mobilnya. Mau teriak kencang, namun mengingat banyak pengunjung restoran membuat Jihan mengurungkan niatnya.

“Apa-apaan ini Om!” seru Jihan saat tubuhnya sudah masuk ke dalam mobil, lalu pria itu bergegas memutari mobilnya kemudian duduk dibalik kemudinya.

Jihan tidak tinggal diam begitu saja, gadis itu pun bergerak keluar dari mobil suaminya, tapi sayangnya mobil sudah dikunci otomatis oleh Fathi, dan Jihan tidak bisa membuka pintu mobil. Salah satu tangan Jihan pun kembali dicekal oleh suaminya.

Gadis itu pun menolehkan wajahnya ke suaminya. “Buka pintunya sekarang juga Om Dokter!” pinta Jihan dengan wajahnya yang tidak ramah. Kedua bahu pria itu tampak naik turun, deru napasnya beratnya sangat terlihat, lalu dia menarik tangan Jihan dan membuat tubuh gadis itu tersentak hampir saja mengenai tubuh pria itu.

Pria itu menyeringai tipis, tatapannya sedikit sinis. “Jadi begini kelakuan kamu di luar rumah, pergi tidak berpamitan denganku dan ternyata dengan mataku sendiri aku melihatmu sibuk bertemu dengan pacarmu! Pantas saja aku menelepon tidak diterima. Apakah kamu lupa jika punya tugas untuk menjaga Ezra di rumah!” sarkas Fathi.

Jihan agak mencebik. “Terima kasih sudah mengingatkan tugas Jihan Om Dokter, tapi Jihan mau bertemu dengan siapa pun bukan urusan Om Dokter, sesuai dengan surat perjanjian yang Om buat sendiri jika kita tidak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing! Jadi jangan menegur jika Jihan bertemu dengan teman atau kekasih Jihan. Begitu juga Jihan tidak akan menegur Om Dokter pergi dengan siapa atau makan siang dengan wanita mana pun,” pungkas Jihan. Setelah berbicara dia menolehkan wajahnya ke arah pintu mobil, dan tangannya berusaha membuka pintu mobil. Tapi tangannya kembali ditarik oleh Jihan, dengan sekuat tenaga gadis itu berusaha melepaskan cekalan suaminya, namun justru semakin erat cekalannya.

“Pintar sekali kamu menjawabnya!” Pria itu mengerutak giginya, geram pada istrinya barunya itu.

“Ya, terkadang Jihan pintar kok, tidak bodoh-bodoh banget. Tidak seperti orang yang gak tahu sedang kena angin apa pakai menatap sinis dan berkata tinggi, sudah tahu dia sendiri yang bikin peraturan dia sendiri yang menegur dan terlihat tidak suka! Apa orang tersebut bisa dikatakan sebagai orang bodoh? Padahal dia Dokter loh Om, biasanya orang yang bisa jadi Dokter itu pasti memiliki IQ tinggi'kan bukan IQ jongkok!” sindir Jihan agak menohok buat Fathi.

Pria dewasa itu mengeram. “Kamu sedang menyindirku ... hem!”

“Tidak ada menyindir Om Dokter kok, tapi kalau merasa tersindir syukurlah,” jawab Jihan santai, lalu memutar malas kedua bola mata indahnya.

Pria itu berdecak kesal dan semakin erat mencengkeram lengan Jihan. “Lepaskan tangan Jihan dan buka kunci pintu mobilnya Om, teman-teman Jihan pasti sudah menunggu, dan juga Mbak Kinan pasti mencari Om Dokter, kalau masih ingin bertengkar sebaiknya kita lanjut di rumah saja, tidak perlu di sini,” pinta Jihan.

“Pintar sekali kamu menyuruh aku! Kamu itu anak baru gede tidak perlu memerintah atau menyuruhku! Bagaimana kalau aku tidak akan pernah melepaskan tanganmu ... hem!” sentak Fathi.

“Akh ...!” Jihan meringis kesakitan, tubuhnya akhirnya membentur tubuh suaminya, apalagi salah satu tangan Fathi menahan punggungnya, entah maksudnya apa.

Gadis itu lantas menegakkan pandangan, menatap tajam pada suaminya. “Jihan gak menyuruh atau memerintah Om Dokter, tapi hanya mengeluarkan apa yang ada di otak Jihan saat ini, kalau gak setuju ya sudah, gak usah sewot dong!” jawab Jihan sembari menarik nafasnya dalam-dalam, untung dia sudah mengisi perutnya sampai kenyang biar bisa menghadapi suami galaknya itu.

“Kamu minta dibukakan pintu untuk bertemu dengan pria itu'kan! Katakan saja!” seru Fathi dengan rahangnya yang mengeras.

“Akh!” pekik Jihan, punggungnya disentak oleh Fathi, hidung mancung mereka sempat saja saling membentur, dengan sigap gadis itu menjaga jarak wajahnya dengan wajah Fathi, jangan sampai bibirnya dan bibir Fathi saling menyapa walau tak sengaja.

“Kalau iya memangnya kenapa? Bukan urusan Om Dokter'kan! Lalu buat apa juga Om Dokter menahan Jihan di sini! Bukankah bisa kita lanjutkan di rumah saja, dan tolong jangan merusak suasana hati Jihan, Jihan juga butuh menjaga kewarasan dalam kehidupan ini! Lepaskan Jihan!” sentak Jihan.

“Ck ... kamu bilang menjaga kewarasan!”

Jihan sedikit mendongakkan wajahnya. “Ya, Jihan harus menjaga kewarasan sampai akhirnya perceraian kita tiba!”

“Oh ... semakin pintar ternyata kamu! Kamu minta bercerai karena ingin lebih dekat dengan pria di dalam sana itu bukan! Jangan harap kamu bisa bercerai dariku, tidak akan aku bicarakan kamu bahagia dengan pria mana pun!” seru Fathi, tersenyum jahat.

"Dasar pria egois!" umpat Jihan.

Sudah habis kesabaran Jihan kali ini menghadapi suami yang tak menganggap dirinya sebagai istrinya, terpaksa Jihan mendekati wajahnya ke wajah Fathi, lalu agak menelengkan kepalanya.

“AKH ... JIHAN!” pekik Fathi terkesiap, netranya membulat, cekalan lengannya terlepas dan Jihan bergegas sigap membuka kunci otomatis mobil Fathi, dan tanpa hitungan menit gadis itu keluar dari mobil Fathi. Sementara pria itu tak bisa berbuat apa-apa, tubuhnya mendadak berdesir saat menerima kecupan di lehernya sekaligus gigitan ala vampir yang membuat dia sangat terkejut. Tangannya pun terulur menyentuh bekas gigitan Jihan dan wajahnya pias begitu saja.

Bersambung ... ✍🏻

Terpopuler

Comments

Tutut Handayani

Tutut Handayani

ya ampun jihannnn tak kira kamu benturin keningmu k kening om dokter🤦‍♀️

2024-10-01

5

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Lha.. di gigit 🤭🤭

2024-06-28

1

Desi Puspitasari

Desi Puspitasari

ada yg terbakar TPI bukan api

2024-06-24

0

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
94 Info karya terbaru Mommy Ghina
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi
94
Info karya terbaru Mommy Ghina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!